• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
No Result
View All Result
Kotomono.co
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
Sejarah Kelurahan Poncol Pekalongan

Peta Kelurahan Poncol Pekalongan

Sejarah Asal-usul Kelurahan Poncol Kota Pekalongan

Angga Panji W by Angga Panji W
Mei 16, 2019
in LOCAL WISDOM
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Cerita Sejarah Asal-usul Kelurahan Poncol Pekalongan ini berawal dari hutan belantara yang terkenal angker, kemudian Desa Poncol menjelma menjadi suatu kawasan strategis di Kota Pekalongan dengan luas daerah mencapai 62,2 hektar dan total penduduk sebanyak 12.900 jiwa pada tahun 2014.

Desa Poncol sudah dikenal sejak abad ke-16 pada masa Kerajaan Mataram. Ketika itu, para pasukan di bawah pimpinan Senopati Bahureksa tengah gencar mengejar para perompak hingga memasuki hutan belantara. Ketika para perompak berhasil terkejar, terjadilah pertempuran sengit antar kedua belah pihak.
Dalam peristiwa itu, beberapa prajurit gugur di atas tanah moncol.

Tanah moncol yaitu semacam tanah yang menjulang lebih tinggi dari dataran lain. Peristiwa gugurnya para prajurit kontan membuat Senopati Bahureksa semakin murka, beliau lantas memerintahkan pasukan yang tersisa untuk menangkap para perompak yang berhasil melarikan diri.

Sejarah Kelurahan Poncol Pekalongan
Peta Kelurahan Poncol Pekalongan

Senopati Bahureksa lantas berseru, “Kelak, jika keadaan sudah aman tentram, tanah moncol ini akan menjadi Desa Poncol.”

Saat sinar sang fajar mulai redup dan menghilang di ufuk barat, Senopati Bahureksa dan pasukannya memutuskan untuk beristirahat sejenak, menghentikan pengejaran. Saat tengah melepas lelah, Senopati Bahureksa bertemu dengan seorang kakek yang masih genen atau menghangatkan tubuh dengan api unggun sambil makan jagung bakar.

Senopati Bahureksa lalu bertanya pada kakek, “Apa nama dukuh ini?” Kakek itu menjawab bahwa ia tidak tahu, karena di sekitar tanah itu masih tertutupi hutan lebat. Akhirnya Senopati Bahureksa kembali berujar, “Kelak, apabila tanah ini menjadi dukuh, berilah nama dukuh Sorogenen.”

Baca juga : Sejarah Asal-usul Kelurahan Keputran Kota Pekalongan

Konon, pada waktu itu Poncol dibagi menjadi beberapa dukuh, antara lain : Dukuh Sorogenen, Poncol, Kuroijo, Pesantren, Kolekturan dan Bonjongan. Namun, seiring berjalannya waktu, dukuh-dukuh itu lalu digabungkan menjadi satu dengan nama Desa Poncol.

Lurah Desa Poncol yang pertama adalah Tirtoatmojo.

Di sekeliling area tanah moncol akhirnya dikenal sebagai daerah angker dan membuat warga sekitar enggan untuk datang ke area itu. Namun, setelah puluhan tahun berlalu, area tanah moncol tersebut berubah menjadi pemukiman padat penduduk yang dikenal dengan nama Gang Gumuk.

Ditempat itu juga terdapat pohon jati tua yang tidak pernah mati, sementara di bawah pohonnya banyak batu nisan berserakan. Untuk Sorogenen sendiri, dulunya pernah dijadikan sebagai makam orang-orang China sehingga warga sekitar sering menyebutnya dengan Bong.

Gang Gumuk Poncol Pekalongan
Gang Gumuk Poncol Pekalongan

Berbagai peristiwa tak terlupakan pernah menorehkan sejarah tersendiri bagi Desa Poncol, diantaranya seperti kejadian kebakaran besar yang nyaris menghanguskan separuh desa pada siang hari tanggal 27 September 1961.

Baca juga : Sejarah Terbentuknya Kota Pekalongan

Dalam waktu beberapa jam, sekitar 500 rumah warga ludes dilahap si jago merah. Para korban kebakaran akhirnya diungsikan ke dekat kompleks perkantoran Kecamatan Pekalongan Timur. Mereka mendapat bantuan berupa rumah sederhana dari pemerintah setempat. Tempat pengungsian tersebut diberi nama Poncol Baru.

Sementara itu, kehidupan masyarakat Poncol di tengah hingar bingar modernisasi seperti sekarang ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan masyarakat Pekalongan pada umumnya. Kesederhanaan, keramahan dan semangat gotong royong masih terasa kental mewarnai setiap sendi kehidupan masyarakat Poncol.
Beragam tradisi adat Jawa juga masih terjaga kelestariannya hingga sekarang. Tradisi tersebut dimulai dari tradisi mempersiapkan kelahiran sang bayi yang disebut dengan tradisi tingkeban atau mitoni, di mana tradisi ini dilakukan saat seorang wanita mencapai usia kehamilan tujuh bulan, dalam ritual ini biasanya juga dibagikan bubur lolos dan rujak.

Bubur lolos bermakna agar proses kelahiran diberi kelancaran, sedangkan untuk rujak, masyarakat percaya bahwa apabila rujaknya terasa pedas maka yang akan terlahir adalah bayi laki-laki, sebaliknya kalau rujak tidak terasa pedas, yang akan terlahir adalah bayi perempuan.

Setelah itu, ada pula tradisi puputan yang dilakukan ketika tali pusar sang bayi telah lepas atau puput. Orang tua sang bayi juga sekalian memberi nama untuk bayi tercinta dalam tradisi ini. Kemudian, setelah bayi berusia sekitar 7 bulan atau bayi pertama kali menginjak tanah diadakan tradisi lagi bernama tedhak siten.
Dalam tradisi tersebut juga dibagikan makanan srintil, agar sang bayi jalannya bisa semrintil atau lincah. Kemudian, tradisi yang paling digemari oleh anak-anak Poncol adalah tradisi udik-udikan.

Baca juga : Mengenal Tradisi Udik-udikan Masyarakat Pekalongan

Tradisi ini merupakan tradisi membagi-bagikan uang receh dengan cara dilempar, yang kemudian akan diperebutkan oleh para warga dari anak-anak dari orang tua. Semua bergembira ria menyambut acara semacam ini. Masyarakat Poncol senang sekali mengadakan udik-udikan sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta.

Tradisi ini biasa dilakukan pada acara sunatan, rabu pungkasan, menyambut kedatangan sang bayi dari klinik bersalin atau rumah sakit serta pada acara puputan. Tradisi lain yang masih bisa dijumpai di kelurahan Poncol adalah tradisi dalam proses pembangunan rumah atau biasa disebut dengan munggah molo.
Munggah molo berarti menaikkan molo atau memasang bagian rumah yang paling tinggi.

Tradisi ini dilakukan dengan memasang bendera merah putih ukuran sedang di bagian tengah blandar. Lalu, ditambahkan juga dengan berbagai sesajen seperti sesisir pisang ambon, seonggok padi yang telah menguning dan seikat tebu, semua itu diikat dan digantungkan pada blandar.

Sebelum proses munggah molo dilaksanakan, digelar acara selamatan terlebih dahulu dengan mengundang tetangga sekitar rumah. Tradisi semacam ini bertujuan agar rumah serta para penghuninya senantiasa diberi perlindungan dari sang kuasa.

 

Sumber : Husna Karimah, Moh. Riza Rahmat Syah – Mengungkap Asal-Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan – KPAD Kota Pekalongan.

 

Salam Cinta Pekalongan

Tags: Cerita Sejarah PekalonganpekalonganPekalongan Info

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Angga Panji W

Angga Panji W

FOUNDER
Seseorang yang ingin berkarya lewat konten digital.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
7.8k
Tradisi Bunga Sumping Hari Raya

Tradisi Memasang Bunga Sumping Saat Hari Raya

Mei 1, 2022
869
Politik Pangkon Walikota Afzan Arslan Djunaid

Politik “Pangkon” Ala Mas Walikota Aaf

April 5, 2022
169
Banjir Rob Pekalongan

Banjir Pekalongan Tak Pernah Tuntas Kalau yang Diajak Ngobrol Cuma Elite

Maret 31, 2022
190
Memaknai Tradisi Megengan

Memaknai Tradisi Megengan

Maret 29, 2022
417
Blackcanyon Petungkriyono

Obyek Wisata Black Canyon Petungkriyono

Maret 27, 2022
7.6k
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Belajar Bijak dari Driver Ojol Selalu Berwajah Lusuh Ketika Mengambil Orderan

Koenokoeni Cafe Gallery, Kafe Resto dengan Kearifan Lokal di Semarang

4 Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia

Tradisi Pesta Giling Tebu di Pabrik Gula Sragi, Sebuah Upacara Spesial Pengantin Tebu dan Pengantin Glepung

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Mata Uang Kripto

Mengulik Fakta Wingko Babat; Berasal dari Lamongan yang Kadung Terkenal di Semarang

LAGI RAME

Tradisi Pengantin Glepung di Pabrik Gula Sragi

Tradisi Pesta Giling Tebu di Pabrik Gula Sragi, Sebuah Upacara Spesial Pengantin Tebu dan Pengantin Glepung

Mei 18, 2022
373
Cafe Hits Batang Hello Beach

20 Cafe Hits Kekinian di Kabupaten Batang yang Keren Abis Buat Nongki-Nongki

Februari 13, 2022
3k
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
6.4k
Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Maret 3, 2022
1.8k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
34k
Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
311
Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
7.8k
Makam Sapuro

Wisata Religi : Makam Habib Ahmad Sapuro Pekalongan

Agustus 7, 2016
11.6k
Forest Kopi Batang

Inilah 10 Tempat Kuliner di Batang Paling Direkomendasikan untuk Wisatawan

April 9, 2020
29.5k
Dewi-Rantamsari-Dewi-Lanjar

Kisah Misteri Dewi Rantamsari Yang Melegenda

Oktober 16, 2018
15.6k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • LOCAL WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
    • NYASTRA
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In