KOTOMONO.CO – Journey to The light, “light”atau cahaya yang dimaksud disini adalah Madrasah. Menurut penulis madrasah adalah suluh penerang yang mengantarkan manusia melewati lorong kegelapan menuju cahaya terang.
Pada zaman dulu, madrasah bukan sekedar institusi pendidikan dasar seperti yang dikenal hari ini, melainkan sampai ke jenjang perguruan tinggi yang menawarkan gelar kesarjanaan. Buku ini berisi catatan sebagian dari perjalanan penulis yang dilakukan setiap akhir tahun seusai umroh.
Penulis begitu terinspirasi dengan perjalanan Ibnu Bathutah yang dua kali grand journey-nya selalu diawali dari Baitullah. Buku ini bercerita tentang pengalaman penulis dalam melakukan perjalanan untuk mengunjungi madrasah-madrasah di dunia yang pernah berjaya pada jaman kejayaan Islam.
Perjalanan menyusuri madrasah-madrasah pada masa kejayaan Islam itu bukanlah perjalanan biasa. Kalaulah sebuah peradaban meninggalkan jejak berupa istana yang megah, itu tak benar-benar istimewa. Wes biasa!. Namun kalau jejak yang ditinggalkan adalah madrasah yang luar biasa, bisa dipastikan betapa tinggi narasi peradaban yang telah dituliskannya. Di sini penulis mengajak pembaca menapaktilasi dan memunguti hikmah dari kisah madrasah-madrasah yang sempat menjadi sejarah masa kejayaan Islam.
“Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku (yakni para sahabat), kemudian orang-orang yang mengiringinya, kemudian orang-orang yang mengiringinya.” (H.R Al-Bukhari dan Muslim).
Manusia terbaik adalah generasi sahabat, manusia-manusia terpilih yang dididik langsung oleh Rasulullah. Madrasah yang digunakan untuk menimba ilmu adalah masjid Nabawi. Dari masjid Nabawi, Rasullullah dan diteruskan para sahabat membangun sebuah peradaban. Peradaban yang dibangun adalah membangun manusia, mengentaskan dari kebodohan, kejahiliyahan dan menjadi khalifah di muka bumi. Masjid Nabawi merupakan salah satu madrasah pada jaman dulu yang digunakan Rasullulah untuk barbagi ilmu.
BACA JUGA: Gay & HIV: Sudut Pandang Anyar dari The Poz Says Ok
Al-Qarawiyyun adalah universitas tertua di dunia yang berada di kota Fez, Maroko. Universitas ini didirikan satu abad sebelum Universitas al-Alzhar di Kairo,Mesir dan tiga abad sebelum Universitas Oxford di Inggris. Universitas ini didirikan oleh seorang muslimah bernama Fathimah al-Fihri pada tahun 859 M, jauh sebelum peristiwa fenomenal keberhasilan Shalahuddin al-Ayyubi membebaskan Baitul Maqdis.
Penulis pernah membaca artikel yang ditulis sebuah media internasional bahwa Islam akan tetap berjaya selama umatnya masih tetap melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, shalat Jum’at berjamaah dan tradisi keilmuwan terjaga di Universitas al-Alzhar, Kairo. Disebutkan dalam Ensiklopedia Islam, pembangunan masjid al-Azhar selesai pada tahun 971 M. Awalnya bukan nama al-Azhar yang digunakan melainkan Jami’ al-Qahirah. Adapun nama al-Azhar dinisbahkan kepada gelar putri Rasullah, Fatimah az-Zahra. Setelah masjid selesai dibangun kegiatan akademis dimulai sekitar tahun 975 M.
Pindah ke tanah Palestina, area seluas 150.000 m2 ini selama berabad-abad disebut Masjid Al-Aqsha, baru sekitar abad ke 16 pada masa Daulah Utsmani, kompleks ini disebut dengan Haram asy-Syarif yang secara bahasa disebut tempat suci yang mulia.
BACA JUGA: Resensi Novel Ezaquel Karya Siti Habibah
Di dalam kompleks ini terdapat beberapa madrasah, diantaranya Madrasah Farisiyah, Madrasah Nahriyah dan Madrasah Nashiriyah. Tak hanya di dalam kompleks, di luar kompleks terdapat juga beberapa madrasah. Salah satu madrasah yang legendaris adalah Madrasah Ghazaliyah yang didirikan dan diajar oleh Imam al-Ghazali.
Ketika baru ada satu dua bangsawan atau tokoh agama di Eropa yang bisa menulis namanya, saat itu anak petani paling miskin di Andalusia sudah bisa membaca dan menulis dengan lancar. Tak ada satupun penduduk Cordoba yang buta aksara. Sejarah mencatat, kota Cordoba pada masa kejayaan Islam mempunyai madrasah yang tak terhitung jumlahnya.
Bukhara, sebuah kota yang berada di sebelah tengah republik Uzbekistan ini merupakan pusat intelektual Islam pada masanya. Kota ini dulunya disesaki madrasah-madrasah megah, bahkan di setiap kampung berdiri minimal satu madrasah. Ada yang menyebut bahwa Bukhara berasal dari bahasa Mongol, yakni “bukhar” yang artinya lautan ilmu. Adapun cahaya di kota Bukhara akhirnya padam pada tahun 1220 M ketika Jenghis Khan dan pasukannya menghancurkan semuanya.
BACA JUGA: Resensi Novel “Lapar” Karya Knut Hamsun
Di atas merupakan beberapa madrasah dari sekian madrasah yang diceritakan dalam buku ini. Adapun madrasah-madrasah tersebut ada yang masih berfungsi sebagai tempat menimba ilmu sampai sekarang dan ada pula yang sudah tidak berfungsi. Dari madrasah-madrasah itulah banyak ulama dan ilmuwan Islam yang lahir.
Dengan halaman yang tidak terlalu tebal dan dilengkapi dengan foto-foto madrasah yang berwarna membuat buku ini tidak membosankan untuk dibaca, kita berasa mengunjungi madrasah-madrasah terkenal di dunia. Kita akan merasakan cahaya islam yang bersinar indah pada zaman dulu, terutama ketika Islam berjaya di muka bumi ini.
komentarnya gan