Reinkarnasi
Di dapur seorang perempuan tua
menuang minuman dan menatap
dipan kecil di dalam rumahnya.
Kasur telanjang dan seprei bermotif jlamprang
terkulai lemah di sampingnya
“Minumlah selagi hangat nak”
Gelas yang kesepian
sendok dan piring yang libur berdentang
nada yang selalu dirindukan
“Esok kita cari ubi di hutan
belakang rumah
barangkali telah berbuah
melimpah ruah”
Padahal mereka sama-sama mengerti
hutan di belakang rumah telah dikremasi
bereinkarnasi menjadi gedung-gedung penggah
pabrik-pabrik gagah
dan rumah-rumah mewah
Sedang tanah tempat padi berbuah
di pupuk aspal dan beton semen
sehingga tumbuh subur kemacetan
dan lalu berfotosintesis menjadi
asap berkepulan
Saat hujan turun, air leluasa berselancar
mengunjungi rumah-rumah yang dempet
termasuk rumahnya yang tak luput disapa
Ia menuang lagi minuman ke dalam gelas kosong
menatap anaknya yang sedari tadi
diam menonton layar televisi hitam putih
Tiba-tiba anaknya berkata kepada ibunya sambil tertawa
“lihat ma, tidak ada yang lebih lucu dari ini”
Dilihatnya dalam layar televisi beberapa
wakil rakyat tengah meguap ketika rapat
Ia menatap anaknya lagi
di matanya yang cekung
Ia melihat perut yang tergerus asam lambung.