KOTOMONO.CO – Sosok Jeffrey Dahmer kembali disorot oleh publik semenjak dirilisnya serial Netflix berjudul DAHMER – Monster: The Jeffrey Dahmer Story pada 21 September 2022 lalu.
Dahmer menjadi salah satu serial Netlix terbesar semenjak tanggal perilisannya. Data dari Netflix Global Top 10 menunjukkan bahwa serial tersebut berhasil meraup 299,840,000 streaming hours dari perhitungan per tanggal 26 September 2022 hingga 2 Oktober 2022.
Serial yang memuat 10 episode tersebut merupakan karya dari salah satu kreator televisi ternama Ryan Murphy bersama Ian Brennan. Serial Dahmer merupakan sebuah biopik yang menceritakan kisah salah satu pembunuh berantai tersadis di Amerika Serikat yang telah melakukan aksinya dari tahun 1978 hingga 1991 dengan total 17 korban. Kisah para korban dan aksi Dahmer diceritakan kembali dalam episode-episode di serial tersebut yang berdurasi sekitar 40 menit hingga 1 jam.
Latar Belakang Singkat Jeffrey Dahmer
Dahmer merupakan seorang pria asal Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat dengan nama lahir Jeffrey Lionel Dahmer. Ia dijuluki sebagai Milwaukee Cannibal dan Milwaukee Monster atas aksinya yang terbilang sadis dan diluar nalar. Pria kelahiran 1960 itu melakukan pembunuhan pertamanya pada tahun 1978 dimana ia masih berusia 18 tahun dan baru saja lulus sekolah menengah atas.
BACA JUGA: Film Sri Asih (2022) – Kalau Hakmu Dirampas, Lawan!
Semasa kecilnya Dahmer kurang mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya. Kondisi keluarga dan hubungan ayah ibu Dahmer dapat dikatakan kurang baik. Ayah Jeffrey Dahmer, Lionel Dahmer, juga menjelaskan dalam bukunya A Father’s Story bahwa ada beberapa permasalahan keluarga yang mungkin berpengaruh pada Dahmer secara psikologis.
Jeffrey Dahmer menghadapi banyak situasi yang menimbulkan trauma sebagai seorang anak. Salah satunya adalah operasi yang dijalaninya ketika berusia sekitar empat tahun. Dahmer mengaku bahwa dorongannya terhadap nekrofilia dan pembunuhan dimulai pada saat ia berusia sekitar 14 tahun. Kedua orangtua Dahmer, Lionel dan Joyce, bercerai beberapa tahun setelahnya.
Hal itu berdampak pada diri Dahmer dimana ia mulai memiliki keinginan untuk melakukan aksi-aksinya. Semenjak melakukan pembunuhan pertamanya, Dahmer menjadi seorang pecandu alkohol. Ia pun akhirnya dikeluarkan dari kampusnya di Ohio State University setelah memasuki seperempat semester pertama. Ayah Dahmer, Lionel, menyarankannya untuk masuk akademi tentara dan ia pun diterima pada 1978 dan sempat ditugaskan di Jerman.
Permasalahannya dengan alkohol masih berlanjut membuatnya dikeluarkan dari akademi tersebut pada tahun 1981. Dahmer kembali lagi ke Ohio dan ayahnya mengirimkannya untuk tinggal bersama neneknya di Wisconsin. Pada masa-masa tinggal bersama neneknya, Dahmer melakukan perbuatan tidak senonoh yang membuatnya ditangkap oleh polisi. Seperti yang sudah dibahas, Dahmer melakukan pembunuhan pertamanya setelah ia lulus sekolah menengah atas dan tindakan pembunuhannya terus berlanjut hingga memakan total 17 korban dalam rentang waktu 13 tahun (1978 – 1991).
Penangkapan Dahmer untuk segala perbuatan sadisnya adalah berkat Tracy Edwards, salah satu korban Dahmer yang berhasil lolos dan melaporkannya kepada polisi setempat. Pembunuhan Jeffrey Dahmer pun berakhir ketika ia ditangkap pada 22 Juli 1991.
Kesuksesan dan Kontroversi Serial Netflix Dahmer
Kisah Dahmer sempat lama tenggelam dan mulai dibahas lagi oleh publik semenjak dirilisnya serial Netflix ciptaan Ryan Murphy tersebut. Walaupun pada 2017, cerita tentang sosok Jeffrey Dahmer juga sempat diangkat ke film berjudul My Friend Dahmer yang dibintangi oleh Ross Lynch, tetapi film tersebut tidak memberikan dampak yang seheboh serial Netflix ini.
Berdasarkan Variety, Dahmer menjadi serial berbahasa Inggris kedua dengan penonton paling banyak setelah serial Stranger Things season 4. Dibalik kesuksesan serial tersebut, Dahmer menuai beberapa kontroversi semenjak perilisannya. Meningkatnya popularitas serial ini juga dibarengi oleh tuaian kritik dari berbagai pihak.
BACA JUGA: Melawan Nazi Jerman Melalui Sepak Bola dalam Film The Match (2021)
Banyak kritikus yang mempertanyakan perlunya menceritakan kembali kisah seorang pembunuh berantai yang menargetkan pria muda yang sebagian besar pria berkulit hitam. Kritik yang timbul sebagian besar berfokus pada bagaimana rasisme sistemik yang membiarkan Dahmer untuk terus melakukan pembunuhannya. Beberapa keluarga dari korban Dahmer juga angkat bicara menentang serial tersebut.
Diantaranya mengatakan bahwa serial tersebut membangunkan kembali trauma mereka sebagai keluarga korban. Kritik paling menonjol terhadap serial karya Ryan Murphy tersebut berasal dari Rita Isbell, saudara perempuan dari Errol Lindsey, salah satu korban Dahmer. Rita menyatakan dalam essaynya yang dimuat oleh Insider, bahwa ia merasa terganggu ketika menonton beberapa episode dari serial tersebut, terutama saat ia melihat dirinya sendiri dalam serial tersebut yang diperankan oleh DaShawn Barnes. Ia juga menyatakan bahwa Netflix tidak menghubunginya sama sekali terkait persetujuannya tentang serial Dahmer.
Tidak hanya itu, serial yang mengandung unsur LGBTQ+ ini juga mengundang kritik terkait hal tersebut. Netflix melabeli serial tersebut pada situs streaming nya sebagai konten “LGBTQ+” dimana menuai kontroversi di media sosial. Beberapa netizen di platform media sosial seperti Tik Tok dan Twitter menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap Netflix yang memberikan tag “LGBTQ+” pada serial Dahmer karena serial tersebut sama sekali tidak merepresentasikan komunitas LGBTQ+. Kritik tersebut akhirnya membuat Netflix mencabut tag “LGBTQ+” dari serial Dahmer.
Trend “Jeffrey Dahmer” di Media Sosial
Serial Dahmer yang diproduksi oleh Netflix juga menimbulkan munculnya berbagai macam trend terkait serial tersebut di internet. TikTok menjadi salah satu platform dimana netizen menggunggah konten yang bersangkutan dengan serial Dahmer. Beberapa klip dari serial tersebut dijadikan sebagai konten yang kerap kali menjadi trend yang diikuti oleh banyak orang. Kekaguman penggemar terhadap aktor Evan Peters dalam memerankan Dahmer juga membuatnya dibanjiri oleh konten TikTok tentang dirinya.
BACA JUGA: Jujutsu Kaisen 0 – Ketika Cinta Menjelma Menjadi Kutukan Terkuat
Para penggemar Evan Peters membuat konten-konten tersebut karena mereka mengagumi ketampanannya dan keterampilannya dalam berakting di serial tersebut. Meledaknya serial Dahmer sangat berdampak di dunia media sosial, membuat serial tersebut menjadi topik pembahasan yang hangat bagi netizen. Dapat dikatakan bahwa Ryan Murphy sebagai kreator serial tersebut berhasil memberikan pengaruh di media sosial dengan adanya trend-trend dari serial yang ia buat.
Nama “Jeffrey Dahmer” menjadi lebih terekspos dan dikenal oleh orang-orang dari kalangan generasi milenial dan generasi Z yang bahkan belum menonton serial tersebut karena dampak yang diberikan dari trend yang ada di internet. Dari berbagai trend yang ada, ada beberapa trend yang dapat dikatakan masih aman untuk diikuti, tetapi ada juga trend yang kontroversial. Diantaranya adalah konten yang bermaksud mengglorifikasi sosok Jeffrey Dahmer yang merupakan seorang pembunuh berantai yang telah memakan banyak korban.
BACA JUGA: Menyuarakan Kepedulian Iklim Lewat Lagu “Guna Manusia” Barasuara
Beberapa kreator juga menggunakan platformnya untuk membahas bagaimana nama “Dahmer” kerap kali muncul di lagu pop barat yang dalam pandangan mereka dengan menyanyikan lagu-lagu tersebut berarti tidak menghormati keluarga korban Dahmer. Lagu yang dinyanyikan penyanyi pop barat, Katy Perry, berjudul Dark Horse adalah salah satu contohnya dimana dalam liriknya menyebut nama Dahmer “She eat your heart out like Jeffrey Dahmer”.
Musisi Kesha juga memuat lirik yang berbunyi “Yeah, I’ll pull a Jeffrey Dahmer” dalam lagunya yang berjudul Cannibal. Nama “Jeffrey Dahmer” menjadi sensitif semenjak dirilisnya serial Netflix Dahmer ciptaan Ryan Murphy tersebut. Ditambah lagi, dengan munculnya trend-trend yang terkesan mengidolakan sosok Jeffrey Dahmer yang merupakan seorang pembunuh berantai yang telah merenggut 17 nyawa.
Komentarnya gan