KOTOMONO.CO – Saat menjadi pembicara dalam seminar nasional Badan Pengarah Indeologi Pancasila (BPIP) beberapa waktu lalu di Jakarta, pernyataan Megawati kembali menjadi sorotan publik. Dalam perkenalannya, ia menyebut bahwa dirinya adalah manusia unik di Republik Indonesia dan anak presiden pertama Seokarno.
Perkenalan ini terkesan agak mengejutkan, namun yang disampaikan Megawati memang benar. Siapa toh yang tidak kenal presiden ke 5 Indonesia ini? The one and only presiden perempuan sepanjang sejarah kita. Ia juga membeberkan sederet gelar yang diperolehnya, dan prestasi luar biasanya selama berkarir dalam dunia politik.
“Saya itu pernah panglima tertinggi lo. Saya aja bisa beli pesawat. Cewek lo. La mbuk tiru saya dong, ya. Aduh gimana sih ibu-ibu supaya menyemangati gitu loh.”
Sebagai sesama perempuan, Bu Mega ingin ibu-ibu juga berdaya seperti dirinya. Terlebih ia melihat kenyataan bahwa saat ini ibu-ibu lebih gandrung pergi ke pengajian sementara anaknya tidak terurus dengan baik.
“Saya melihat ibu-ibu itu ya, maaf ya. Sekarang kan budayanya, beribu maaf jangan lagi nanti saya di-bully. Kenapa to seneng banget ngikut pengajian ya. Iya loh, maaf beribu maaf. Saya sampai mikir, iki pengajian ki sampai kapan to yo? Anak e arep dikapake? Boleh, bukan berarti nggak boleh. Saya pernah pengajian kok.”
Walaupun dalam pernyataannya Bu Mega sudah meminta maaf berkali-kali, statement tersebut tetap saja digoreng netizen. Beberapa pihak merasa tidak ada yang salah dengan ibu-ibu pergi pengajian. Toh waktu pengajian hanya sebentar dan biasanya dilakukan saat aktivitas rumah tangga sudah selesai.
Dear netizen, baiknya kalian sabar terlebih dahulu. Pernyataan Bu Mega benar kok. Dengan tema seminar yang membahas stunting, ibu—selaku orang tua—punya peran penting untuk memperhatikan anak. Nah, Bu Mega kan hanya menghimbau alangkah lebih baik mengurus anak dengan baik terlebih dahulu alih-alih ikut pengajian yang lama.
BACA JUGA: JIS Tidak Layak? Jadikan Ladang Amal Jariyah Pemprov DKI Sahaja!
Sabar, netizen sayang. Memangnya ibu-ibu di lingkungan kita kah yang dimaksud? Kalau ibu-ibu pengajian di lingkungan kita tidak seperti itu, ya sudah. Bisa jadi, Bu Mega hanya menyoroti ibu pengajian yang ada di lingkungan beliau.
Tapi jangan khawatir, melalui tulisan ini saya akan bantu beberkan sederet manfaat pengajian ibu-ibu yang mungkin Bu Mega belum tahu.
Sarana Sosialisasi
Manfaat utama dan yang paling tampak dengan ibu-ibu pergi pengajian adalah sebagai sarana bertemu orang lain. Ibu-ibu yang kesehariannya hanya mengurus rumah, mempersiapkan kebutuhan anak dan suami sebelum berangkat beraktivitas, akhirnya punya wadah pasti untuk mencicipi udara luar.
Sebagai individu normal, ibu-ibu pasti memiliki kebosanan saat terus-terusan di rumah. Nah, untuk menjaga kewarasan mental seorang ibu pula, mereka perlu melepas sejenak kepenatan tugas rumah tangga dan berbaur dengan ibu-ibu lain. Yah meskipun kalau mereka berkumpul, topik pembahasan tidak jauh-jauh urusan rumah.
Kalau kesehatan batin ibu-ibu ini terjaga, mereka jadi lebih happy juga kan saat mengurus anak?
BACA JUGA: Childfree Bukan Budaya Kita, Budaya Kita Adalah Menggugat Prinsip Orang Lain
Insight Ilmu Baru
Seperti Bu Mega yang tidak lelah berkarir dalam dunia politik hingga masa tua, ibu-ibu juga ingin tetap mendapatkan ilmu sekalipun punya kewajiban mengurus anak. Maksudnya, kalau bisa mendapatkan keduanya kenapa cuma pilih satu, gitu loh. Bu Mega juga kan menjabat ketua partai selama puluhan tahun tapi masih aktif di BPIP bahkan beberapa gelar dari universitas masih tertunda gegara pandemi.
Nah, karena ibu-ibu ini hanya punya akses mendapatkan pengetahuan baru lewat pengajian, bersemangatlah mereka untuk datang. Dengan melihat antusiasme ibu-ibu yang seperti ini, baiknya Bu Mega—yang punya power besar dan akses mulus ke Pak Presiden—mungkin bisa mengajukan program atau kebijakan agar ustad-ustad pengajian lebih variatif mengambil tema kajian. Mulai dari pembahasan managemen keluarga, kesetaraan gender, parenting, pelecehan seksual, bahkan kesehatan juga bisa diselipkan.
Nambah Cuan
Pada dasarnya, ibu-ibu punya kreativitas yang tinggi. Pengajian bisa disulap jadi lapak yang menghasilkan uang. Bisa berupa arisan berkedok pengajian, hingga pengajian yang diselipkan dengan misi perdagangan. Apa pun itu modelnya, pengajian bisa nambah cuan bagi ibu-ibu.
Kembali lagi ke identitas ibu, cuan yang mereka hasilkan pada akhirnya kembali untuk kebutuhan keluarga juga. Bisa dibilang, pergi ke pengajian meninggalkan anak dan rumah beberapa jam, tetapi kembali untuk kepentingan rumah dan anak pula. Duh, mulia sekali memang.
BACA JUGA: Memahami Kritik Romahurmuziy Soal Rutan KPK yang Katanya Tidak Manusiawi
Dapat Bingkisan
Tidak di kondangan, arisan, bahkan pengajian, ibu-ibu sering diidentikkan dengan makanan. Nah, pengajian juga demikian. Sudah jadi budaya masyarakat kita kalau tiap pengajian, bingkisan akan selalu hadir. Bentuknya macam-macam, mulai dari nasi beserta lauknya, snack yang bisa dimakan di tempat, sampai bingkisan yang bisa dibawa pulang.
Lagi-lagi, ibu-ibu kerap menyisakan bingkisan itu untuk dibawa pulang dan diberikan ke anaknya. Tuh kan, Bu Mega, bahkan saat pengajian pun ibu-ibu masih memikirkan anaknya lho.
Yang pasti sih ya, Bu Mega, selain bisa bertemu dengan banyak orang, mendapat bingkisan dan pengetahuan baru, pengajian rutin bisa bikin ibu punya aktivitas baru. Lumayan kan, jadi kerjaan ibu-ibu ini nggak cuma menggoreng tok. Chuaaccckkzzz.
Tulis Komentar Anda