• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
No Result
View All Result
Kotomono.co
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
Semakin Banyak Kebutuhan Semakin Bodoh

Semakin Banyak Kebutuhan Semakin Bodoh

Seri ke-2 Tulisan Ngabuburit (Ramadan 1443H)

Muhammad Arsyad by Muhammad Arsyad
April 4, 2022
in NGABUBURIT
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Pagi-pagi sekali Pak Dumadi sudah berada di rumah Cak Kendor. Seperti biasa, di hari pertama Ramadan, Pak Dumadi memang sering memberi santunan ke orang miskin, dan Cak Kendor adalah salah satu yang sering ia beri santunan. Jumlahnya bisa ratusan ribu atau bahkan kadang jutaan.

Ya, benar sekali. Pak Dumadi bisa dibilang satu-satunya orang kaya di Kampung Lewah. Ketika mushola mengadakan sesuatu Pak Dumadi lah yang menyumbangnya lebih banyak. Tatkala ada santunan anak yatim, Pak Dumadi lah yang pertama kali memberi sumbangan. Dan di awal Ramadan seperti hari ini Pak Dumadi menjadi orang pertama yang memberi santunan.

Tak seperti tahun lalu. Hari ini Cak Kendor menerima baik-baik kedatangan Pak Dumadi. Namun, entah bagaimana Cak Kendor hari ini justru tampak lain.

“Apa-apaan lagi ini, Cak? Kan sudah pernah dikasih tahu Ustaz Ndirin, kalau takdir yang menurut sampeyan itu bukan takdirnya Gusti Allah…”

“Ini bukan soal takdir, saya sudah paham mengenai itu, Pak,” Cak Kendor menyerahkan uang dalam amplop, jumlahnya kira-kira bisa untuk membeli beras barang sebulan.

“Lha terus apa lagi, Cak? Sampeyan kok selalu mempersulit saya buat bersedekah…”

“Hari ini saya belum membutuhkan uang sampeyan, Pak. Mungkin besok, mungkin lusa, atau mungkin malah dua bulan lagi. Saya masih ada kok…”

“Itu kan bukan urusan saya to, Cak. Mau sampeyan butuhnya besok, lusa, atau lebaran monyet, saya ndak peduli. Yang penting uang ini sampai dulu ke sampeyan…”

Suasana hari itu sedikit mendung. Warga Kampung Lewah memang baru saja menunaikan Sholat Asar. Dan Pak Dumadi memang ingin ke rumah Cak Kendor dulu. Tapi alih-alih sumringah, habis sholat dan kepingin sedekah, eh Cak Kendor malah menolak mentah-mentah pemberian Pak Dumadi.

“Maaf, Pak Dumadi. Saya memang sedang ndak kekurangan uang. Uang sampeyan ndak berguna nanti…”

Akhirnya dengan perasaan kesal, Pak Dumadi pun pergi dari rumah Cak Kendor. Tentu saja dengan sedikit ngedumel. Baru kali ini, menurutnya, ada orang yang kemlithi tidak butuh uang. Maghribnya, Pak Dumadi dan Cak Kendor bertemu lagi di mushola.

Ketika sedang melangkah ke mushola, Cak Kendor melihat Pak Dumadi sedang bercakap-cakap dengan Ustaz Ndirin. Dari jauh Ustaz Ndirin seolah memberi kode ke Cak Kendor agar mendekat. Cak Kendor pun mendekat.

“Cak, sampeyan bener menolak lagi uang dari Pak Dumadi?”

“Benar, ustaz.”

“Karena takdirnya sampeyan itu miskin?”

“Sama sekali tidak begitu, ustaz.”

“Lha, terus kenapa to, Cak? Sampeyan selain anti Bismillah, anti duit juga?”

“Jelas ndak seperti itu, ustaz. Bagi saya duit itu penting. Tapi saya memang belum membutuhkannya. Saya masih punya, kok.”

“Buat besok, lusa, atau buat sebulan lagi kan ndak masalah, Cak. Anggap saja sebagai uang cadangan.”

“Masak harus saya ulangi, ustaz? Saya itu ndak butuh duitnya Pak Dumadi.” Seketika Pak Dumadi menyela obrolan itu.

“Duitku ki ora haram, Cak. Duit sing arep tak wenehke sampeyan iku dudu duit haram. Insya Allah halal, Cak!”

“Sabar, pak… sabar…” Ustaz Ndirin coba menenangkan.

Cak Kendor merasa harus segera memberikan jawaban. Ia tahu betul orang-orang macam Pak Dumadi pasti menunggu sesuatu yang pasti. Sesuatu yang tidak bisa nanti-nanti, harus sekarang. Toh, sebentar lagi iqamah.

Di sisi lain, diam-diam Ustaz Ndirin sepertinya mengerti apa yang dimaksud Cak Kendor. Mengapa untuk kali ini ia kembali menolak uang dari Pak Dumadi. Namun, Ustaz Ndirin kini tak mau menjawab. Disamping ia bukan juru bicaranya Cak Kendor, ia kini ingin agar Cak Kendor yang bicara.

“Begini, Pak Dumadi, ustaz.”

“Singkat saja, Cak, sebentar lagi qomat iki lho,” kata Ustaz Ndirin sambil tersenyum.

“Bagaimana saya bisa menerima sesuatu yang sebetulnya saya tidak butuh sama sekali? Soal uang itu, saya betul-betul tidak membutuhkannya. Mungkin suatu saat saya bisa jadi akan membutuhkannya. Tapi siapa yang tahu? Mungkin hari ini saya terima uang Pak Dumadi, tapi besoknya saya dapat uang yang cukup untuk kebutuhan saya dan istri…”

“Lanjutkan, Cak…”

“Begini, ustaz. Intinya saya tidak mau berlebihan. Apa kebutuhan saya, itu hanya saya yang bisa mengukurnya..”

“Betul… lanjutkan omonganmu, Cak,” kata Ustaz Ndirin.

“Nah, bagi saya, apa yang saya punyai sekarang itu sudah cukup. Saya ndak mau kebanyakan kebutuhan. Kebutuhan segini ya harusnya segini. Saya ndak mau menambah kebutuhan lagi. Karena kalau kebanyakan kebutuhan saya merasa kok makin bodoh. Makin tidak bersyukur.”

Mendengar penjelasan Cak Kendor, Pak Dumadi kelihatan bingung. Kelihatan seperti orang tak punya pikiran. Kosong dan hanya bisa melongo.

“Bener kata sampeyan, Cak…” Ustaz Ndirin menimpali.

“Benar gimana, taz? Saya kok ndak paham…” Pak Dumadi masih penasaran.

“Mendengar penjelasan Cak Kendor, saya jadi teringat perkataan Imam Syafi’i…”

“Perkataan yang bagaimana, ustaz?” Tanya Pak Dumadi.

“Begini kira-kira kata Imam Syafi’i, ‘Yang dikatakan berkecukupan adalah berusaha sekuat tenaga menganggap bahwa banyak hal tidak kamu butuhkan’.”

“Artinya, bukan memenuhi semua kebutuhan kamu. Semakin banyak kebutuhan semakin bodoh. Karena nafsu manusia itu tidak ada batasnya…”

Alih-alih mendengar penjelasan Ustaz Ndirin, Cak Kendor sudah berada di dalam masjid. Iqamah sudah berkumandang. Para jamaah sudah menunggu Ustaz Ndirin.

——————————————————

Disarikan dari keterangan yang disampaikan KH. Bahauddin Nur Salim

Tulisan ini adalah SERI TULISAN NGABUBURIT yang akan tayang setiap hari (kalau penulisnya nggak malas), tentu saja buat menemani kamu jelang berbuka puasa.

Tags: KH Bahauddin Nur SalimKisahNgabuburitRamadan

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Redaktur
Tukang nulis dan penggemar Super Sentai. Santri Youtube. Bermukim di Kota Pekalongan bagian utara.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Islam Itu tidak harus arab

Islam Itu Tidak Harus Arab, Tapi juga Tidak Mengabaikan Arab

April 10, 2022
159
Jika Tuhan Maha Penyayang Mengapa Kita Selalu Dikasih Masalah

Jika Tuhan Maha Penyayang, Mengapa Kita Selalu Dikasih Masalah?

April 7, 2022
151
Istighfar Nggak Usah Ingat Dosa

Kalau Istighfar Nggak Usah Ingat Dosa, Nanti Malah Jadi Sombong

April 5, 2022
158
Membaca Bismillah untuk Menghindari hal buruk

Kata Siapa Membaca Bismillah Itu Membuat Kita Terhindar dari Hal Buruk?

April 3, 2022
192
Memaknai Tradisi Megengan

Memaknai Tradisi Megengan

Maret 29, 2022
420
Penulisan Ramadhan, Ramadlan, atau Ramadan

Ramadhan, Ramadlan, atau Ramadan?

Maret 18, 2022
265
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

5 Cafe Hits Kebumen Bergaya Vintage-Estetik Untuk Nongkrong Asik

Sebuah Tips Menjadi Pemain Catur Online Profesional Biar Nggak Kayak Dewa Kipas

Banjir Rob Landa Pekalongan, ACT-MRI Sigap Distribusikan Bantuan

Menggala Ranch Banyumas, Wisata Ala View New Zealand di Jawa Tengah

Honda Astrea, Motor Sejuta Umat yang Hits Pada Era-nya

Belajar Bijak dari Driver Ojol Selalu Berwajah Lusuh Ketika Mengambil Orderan

Koenokoeni Cafe Gallery, Kafe Resto dengan Kearifan Lokal di Semarang

LAGI RAME

Cafe Hits Batang Hello Beach

20 Cafe Hits Kekinian di Kabupaten Batang yang Keren Abis Buat Nongki-Nongki

Februari 13, 2022
3.1k
Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
459
Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Maret 3, 2022
2k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
34.2k
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
6.5k
Review Buku Novel Ezaquel

Resensi Novel Ezaquel Karya Siti Habibah

April 12, 2022
358
Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
7.8k
Dewi-Rantamsari-Dewi-Lanjar

Kisah Misteri Dewi Rantamsari Yang Melegenda

Oktober 16, 2018
15.7k
Forest Kopi Batang

Inilah 10 Tempat Kuliner di Batang Paling Direkomendasikan untuk Wisatawan

April 9, 2020
29.6k
Sate Winong Mustofa Purworejo

10 Rekomendasi Kuliner Enak di Purworejo Tahun 2022

November 9, 2021
1k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • LOCAL WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
    • NYASTRA
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In