KOTOMONO.CO – Belum genap sebulan keributan tentang gagalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia lenyap. Eh, udahlah! Nggak usah bahas itu lagi. Ya, nggak? Move on dong! Para pemain yang protes pun udah move on kok. Kamu masih mau bahas lagi?
Ya, persis! Tepat di titik itulah saya tertarik untuk membahas lagi. Terlebih ending-nya yang sangat plot twist. Meskipun tipis-tipis sudah tahu sejak para punggawa Timnas U-20 turut menyerbu akun Ganjar Pranowo di media sosial.
Pembatalan Piala Dunia U-20 di Indonesia menjadi semacam berkah tersendiri untuk para pemainnya. Walaupun pada akhirnya Shin Tae-yong, sang pelatih membubarkan skuad, hal-hal baik masih menghampiri para pemain. Ini menandakan sebuah idiom lama yang berbunyi, “Tidak ada ruginya membela tanah air” benar belaka.
Kini para pemain kebanjiran orderan. Apalagi mereka yang ikut meramaikan lantai dansa kekecewaan. Wes lah nggak usah bertele-tele. Sebut saja Hokky Caraka.
Penyerang Timnas Indonesia yang harusnya berlaga di Piala Dunia kemarin itu sebelumnya telah mengungkapkan kekecewaannya pada Ganjar Pranowo yang menolak kedatangan Timnas Israel. Setelah itu, ia ketiban rezeki nomplok. Dipanggil di sana-sini.
Sebelum ada di podcast-nya Om Deddy Corbuzier, Hokky—bersama pemain lain tentu saja—hadir dalam sebuah acara wawancara di program Rosi Kompas TV. Saya pernah menonton itu. Nyaris full videonya di YouTube saya tonton.
BACA JUGA: Penyebab Terdakwa Tragedi Kanjuruhan Bebas, Begini Tanggapan Angin
Dari hasil apa yang saya saksikan, intinya para pemain Timnas Indonesia kecewa. Dan salah satu yang paling getol kecewanya adalah Hokky Caraka, pemain 18 tahun. Apa yang dikatakannya dalam acara Rosi tersebut seolah benar-benar apa yang ia rasakan dari lubuk hatinya yang paling dalam.
Hokky frustrasi betul atas kegagalan dirinya tampil di Piala Dunia. Waktu itu yang jadi sasaran empuknya adalah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Hokky sempat bilang di acara itu bahwa Ganjar menghancurkan mimpinya. Eh, nggak ding. Malah sampai bilang Ganjar telah menghancurkan masa depannya.
Sebuah pernyataan yang sebenarnya di nalar saja sulit. Ha mosok orang bisa menghancurkan masa depan orang lain ketika kita sendiri belum sampai ke “masa depan” yang dimaksud? Jelas saja, dengan kelihaiannya dalam berdalih, Ganjar Pranowo dengan mudahnya menampik soal itu.
Dalam sebuah kesempatan, Ganjar mengatakan, blio nggak bermaksud untuk menghancurkan masa depan Hokky dan kawan-kawan. Gubernur Jawa Tengah itu mengaku mendukung anak-anak terbaik bangsa. Terlepas dari itu, ada bagian menarik dari talkshow Rosi dengan para pemain Timnas.
Tepat di acara itu pula, jika ingatan saya nggak membelot, Hokky bilang nggak akan berhubungan dengan gubernur yang menjadi “biang keladi” pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Mau itu Ganjar atau Wayan Koster. Sebab, kata Hokky, orang-orang tadi sudah menghancurkan mimpinya.
Saat itulah saya yakin, wah ini dia pemain top. Hokky punya mentalitas dan kapasitas sebagai sosok yang patut untuk diteladani. Saya pikir Hokky punya integritas luar biasa sehingga berani mengambil sikap demikian.
Bajilaknya, sehari sebelum menulis ini, di Twitter muncul permintaan maaf Hokky Caraka. Setelah permintaan maaf itu (eh, atau malah bersamaan, ya?) muncul video Hokky Caraka bertemu dengan Ganjar Pranowo. Keduanya tampak sangat akrab seperti seorang paman dengan keponakannya yang sudah tiga tahun nggak ketemu.
BACA JUGA: Ratu Tisha Tak Masalah Jadi Waketum Dua, tapi Masalah Bagi Sepak bola Indonesia
Berbarengan dengan itu, Ganjar menjamin penghidupan Hokky. Ia katanya, nih baru katanya, akan dimasukkan ke salah satu perusahaan di Jawa Tengah. Karena sebelumnya, Hokky merasa akan sulit ketika batu loncatannya, dalam hal ini Piala Dunia sudah “dirusak” Ganjar.
Hokky prihatin dengan nasibnya sendiri. Ia rela berhenti sekolah demi sepak bola. Kalau sepak bola sampai berhenti, katakanlah Indonesia kena sanksi dari FIFA, Hokky nggak punya apa-apa. Ia nggak memiliki skill apa pun untuk masuk dunia kerja. Sebab ya itu tadi, berhenti sekolah. Walau belakangan ini juga muncul kabar kalau Hokky ini ternyata malas saja buat sekolah.
Dengan tawaran yang datang dari Ganjar Pranowo, Hokky nggak perlu khawatir. Nggak sekolah pun bisa masih bisa kerja di perusahaan. Wah, hebat sekali dapat kerjaan jalur viral. Tapi Hokky, yang kamu sebut nggak bisa kerja karena nggak sekolah dan nggak punya skill itu sebenarnya kurang relevan.
Hokky ini kan, punya kemampuan bermain bola. Lha manfaatkanlah itu buat ngelatih tim sekolah atau tarkam. Kalau toh sepak bola Indonesia dibekukan lagi, kan bukan berarti kompetisi antarsekolah nggak ada. Carilah itu dan jadi pelatih. Gampang, kan?
Tapi Hok. Saya juga ingin berterimakasih ke kamu. Kamu telah mewakili orang-orang malas seperti saya untuk mewujudkan cita-cita. Saya yakin, Hok, banyak orang malas sekolah yang ingin seperti kamu. Lha gimana nggak malas, Hok?
BACA JUGA: Kita Tidak Membela Timnas Indonesia, Kita Membela Ego
Sekolah itu hampir tiap hari dimumetkan dengan pelajaran. Apalagi apa itu namanya, ehm, pelajaran matematika dan IPA terutama kimia yang kita suruh ngitung molekul padahal kita sendiri nggak bisa melihatnya dengan mata telanjang. Kalau ada pilihan bisa kerja dengan jabatan prestisius di perusahaan yang tokcer tanpa harus sekolah, pasti banyak yang memilih itu.
Sayangnya kan, nggak se-ez itu. Terkadang juga ada persyaratan pendidikan dari perusahaan yang ingin kita masuki. Banyak yang akhirnya memilih sekolah demi kelak mendapat pekerjaan yang lebih baik.
Nah, Hokky bisa dapat pekerjaan tanpa sekolah terlebih dahulu. Ini previlege yang berlapis-lapis. Orang lulusan sarjana saja masih sulit buat nyari kerja. “Engkau sarjana muda, resah mencari kerja,” kalau kata Iwan Fals.
Ini kalau sampai Hokky nggak ambil kesempatan yang diberikan Ganjar, guobloke nggak ketulungan. Sudah dikasih kesempatan besar, nggak usah sekolah, dan masih tetap bisa main bola, kok nggak diambil. Tapi, anu, apa omongannya politisi bisa dipercaya? Ah, kalaupun nggak, Hokky toh roman-romannya cocok banget jadi…
Ya, benar kader Teuku Umar!
Berikan komentarmu