KOTOMONO.CO – Saya berhenti tak jauh dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Degayu Kota Pekalongan. Saya menatap gunung sampah yang menjulang tinggi. Lekat. Saya nggak tahu kenapa tiba-tiba sampai di sana.
Saya tidak hendak liputan. Tapi sore itu, saya lagi suntuk saja. Menyalakan motor. Keliling Kota Pekalongan. Dan sampai pula ke TPA Degayu. Saat sedang menatap TPA Degayu, datang pria paruh baya menyapa.
Saya pun melempar senyum padanya. Pria itu naik motor sambil nyangking peralatan pancing. Saya menduga, ia baru saja mancing. Tentu wajar. Di dekat TPA Degayu ada tambak yang sedemikian luas.
Sore ini, saya membuka Google. Sebuah berita soal TPA Degayu saya jumpai. Berita yang saya kutip dari Kompas TV itu, menyebutkan TPA Degayu sudah overload. TPA Kota Pekalongan itu sudah menggunung. Tingginya 20 meter. Tentu saja informasi itu tidak membuat saya kaget.
Laporan itu menyebutkan bahwa setiap harinya TPA Degayu menampung 120 ton sampah. Jadi, nggak aneh kalau pada akhirnya overload. Masalahnya, kalau sudah overload bagaimana? Berita yang saya kutip tadi menunjukkan bahwa hampir nggak ada solusi.
Apalagi lahan untuk membuka TPA baru sudah tidak ada. Lha terus, kalau nggak ada sampahnya mau dibuang ke mana? Sambil merenung saya menemukan solusi jitu ketika TPA tersebut kelebihan kapasitas.
Dibuat Wisata
Saya rasa situasi TPA yang overload nggak perlu dibikin pusing. Wong masyarakat saja nggak pusing. Bukan begitu, masyarakat?
Namun, TPA yang overload bisa mengindikasikan pengelolaan sampah yang jelek. Ujung-ujungnya pemerintah daerah yang kena imbasnya. Meski kalaupun sukses, pemerintah daerah juga yang dapat penghargaan.
BACA JUGA: Tipe Orang Yang Cocok Nonton Channel Youtube Ria Ricis
Sebelum melebar, mari balik lagi ke persoalan awal. Ketika TPA over kapasitas, apa yang harus dilakukan? Mau dibuang ke mana lagi sampahnya?
Saya punya usul. Mungkin usul ini terlalu aneh. Tapi Pemkot Pekalongan juga tak kalah aneh. Pemkot Pekalongan dapat penghargaan, meski nggak jelas indikatornya apa.
Begini lho, saudaraku.
Saya punya usul supaya TPA Degayu dibikin tempat wisata sekalian. Bukankah itu lebih baik daripada memikirkan tempat baru untuk TPA? Maksudnya begini, kalau misalkan TPA Degayu bisa dibikin tempat wisata bukannya mengasyikkan?
Ya bisalah dibuat tempat wisata edukasi. Kota Pekalongan bisa belajar dari kota-kota lain. Misalnya, di Kabupaten Malang itu juga ada TPA yang dibikin tempat wisata. Namanya TPA Talangagung di Kabupaten Malang. Tempat yang dulunya jorok dan panas itu bermetamorfosa menjadi tempat wisata edukasi yang nyaman dan rindang bernama Malang Recycle Center.
Jika Pemkot Pekalongan bisa meniru itu, saya sangat setuju. Setelah membangun wisata air yang dahsyat dan indah lagi menawan itu, Pekalongan punya wisata lagi. Wisata edukasi pula. Ini bahkan bisa digarap oleh dua dinas sekaligus. Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata.
Bagaimana? Tertarik nggak TPA dibikin tempat wisata edukasi yang asoy buat masyarakat Pekalongan?
Diolah Dulu Sampah
Ini adalah salah satu solusi ala aktivis lingkungan. Bahwa kita harus mengolah sampah kita sendiri. Soal ini, kita agaknya harus mengingat lagi pelajaran dan pesan-pesan guru SD. Pilihlah sampah sesuai jenisnya.
Yang non-organik dikumpulkan dengan non-organik. Yang organik dikumpulkan dengan organik. Kalau perlu buat tempat sampah yang berbeda masing-masing jenisnya. Ini untuk membantu kita memisahkan jenis sampah.
Solusi ini menjadi sangat jitu. Sebab kelak sampah yang telah kita pisah itu, yang bisa diolah kembali akan diolah. Jika nggak bisa diolah akan diproses untuk kemudian baru dibuang. Bukankah memang seperti itu prosesnya?
Jika kita bisa memisahkan jenis sampahnya. Atau kalau bisa mengolahnya sendiri, kita turut mengurangi sampah dari rumah tangga. Toh, dengan mengolah sampah mandiri kita bisa mendapat keuntungan. Karena kita masih punya bank sampah yang bisa dimanfaatkan.
BACA JUGA: Perlunya Masjid Ikonik untuk Pekalongan yang Lebih Religius
Belum lagi setiap tempat, katakanlah kelurahan, masih ada TPS 3R. Semua akan lebih mudah jika kita mengelola sampah dari rumah tangga. Sayangnya kita berada di negara berkembang. Dan TPA Degayu berada di Kota Pekalongan.
Jangan Buang Sampah
Andai dua solusi tadi nggak memungkinkan. Atau ya, katakanlah kita semua malas buat mengolah sampah dari rumah, ya sudah, solusinya cuma satu: jangan buang sampah, Titik.
Benar. Ini adalah solusi yang nggak masuk akal. Bagaimana mungkin manusia yang hobi menghasilkan sampah tidak membuang sampahnya? Itu ibaratnya kita makan tapi tidak berak. Tidak buang air kecil. Monggo rasakan sendiri akibatnya!
komentarnya gan