KOTOMONO.CO – Kalau mau berlumur air mata, silahkan bacalah rekomendasi novel berikut ini ya gaes.
Membaca novel bagi sebagian orang adalah sebuah hiburan. Seperti ketika menonton film, alur yang disuguhkan bisa membawa kita menjelajahi dunia baru, dunia yang mungkin sama sekali berbeda dengan realita. Perbedaannya hanya terdapat pada visual saja. Ketika membaca novel, kita bisa dengan bebas menggambarkan tokoh dan suasana sesuai imajinasi pribadi.
Keberfungsian karangan fiksi yang dijadikan sebagai media hiburan, kadang diaplikasikan dengan agak unik. Seperti pengalaman saya di medsos beberapa waktu lalu. Saya terkejut saat tiba-tiba membaca sebuah cuitan, “lagi pengin nangis, rekomendasiin drakor yang pas dong”. Loh loh??! Jadi pengin numpang nangis lewat fiksi nih?
Bhaiqq kalau itu kemauanmu, bestie. Sini aku bisikin novel yang bisa bikin kamu sesenggukan di pojokan. Lah kan maunya film! Sabar, dengerin penjelasanku dulu. Kalau kamu pengin lebih meresapi sedihnya, percaya deh novel jauh lebih nampol. Seperti yang kubilang tadi, sewaktu baca novel, kamu bisa memposisikan dirimu lebih dekat dengan tokoh utama karena kamu bisa membayangkan mereka dengan gayamu sendiri. Ya, walaupun tetap ada boundaries dari penulis, sih.
Pertama, Laut Bercerita
Historical fiction terbitan Oktober 2017 ini sudah dicetak ulang sebanyak 48 kali dalam lima tahun keberadaannya. Leila Chudori, penulis yang juga merupakan wartawan majalah Tempo menggambarkan sejarah pelanggaran HAM di Indonesia berupa penghilangan paksa dan pembungkaman suara mahasiswa yang sempat terjadi di masa Orde Baru.
Menceritakan Biru Laut, mahasiswa sastra Inggris Universitas Gadjah Mada yang memiliki minat tinggi terhadap sastra. Ia mulai membaca buku Pram yang saat itu dicekal peredarannya oleh pemerintah. Dari sana, Biru Laut bertemu dengan aktivis lainnya dan bergabung dengan organisasi Winatra.
BACA JUGA: Tentang Sosok Kinan, Si Wanita Tangguh dari Novel Laut Bercerita
Mereka kerap melakukan diskusi buku atau kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat. Singkat cerita, keberadaan Winatra tercium intel, yang mana pada saat itu, segala kegiatan yang dicurigai mengarah kepada perlawanan terhadap pemerintah akan langsung dibubarkan. Winatra pun semakin gencar membela rakyat dan melakukan aksi nyata. Tak tinggal diam, intel kemudian menghilangkan anggota Winatra satu persatu.
Novel ini menghadirkan dua sudut pandang. Yaitu Biru Laut, dan sudut pandang Asmara Jati, adik Biru Laut. Membacanya membuat kita merasakan menjadi Biru Laut yang disiksa habis-habisan bersama aktivis lainnya. Juga, kesedihan dan kekecewaan mendalam dari mata Asmara Jati yang masih tidak tahu kemana Biru Laut. Apakah hidup atau mati, dan masih terus mencari keadilan lewat aksi Kamisan hingga saat ini.
Kedua, Bumi Manusia
Di samping fakta menyedihkan bahwa Pramoedya Ananta Toer menulis buku ini ketika menjadi tahanan politik di Pulau Buru dan peredarannya sempat dicekal pemerintah, buku pertama seri Tetralogi Pulau Buru ini memiliki alur cerita yang mampu menguras air mata. Minke, seorang pribumi keturunan priyai dan bersekolah di HBS. Ia satu-satunya warga Hindia dan berbaur dengan siswa Belanda.
Beberapa keistimewaan yang dia miliki menghantarkannya bertemu dengan Annelies, anak pergundikan Herman Mellema (Belanda) dan Nyai Ontosoroh (pribumi). Pertemuannya dengan Nyai Ontosoroh dan Annelies membuat Minke menyadari banyak hal. Ia mulai risau dengan hukum kolonial dan adat bangsanya sendiri yang selalu mengkotak-kotakkan manusia dalam tingkatan golongan.
Annelies dan Minke jatuh cinta, kemudian keduanya menikah. Namun masalah mulai datang bertubi-tubi ketika Herman Mellema meninggal dan keluarganya yang di Belanda menuntut harta Herman Mellema. Mereka pun mulai diadili di pengadilan Belanda. Annelies tidak diakui sebagai anak Nyai Ontosoroh, ia hanya anak Herman Mellema sehingga harus pindah perwalian ke Belanda. Pernikahan Minke dan Annelies pun tidak dianggap sah secara hukum kolonial.
BACA JUGA: Janji Bukan Sekedar Janji dari Novel Terbaru Tere Liye
Tak tinggal diam, Minke dengan dukungan Nyai Ontosoroh dan teman-temannya mulai melawan pengadilan melalui tulisan. Ia menulis di surat kabar dan mendapatkan banyak atensi. Perlawanan terus dilakukan. Namun sayang, Minke kalah dan Annelies dibawa ke Belanda sampai meninggal dalam ketidakberdayaannya.
Ketiga, Di Tanah Lada
Ziggy Zesyazeoviennazabrizkie (percayalah, saya googling berulang demi menghindari kesalahan penulisan namanya) sebut saja Ziggy Z, dalam novel ini menggambarkan dunia petualangan anak. Eits, bukan petualangan yang seru melainkan perjalanan membebaskan diri dari kekerasan anak.
Salva, tokoh utama yang digambarkan sebagai gadis kecil usia enam tahun yang suka membawa kamus dan menghafalkannya. Karena suatu alasan, ia harus singgah di rumah susun. Ayahnya adalah seorang yang tidak bertanggung jawab, suka berjudi, dan melakukan kekerasan kepada anak serta istrinya.
Suatu waktu, Salva bertemu dengan P (iya, cuma Pe) anak lelaki sepuluh tahun. Dia pengamen yang selalu membawa gitar kecil kemana pun ia pergi. Ternyata, ayah P juga sering menganiaya P. Hingga suatu waktu saat Salva datang ke rumah P, ia melihat sendiri bagaimana kejamnya ayah P. Mereka pun memilih kabur dari rumah dan berencana pergi ke rumah neneknya di tanah yang penuh dengan lada. Salva dan P memulai petualangan dengan hanya modal nekat.
Petualangan dua bocah kecil itu membawa dunia dengan sudut pandang baru. Kita diajak melihat dunia yang kejam dari kacamata anak seusia Salva dan P. Ziggy Z berhasil menempatkan pembaca yang saya yakin mayoritas orang dewasa kembali pada jiwa kecilnya.
BACA JUGA: Blonde, Biopik Marilyn Monroe yang Dinilai Mengeksploitasi Trauma sang Aktris
Sebenarnya, masih banyak novel yang bisa membuat stok air matamu terkuras. Tapi kita cukupkan dulu, daripada air matamu kekeringan ya.
Ternyata nggak ada salahnya juga kan baca novel atau nonton film sedih kemudian kita bisa ikutan sesenggukan dan melepas kesedihan yang disimpan. Apalagi kalau setelahnya hati jadi lebih plong. Asal ketika novel atau filmya tamat, kita punya insight baru bukannya plonga-plongo. Hyakkkkk
Berikan komentarmu