Kotomono.co – Saya sedang kurang enak hati ketika menulis ini. Baru saja Tim Bulutangkis Indonesia gagal juara di ajang Piala Sudirman. Ini bukan kali pertama Indonesia gagal di ajang beregu yang sangat prestisius itu.
Sudah sejak 2007, Tim Bulutangkis Indonesia bahkan gagal melaju ke final. Padahal Piala Sudirman dicetuskan oleh Indonesia itu sendiri. Walau begitu, kekecewaan masih saja menyusup ke sanubari dan pikiran saya.
Padahal jika Indonesia bisa melaju jauh, apalagi bisa juara di Piala Sudirman, saya membayangkan sangat indah sekali. Para atlet kita sudah berprestasi di SEA Games, lalu membawa pulang Piala Sudirman. Hati saya akan dibekap bahagia walaupun belum gajian.
Omong-omong soal SEA Games, hari ketika Indonesia kalah dari Tiongkok di partai perempat final Piala Sudirman juga bertepatan dengan pawai arak-arakan para atlet SEA Games. Jika ingatan saya nggak memberontak, ini untuk pertama kali para atlet yang berlaga di SEA Games diarak.
Indonesia memang tak juara umum, tapi pawai itu tetap digelar. Kebahagiaan tercurah di wajah para atlet. Tapi di tengah kebahagiaan itu, saya dibuat terkejut dengan pernyataan salah satu atlet yang saya kenal dari iklan sosis di televisi. Adalah I Gede Siman Sudartawa, atlet renang kebanggaan Indonesia yang ternyata tak cukup bahagia. Ia mengeluh soal pawai SEA Games.
Keluhan I Gede Siman Sudartawa
Ini unik. SEA Games yang jarang-jarang di-pawai-kan itu justru malah mendapat keluhan dari atletnya itu sendiri. Mengutip IDN Times, Siman merasa ada cabang olahraga yang dispesialkan. Sebut saja sepak bola. Eh, kurang lengkap, sepak bola pria.
Dalam pernyataannya, Siman mengatakan banyak dari para atlet sudah berkumpul untuk pawai sebelum jam 08.00 WIB, sesuai yang sudah ditentukan. Sialnya, Timnas Sepak bola Putra Indonesia U22 belum kunjung datang.
Alhasil, Siman dan para atlet yang tiba lebih dulu harus menunggu kedatangan Timnas Sepak bola Indonesia yang nggak pernah gagal itu. Siman pun protes dengan meninggalkan pawai itu sebelum waktunya.
BACA JUGA: Terimakasih Hokky Caraka Sudah Mewujudkan Cita-cita Pemalas kayak Kami!
Warganet terbelah. Ada yang setuju dengan Siman, ada yang justru mengkritik balik Siman. Katanya Siman terlalu lebay. Padahal ia sama sekali nggak berkomentar di IG-nya Ganjar Pranowo. Siman juga nggak menghadiri interview sana-sini, hanya untuk menyampaikan bahwa ia harus meninggalkan pendidikan demi renang.
Namun, begitulah. Siman mesti sadar, pencinta sepak bola di Indonesia ini banyak banget. Ini lagi, baru pertama kali meraih emas SEA Games setelah 32 tahun lamanya. Saya juga pencinta sepak bola. Dan saya sepenuhnya nggak masalah dengan pernyataan Siman.
Atlet itu disiplin
Kritik Siman itu sama sekali nggak salah. Seumur-umur, atlet memang diajarkan untuk disiplin. Sepertinya Siman menyerapi betul ilmu kedisiplinan itu. Sebagai atlet yang terbiasa tepat waktu, Siman merasa kedisiplinannya itu tak berguna di hadapan emas SEA Games cabang sepak bola pria.
Protesnya menunjukkan nggak ada ampun bagi tukang terlambat. Sekalipun itu di hadapan atlet yang meraih medali. Disiplin. Titik.
Namun, Bli Siman sepertinya kurang tahu, sepak bola di Indonesia berada di universe yang berbeda. Butuh kekuatan metafisika untuk memahami sepak bola dalam negeri. Sepak bola, di Indonesia, lebih olahraga dari olahraga itu sendiri.
BACA JUGA: Kita Tidak Membela Timnas Indonesia, Kita Membela Ego
Untuk hal-hal kayak pawai itu, disiplin waktu sama sekali nggak perlu. Sepak bola Indonesia, terkhusus orang-orang di dalamnya mengerti betul akan hal tersebut. Pawai yang dibutuhkan adalah medali dan siapa yang diarak. Itu.
Coba bayangkan! Jika Timnas Indonesia U22 gagal meraih medali emas, apa mungkin akan berlangsung pawai?
Yang penting prestasi
Sepak bola Indonesia itu yang penting adalah prestasi. Perkara pawai urusan remeh-temeh. Itu buat acara formalitas saja. Untuk meluapkan kegembiraan. Makanya, telat sedikit nggak masalah kali.
Untuk perkara wajib seperti gaji pemain di Liga Indonesia saja sering telat dibayar, apalagi cuma pawai doang. Harap dimaklumi kalau Timnas Indonesia nggak disiplin waktu pawai. Mereka toh sudah disiplin nggak dapat trofi.
Bagi sepak bola Indonesia, khususnya timnasnya, sekali lagi, terpenting adalah prestasi. Sepak bola Indonesia nggak butuh kedisiplinan waktu. Sepak bola Indonesia juga nggak peduli dengan Tragedi Kanjuruhan. Angin sudah jadi tersangka, perkara selesai.
Sepak bola Indonesia nggak perlu regenerasi. Sepak bola Indonesia nggak butuh sistem sepak bola yang sehat. Sepak bola Indonesia juga nggak butuh liga yang berjalan sebagaimana mestinya. Liga yang, kalau ada juara otomatis ada degradasi.
BACA JUGA: Ratu Tisha Tak Masalah Jadi Waketum Dua, tapi Masalah Bagi Sepak bola Indonesia
Sepak bola Indonesia juga nggak butuh kebijakan bertahap dan realistis. Pakai naturalisasi, selesai urusan. Yang penting Timnas Indonesia bisa lolos ke Piala Asia dan nggak malu-maluin di hadapan Vietnam.
Sepak bola Indonesia juga nggak memerlukan klub modern. Klub yang bisa menelurkan bibit-bibit pemain unggul dengan fasilitas oke. Sepak bola Indonesia juga nggak butuh stadion yang aman dan nyaman, sehingga pria, wanita, anak-anak, balita, bisa menonton sepak bola dengan tenang.
Sepak bola Indonesia juga nggak butuh polisi, steward, dan keamanan stadion yang kompeten. Aparat yang tahu bahwa gas air mata seharusnya disimpan di Mabes, tidak ditembakkan ke tribun. Bahkan sangat mungkin sepak bola Indonesia suatu saat nanti tidak lagi membutuhkan PSSI. Cukup dikelola satu, dua, atau lima orang saja sembari menggandeng mantan bos media kenamaan.
Sebab, sepak bola Indonesia memang sama sekali nggak butuh semua itu. Masyarakat pencinta sepak bola juga tidak terlalu tertarik pada hal-hal tadi. Simpelnya, buat apa hal-hal tadi terpenuhi kalau Timnas Indonesia nggak berprestasi?
Lho, bukankah yang penting adalah proses?
NOOOO. Yang dilihat itu prestasinya, hasilnya. Jangan mau termakan cocote motivator. Kalau cuma proses, apa yang dibanggakan?
Masa kita mau bilang, heh, sepak bola kita bagus lho, liganya oke, pengurusnya serius, keamanannya kompeten, gajinya nggak macet. Tapi, Timnas Indonesia nggak berprestasi. Bangga banget deh.
Helowww…
Diketawain fans Tottenham Hotspur nanti.
Komentarnya gan