• Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
  • Login
  • Register
  • ARTIKEL POPULER
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • K-Popers
  • PLESIRAN
  • PUSTAKA
  • NYASTRA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • RELEASE
    • OTOMONO
    • FIGUR
    • OH JEBULE
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • UMKM
No Result
View All Result
  • ARTIKEL POPULER
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • K-Popers
  • PLESIRAN
  • PUSTAKA
  • NYASTRA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • RELEASE
    • OTOMONO
    • FIGUR
    • OH JEBULE
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • UMKM
No Result
View All Result
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • ARTIKEL POPULER
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • K-Popers
  • PLESIRAN
  • PUSTAKA
  • NYASTRA
  • LAINNYA
Sejarah Pendapa Pekalongan

Sejarah Pendapa Pekalongan

Sejarah Gedung Pendapa Pekalongan

Angga Panji W by Angga Panji W
Mei 3, 2017
in LOCAL WISDOM
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Gedung Pendapa Pekalongan merupakan bangunan yang cukup tua dan memiliki sejarah yang dalam. Hal ini berkaitan dengan penguasaan wilayah Pekalongan yang dinilai sangat strategis.

Bangunan Pendapa Pekalongan ini berada di selatan Alun-alun Kota Pekalongan, saat ini nampak lusuh tak terawat. Dengan halaman yang luas, samping kanan-kirinya dikelilingi pohon beringin yang rindang membuat udara di sekitar Pendopo Pekalongan terasa sejuk.

Meskipun berlokasi di Kota Pekalongan, namun “kepemilikan” Pedopo Pekalongan dipegang oleh pemerintah Kabupaten Pekalongan. Dulunya ini merupakan ibukota dari Kabupaten Pekalongan sebelum dipindahkan ke Kajen pada tanggal 25 agustus 2001 oleh Bapak Bupati Antono ditandai dengan pembuatan Taman Memorabilia “Dadi KAJEN”.

Karena dahulu pusat pemerintahan Kabupaten Pekalongan masih berada di kawasan Alun-alun jalan Nusantara Kota Pekalongan. Sedangkan Gedung DPRD berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman Kota Pekalongan. Setelah perpindahan tersebut, maka secara resmi Pendapa Pekalongan juga dibangun ke Kajen tepat dibagian depan dari Rumdin Bupati Pekalongan.

BACA JUGA: Bumi Legenda Batik Nusantara itu Kabupaten Pekalongan

Nah, bagaimana dengan Pendapa yang masih berada di Kota Pekalongan itu ? Meski tidak digunakan secara resmi untuk pusat pemerintahan Kabupaten, masih banyak kok kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan Pendapa Pekalongan ini sebagai tempat berkumpul, latihan menari, maupun acara resepsi pernikahan karena tempat dan lokasi sangat representatif.

Pendapa Pekalongan
Tampak dari Depan Pendapa Pekalongan

Sejarah Pendopo Pekalongan

Untuk perihal Sejarah Pendopo Pekalongan yang berada di Alun-alun ini sudah digunakan oleh Bupati Adipati Noto Dirjo yang menjabat tahun 1879 – 1920. Menurut cerita Mbah Tarmidi (kakeknya Pak Dirhamsyah) kebanyakan tukang yang dipekerjakan untuk membangun Pendapa Pekalongan berasal dari daerah Ngalurung (saat ini kelurahan Tegalrejo).

Ketika diresmikan, setiap pejabat “wedana” dan lurah harus membawa bibit pohon beringin dan ditanam di sekitar pelataran Pendapa hingga ke Sorogenen. Hingga saat inipun kita masih bisa menikmati manfaat dari pohon beringin yang ditanam para pejabat wedana dan lurah tempo dulu.

BACA JUGA: Sejarah Gedung Bakorwil Pekalongan

Sebenarnya, bangunan pendapa itu untuk apa sih ? kalau sekarang kan untuk tempat latihan maupun tempat resepsi pernikahan, kalau dahulu Pendapa itu digunakan untuk apa fungsinya ?

Secara pengertian, bahwa kata Pendapa atau Pendopo berasal dari bahasa Jawa: “Pendhapa” (dialek Jawa standar) yang bersumber dari bahasa Sanskerta “Mandapa“, yang berarti “bangunan tambahan“. Ciri dari Pendapa adalah bangunan yang terletak dibagian di muka bangunan utama. Pantas saja jika kita menengok ke Rumah dinas Bupati Pekalongan didepannya ada bangunan yang besar yang disebut dengan “Pendopo“.

Ciri khas dari Pendopo Pekalongan ialah sebuah bangunan tanpa dinding dengan tiang atau pilar yang banyak. Sedangkan fungsi dasarnya ialah untuk menerima tamu kenegaraan bagi raja atau penguasa setempat. Namun karena Namun, karena Pendapa biasanya berukuran besar, maka bangunan ini difungsikan pula sebagai tempat pertemuan, latihan tari atau karawitan, rapat warga, dan sebagainya.

Makna Filosofis Pendopo

Pendapa Alun-laun Pekalongan
Sisi Samping Pendapa Pekalongan
  • Dilihat dari segi fisik bangunannya, maka “Pendhopo” merupakan bangunan yang terbuka karena hanya terdapat tiang di keempat sudutnya dan tanpa penyekat. Makna filosofi yang terkandung ialah keterbukaan, bahwasanya seorang pemimpin harus memiliki sifat terbuka. Pemimpin atau penguasa wilayah dalam tatanan kerajaan Jawa, mereka harus menjadi sosok yang terbuka terhadap bawahannya, yaitu terbuka dalam menerina saran atau masukan yang ditujukan kepadanya. Selain itu, sebagai seorang pemimpin selayaknya memang harus memberi kesempatan kepada bawahan untuk menjadikan dirinya sebagai partner yang dapat diajak diskusi dan berkeluh kesah karena keterbukaan yang dimilikinya, jauh dari kesan hierarki yang berlebihan.

BACA JUGA: Sejarah Brug Lengkung Pekalongan

  • Bentuk bangunan yang melebar ke samping adalah inti dari makna yang melekat di dalam sebuah bangunan pendopo. Yaitu sebagai seorang pemimpin, orientasi yang harus dimiliki ialah ketika menjalankan tugas haruslah condong pada kepentingan lingkungan sekitarnya. Artinya apa ? sebagai pemimpin yang memiliki bawahan, sudah selayaknya memperhatikan kepentingan dan kebutuhan komponen-komponen di bawahnya. Dan sebagai seorang abdi masyarakat, maka pemimpin haruslah peka terhadap lingkungan di sekelilingnya untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang dilambangkan dengan bangunan yang melebar ke samping kanan dan kiri dan yang berarti tidak hanya condong terhadap kepentingan organisasi atau kelompok dilambangkan dengan bangunan pendopo yang tidak memanjang ke arah dalam.
  • Pendopo biasanya dibangun lebih tinggi dari halaman dan di dalamnya hanya beralas tikar untuk duduk bersila ketika berdiskusi. Pendopo yang terletak lebih tinggi dari halaman ini mempunyai arti bahwa seorang pemimpin atau pejabat haruslah menempatkan bawahan atau masyarakat umum dalam posisi yang sama tinggi dengannya. Artinya Pendapa dengan rancangan lebih tinggi dari halaman bermakna menghargai dan memandang orang lain sama dengan dirinya di luar jabatan atau kedudukan secara formal. Dan siapapun yang berada di dalamnya harus duduk bersila di atas lantai beralas tikar mempunyai makna yang melekat adalah kebersahajaan. Ketika tamu datang dan tuan rumah menemuinya, maka semua orang otomatis akan duduk bersama di bawah tanpa ada yang menempati posisi lebih tinggi dari lainnya.

    Gedung Pendapa Pekalongan
    KLIK GAMBAR UNTUK DETAIL || Pilar Utama Pendapa Pekalongan

Setelah diatas kita sudah tahu mengenai sejarah Pendapa Pekalongan dan Filosofi Bangunan Pendapa pada umumnya di jawa, nah bagaimana dengan pemimpin-pemimpin yang pernah berkuasa di Pekalongan zaman dulu ?

Nama-Nama Penguasa Pekalongan

Daerah Pekalongan merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam. Maka para penguasa yang membawahi wilayah Pekalongan adalah orang-orang pilihan dari sang raja mataram islam.

Pada masa ini, administrasi pemerintahan secara keseluruhan berbentuk pemerintah Kabupaten yang disebut dengan “Regent” atau dengan kata lain Regent merupakan bentuk pemerintah yang dipimpin oleh seorang Bupati.

Berikut ini merupakan Daftar Nama Bupati atau penguasa Pekalongan zaman Kerajaan Mataram Islam.

  1. Tan Kwee Djan (1741)
  2. R.T. Wirio Adi Negoro (1823)
  3. R. Adipati Wirijo Adi Negoro (1825)
  4. R.T. Arjo Wirjo Di Negoro (1848)
  5. R.T. Ario Werio Dhi Negoro (1856)
  6. R.T. Ario Atmodjo Negoro (1872)
  7. R.T. Ario Koesoemo Di Negoro (1878)
  8. R. Adipati Noto Dirdjo (1879-1920)
  9. R.T. Ario Soerjo (1924)
Sejarah Pendapa Pekalongan
Banyak Cerita Sejarah Di Pendapa Pekalongan

Sebelum para Bupati atau Adipati tersebut ditunjuk untuk berkuasa di tanah Pekalongan, telah ada pula seseorang yang ditunjuk untuk berkuasa membawahi wilayah Pekalongan ini yang dulunya disebut Regenscap Mandurareja, dari Mataram Memimpin Pekalongan. Dan jika berdasarkan informasi yang ada dalam tulisan Schrieke, pada 1622 daerah Pekalongan disebutkan menjadi apanage Kiai Adipati Mandurareja dari Keraton Mataram.

BACA JUGA: Kisah Ki Bahurekso, Adipati Kendal Pertama dan Babat Pekalongan

Kemudian pada 1623 digantikan Kiai Adipati Upasanta, saudara kandung Mandurareja. Kedua adipati itu merupakan cucu Jurumartani yang menjabat sebagai Adipati Mandaraka yang merupakan pejabat Istana Mataram di bawah Sultan Agung (1613-1645).

Menurut catatan Schrieke, Mandurareja dan Upasanta meninggal pada 1628 akibat perang melawan VOC. Pengangkatan Mandurareja dan Upasanta di Pekalongan semasa dengan pengangkatan Tumenggung Baurekso di Kendal (1621-1628) dan Pengeran Purbaya di Pemalang (1622).

Riwayat Gedung Penpada Pekalongan
Salah Seorang Adipati Pekalongan bersama Pejabat Belanda di Pendapa

Ada petunjuk bahwa dari masa Sultan Agung sampai Sunan Amangkurat I daerah pantai utara diperintah langsung Istana Mataram melalui pejabat istana yang ditunjuk. Tidak jelas sepeninggal Mandurareja dan Upasanta, siapa yang ditunjuk penanggung jawab Pekalongan. Namun Schrieke menulis pada sekitar 1660 fungsionaris pejabat tertinggi di Pekalongan adalah Raden Ngabehi Singawangsa, yang kemudian pada 1677 dihukum mati karena dituduh melakukan tindakan pengecut.

BACA JUGA: Sejarah Jembatan Batu Desa Lolong

Dalam bukunya, Schrieke mengutip Serat Pustaka Raja Puwara tentang pejabat di daerah-daerah kekuasaan Mataram. Di antaranya Pekalongan disebutkan bahwa pada 1709 diperintah oleh Adipati Jayadiningrat.

Nah, begitulah bagaimana peradaban Jawa yang penuh dengan filosofi makna hidup di semesta raya, segala sesuatu ada ilmu tersirat kadang kita tidak bisa memahami dengan mata hati yang buta. Perlu kejernihan jiwa dalam memahami ilmu-ilmu agung Nusantara.

Sampai disini dahulu pembahasan mengenai Gedung Pendapa Pekalongan tentang sejarahnya, fungsi Pendapa pada umumnya, dan beberapa nama Penguasa Pekalongan zaman Kerajaan Mataram Islam berkuasa. Mohon maaf dan mohon koreksi dari sobat Cinta Pekalongan jika ada informasi yang kurang tepat atau salah yang saya tulis pada postingan Sejarah Gedung Pendapa Pekalongan ini.

BACA JUGA: Sarung Batik, Budaya Jati Diri Orang Pekalongan

Sangat disayangkan jika Bangunan Pendopo Pekalongan yang berada di Alun-alun Kota Pekalongan ini harus terbengkalai tak terawat. Padahal jika bisa diambil alih oleh Pemkot dari Pemkab maka ini bisa menjadi rumah tempat pelatihan kesenian seperti Tari tradisional yang kini sangat jarang ditemui ataupun menjadi tempat pertunjukan keseniannya. Lokasi yang stategis dan gedung yang luas sangat sayang jika harus dijadikan tempat resepsi saja.

Artikel Terkait

Falsafah Sendaren: Bunyi Keramahan dan Ikhtiarnya

Mengenal Candi dan Situs Kuno di Daerah Jawa Barat

Angka dan Manusia Jawa: Laku Kehidupan, Kearifan, dan Semesta

Tags: BahureksoBangunan Bersejarah PekalonganCagar Budaya PekalonganCerita Sejarah PekalonganPekalonganPekalongan InfoPendopo Pekalongan
Dapatkan berita terupdate dari Kotomono di:
Angga Panji W

Angga Panji W

Kadang netizen, kadang content writer, kadang ngopini | Pendiri Media Alternatif Kotomono.co

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Falsafah Sendaren pada layangan dan pertanian

Falsafah Sendaren: Bunyi Keramahan dan Ikhtiarnya

Februari 4, 2023
166
Candi Cangkuang

Mengenal Candi dan Situs Kuno di Daerah Jawa Barat

Januari 25, 2023
219
Angka dan Manusia Jawa

Angka dan Manusia Jawa: Laku Kehidupan, Kearifan, dan Semesta

November 3, 2022
219
Mengenal Tradisi Undukan Doro Dari Dua Sisi Yang Berbeda

Mengenal Tradisi Undukan Doro Dari Dua Sisi Yang Berbeda

November 1, 2022
352
Tradisi Marhabanan 12 hari Maulid Nabi

Soal Tradisi Marhabanan 12 Hari, Ikhtiar Kecintaan Kepada Sang Nabi

Oktober 7, 2022
259
Olahraga Tradisional Gulat Okol

Mari Mengenal Gulat Okol, Olahraga Tradisional ala Sumo versi Indonesia

Oktober 7, 2022
176
Load More
Next Post
Oleh-oleh Khas Pekalongan

Inilah Oleh-oleh Khas Dari Pekalongan Selain Batik

Tempat Bukber Favorit di Pekalongan

11 Rekomendasi Tempat Buka Bersama di Pekalongan

Pindang Tetel Pekalongan

Pindang Tetel, Primadona Kuliner Khas Pekalongan

komentarnya gan

Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!

TERBARU

Banda Neira: Serpihan Surga Bagian Timur Indonesia

Cerpen: Burung Kakaut

Penyebab Terdakwa Tragedi Kanjuruhan Bebas, Begini Tanggapan Angin

Rekomendasi Hotel Staycation Jogja, Under 500 Ribu!

AESPA Comeback Bulan Mei: Sang Leader K-Pop Gen 4 Telah Kembali

Jajanan Khas Bulan Puasa Wong Batang #2

Ikan Kembung: Khasiat, Nutrisi, dan Resep Olahannya yang Lezat

LAGI RAME HARI INI

Resensi Buku Loneliness is My Best Friend karya Alvi Syahrin

Kamu Tidak Sendirian, Karena Kamu Punya Kamu

November 1, 2022
1.2k
Penyebab Terdakwa Tragedi Kanjuruhan Bebas, Begini Tanggapan Angin

Penyebab Terdakwa Tragedi Kanjuruhan Bebas, Begini Tanggapan Angin

Maret 18, 2023
180
Review Film Unlocked (2023) Netflix Korea

Review Film Unlocked (2023): Bikin Parno!

Februari 26, 2023
265
Wisata hits Purwokerto - Menggala Ranch

Menggala Ranch Banyumas, Wisata Ala View New Zealand di Jawa Tengah

Mei 25, 2022
5.6k
Review Buku Novel Ezaquel

Resensi Novel Ezaquel Karya Siti Habibah

April 12, 2022
2.3k
Wisata Hits Bandung - Talaga Pineus Riverside Camp Pangelangan

Talaga Pineus Riverside Camp Itu Tempat Camping Asyik Tanpa Ribet

Agustus 13, 2022
2.7k
Sate Winong Mustofa Purworejo

10 Rekomendasi Kuliner Enak di Purworejo Tahun 2023

November 9, 2021
5.8k
Senopati dan ratu kidul

Kisah Misteri Bahurekso, Rantamsari Dan Serabi Kalibeluk Batang

Maret 14, 2018
10k
Kelemahan Sistem Tilang Elektronik ETLE

Berkat Pengalaman Kena Tilang Elektronik, Saya Jadi Tahu Kelemahannya

Maret 4, 2022
2.1k
Cerpen Horor Burung Kakaut

Cerpen: Burung Kakaut

Maret 19, 2023
149
header-kotomono

RINGAN-RINGAN SEDAP

 

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2023 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ARTIKEL POPULER
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • K-POPers
  • PLESIRAN
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • RELEASE
    • NYASTRA
    • OH JEBULE
    • OTOMONO
    • FIGUR
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • UMKM
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In