“Negeri ini tidak akan hancur karena bencana. Tapi karena kebejatan moral dan perilaku korupsi”
KOTOMONO.CO – Korupsi dalam sejarah umat manusia bukanlah sesuatu yang asing dan baru. Ia ada berbarengan dengan umur manusia itu sendiri. Ketika manusia mulai bermasyarakat, disanalah awal mula terjadinya tindak korupsi. Sejak saat itu, moralitas dikesampingkan, orientasi hidup berubah menjadi saling menguasai dan mengeksploitasi demi memperkaya diri.
Dalam sejarah, banyak sekali catatan yang terkait dengan kenyataan tersebut. Di India misalnya, korupsi sudah menjadi permasalahan serius sejak 2300 tahun yang lalu, hal ini terbukti dengan adanya tulisan seorang perdana menteri Chandragupta tentang 40 cara untuk mencuri kekayaan negara.
Kemudian di kerajaan China sana, pada ribuan tahun yang lalu telah menerapkan kebijakan yang disebut Yang-lian, yaitu hadiah untuk pejabat negara yang bersih, sebagai insentif untuk menekan korupsi. Begitu dahsyatnya tindak kriminal korupsi ini merajarela di hampir penjuru dunia. Bahkan tak jarang para seniman seperti Shakespeare mengangkat tema-tema korupsi dalam berbagai karyanya CITATION.
Kenyataan itu pun semakin berlanjut di era masa kini dengan hadirnya film-film bertemakan korupsi. Film India berjudul “Godse” tahun 2022 adalah salah satunya. Tujuan dari hadirnya film ini tak lain untuk memperlihatkan bagaimana tindak korupsi telah begitu banyak merugikan orang lain.
Sinopsis Film Godse 2022
Film bergenre crime thriller tahun 2022 berdurasi 128 menit ini disutradarai Gopiganesh Pattabhi dan diperankan oleh Satyadev Kancharana dan Aishwarya Lekshmi. Film berawal ketika Sali seorang negosiator kepolisian ditelpon oleh kapolsek untuk pergi kerumah seorang pengusaha yang sedang dirampok.
Kapolsek menyuruh Sali untuk bernegosiasi dengan para perampok. Sesampainya di rumah itu, Sali meminta izin untuk bernegosiasi dengan perampok. Tetapi kapolsek melarangnya dan menyuruh Sali untuk bernegosiasi dari luar rumah.
Namun, di satu sisi pihak kepolisian juga mengirim pasukan khusus untuk membasmi perampok. Belum selesai bernegosiasi pasukan khusus itu langsung menyerang perampok. Tak ayal, perampok pun marah dan membunuh salah satu sandera seorang wanita.
BACA JUGA: 4 Film Pendek Keren yang Bisa Kamu Tonton Gratis di Youtube
Sejak saat itu, Sali mengundurkan diri dari kepolisian karena tak tega melihat pembunuhan itu, tetapi kapolsek melarangnya. Di saat bersamaan setelah kejadian tersebut, banyak para pegawai dari pemerintahan seperti, staff Kementerian Perindustrian, Wakil Menteri Keuangan, dan kapolsek diculik oleh penculik bertopeng.
Tak lama setelah penculikan itu, sang penculik mencoba melakukan negosiasi dengan kepolisian melalui video call. Sali lalu dipanggil untuk bernegosiasi dengan sang penculik. Penculik kemudian membuka topengnya dan menyebut dirinya sebagai Godse.
Dalam negosiasi tersebut, Godse mengutarakan tuntutannya seperti, meminta menghadirkan Wakil Menteri Perindustrian bernama Kumar, Menteri Perdagangan bernama Ajay, Wakil Menteri bernama Shures, direktur salah satu berita televisi bernama Murti, pensiunan hakim agung bernama krisnan, dan ketua KPU bernama Narayan.
Setelah mereka semua berkumpul di kantor kepolisian. Godse kemudian menceritakan alasannya menculik beberapa staff kementerian kepada Sali. Godse mulai bercerita bahwa ia dahulu merupakan pengusaha sukses berkewarganegaraan Inggris.
BACA JUGA: Kiat Menjadi Humanis Berdasarkan Drakor Hospital Playlist
Suatu hari ketika Godse sedang mengisi konfrensi pengusaha di Inggris, Ajay sang Menteri Perdagangan beserta kawan-kawannya ikut hadir. Setelah mendengar Godse bercerita, Ajay tertarik untuk mengajak Godse berinvestasi di India. Awalnya Godse tidak tertarik dengan tawaran Ajay tersebut. Namun, saat Godse kembali ke India untuk reuni dengan teman-temannya. Godse banyak mendengar keluhan dari teman-temannya itu.
Keluhannya tak lain adalah karena susahnya mencari lapangan pekerja bagi sarjana lulusan teknik di India. Tergerak dengan keluhan itu, Godse langsung berniat membangun bisnis dan berinvestasi besar-besaran di India dengan kembali menghubungi Ajay.
Ajay pun senang mendengar hal itu, awal proyek yang dibangun Godse berlangsung lancar dan sukses. Kemudian Ajay dan kawan-kawan kembali menemui Godse untuk membangun proyek selanjutnya berupa perluasan pembangunan pabrik semen di pinggiran kota. Godse setuju karena ingin memperluas lapangan kerja di India. Godse kemudian mengutus sahabatnya untuk melihat pabrik semen itu.
Setelah dilihat, ternyata pabrik itu kosong alias tidak ada fisiknya dan hanya kebohongan belaka. Godse pun marah kepada Ajay dan menolak proyek itu karena uangnya pasti di korupsi. Karena menolak, Ajay pun kemudian berusaha menghancurkan kehidupan Godse mulai dari fitnah, membunuh teman-temannya, hingga membunuh istri Godse oleh perampok sebagaimana awal film ini yang ternyata perampok itu adalah suruhan Ajay.
BACA JUGA: Review Film Losmen Bu Broto
Di tengah kemelut itu Godse kemudian meminta pertolongan kepada Menteri Koordinator, disana Godse menceritakan semuanya tentang tindakan Ajay yang korupsi dengan melakukan proyek bodong.
Alih-alih membantu Ajay, Menteri Koordinator malah menjadi pelindung dan bekerjasama dengan Ajay serta kawan-kawannya. Itulah alasan Godse melakukan penculikan. Setelah mengutarakan alasannya menculik, Godse kemudian bertanya kepada pensiunan hakim agung bernama Krisnan.
“Pak Krisnan apakah yang aku lakukan ini salah? Ketika ternyata pihak kepolisian tak mampu menangkap para koruptor yang telah merugikan banyak orang serta menghilangkan nyawa teman-teman dan istriku”.
Mendengar pertanyaan itu, Krisna kemudian berdiri dan memberikan salam hormat kepada Godse. Sebagai tanda persetujuan atas tindakan Godse.
Setelah itu, Godse kemudian pergi ke rumah Menteri Koordinator dengan memasang bom diseluruh tubuhnya. Sesampainya di rumah Menteri Koordinator, terlihat para koruptor seperti Ajay dan kawan-kawan sedang berkumpul. Godse kemudian menyuruh mereka duduk dan mendengarkan pernyataan Godse.
BACA JUGA: The Adam Project (2022), Perjalanan Waktu dan Berdamai dengan Masa Lalu
Godse mengatakan ; “aku meninggalkan negara ku Inggris hanya untuk melakukan kebaikan di India. Aku ingin menciptakan banyak lapangan pekerjaan agar para lulusan sarjana tidak kesulitan ekonomi. Namun, kalian para “tikus-tikus negara” memperkaya diri dengan merampok uang rakyat. Gara-gara kalian “tikus-tikus negara” hanya 6% sarjana yang bisa bekerja dengan layak 94% lainnya tidak bekerja sesuai kompetensinya dan mengalami kesulitan ekonomi. Kalian para “tikus-tikus negara” selalu membohongi rakyat dengan caption-caption indah yang kalian buat di sosial media melalui buzzer-buzzer politik yang kalian bayar demi sebuah jabatan”.
Setelah mengutarakan pernyataannya Godse kemudian melemparkan bom yang dibawanya kepada koruptor itu. Godse dan para koruptor itu kemudian tewas di tempat.
Kritik Kepada Para Koruptor
Sungguh sebuah ending cerita yang fantastis. Seperti tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan tindak korupsi, Godse dengan beraninya mampu melakukan hal demikian, meski nyawanya sendiri harus hilang.
Berbicara pemberantasan korupsi memang bukan perkara yang mudah seperti membalikan tangan. Telah banyak cara dilakukan tetapi tetap saja nihil, bahkan Presiden Nigeria Shehu Shagari di tahun 1982, pernah mengatakan “adalah soal kemerosotan akhlak di negeri kami. Ada masalah suap, korupsi, kurangnya ketaatan akan tugas, ketidakjujuran, dan segala cacat semacam itu”.
BACA JUGA: Kigeki, Lagu Santuy Penutup Anime Spy x Family yang Penuh Makna Tentang Keluarga
Rezim Shagari sebetulnya telah mencoba mencanangkan suatu “revolusi etis” untuk melawan korupsi, dengan mencantumkan suatu kode tingkah laku bagi pegawai negeri dalam Undang-Undang Dasar 1979, guna menegakkan “perilaku yang telah ditentukan”.
Bahkan sang Presiden telah menunjuk seorang Menteri Kabinet Bimbingan Nasional guna memberikan pimpinan moral melawan korupsi. Namun, tetap saja Nigeria masih korup, rakyatnya semakin terasing dari perekonomiannya.
Bahkan di Indonesia sendiri seorang pangeran bernama Diponegero sampai harus marah dan menampar Patih Yogyakarta yang munafik dan korup dengan selop karena suatu pertengkaran tentang penyewaan tanah kerajaan di Rojowinangun pada 20 Juni 1820. Namun, tetap saja korupsi terus terjadi.
Film ini boleh dibilang sebuah film yang sarat akan nilai-nilai moral, menghidangkan informasi kepada kita bagaimana tindak korupsi merupakan tindakan yang sangat kejam. Meski yang dilakukan oleh Godse di mata hukum salah, tetapi yang dilakukan juga merupakan perlawanan terhadap kejahatan.
Maka tidak heran jika pensiunan hakim agung seperti Krisnan berdiri memberi salam hormat kepada Godse. Karena mungkin sang hakim agung juga sudah putus asa menghadapi tindakan para koruptor.
Film ini mungkin fiktif hanya untuk hiburan. Tetapi ternyata ini fakta yang terjadi di seluruh penjuru dunia. Dan mengingat apa yang disampaikan Godse di akhir film, menunjukkan bahwa sejatinya manusia itu baik, tetapi terkadang niat baik kita diselewengkan oleh “tikus-tikus negara” yang telah gelap mata akan harta duniawi.
Semoga dengan hadirnya film yang bertema korupsi ini, kita sebagai generasi penerus bangsa dapat mengambil pelajaran yang berharga dari film-film semacam ini.
komentarnya gan