KOTOMONO.CO – Rebo Wekasan atau hari Rabu Pungkasan di bulan Safar selalu menjadi hari yang kramat bagi sebagian masyarakat Indonesia dan Jawa pada umumnya. Khusus masyarakat Pekalongan, Rebo Pungkasan selalu diisi dengan berbagai tradisi yang mewarnai sepanjang pada hari tersebut.
Rebo berarti Rabu dalam bahasa Indonesia dan Wekasan artinya Pungkasan atau akhir. Secara harfiah, Rebo Wekasan adalah hari Rabu terakhir. Lebih tepatnya lagi, ini merupakan hari Rabu terakhir dari bulan Safar (bulan kedua dari 12 bulan penanggalan tahun Hijriah).
Dalam kultur budaya Jawa, Rabu terakhir di bulan Safar inilah yang disebut sebagai Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan, adapun dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Arba Mustamir.
Rebo Wekasan Dalam Prespektif Islam
Sebagian ulama ahli ma’rifat (kasyf) menjelaskan bahwa setiap tahun Allah akan menurunkan 320.000 macam bala’ yang akan diturunkan pada hari Rabu terakhir bulan Shafar. Dan hari itu merupakan hari terberat dalam satu tahun.
Maka dianjurkan untuk sholat 4 roka’at (dengan dua kali salam) di hari tersebut dengan niat sholat mutlaq atau sholat liqodoil hajat lidaf’il bala’, waktunya dari pagi sampai sore kecuali waktu Tahrim (setelah subuh&setelah sore).
Kemudian selesai sholat membaca Do’a Tolak Bala’ dan dianjurkan memperbanyak shodaqoh pada hari tersebut.
Barangsiapa sholat 4 rokaat kemudian membaca do’a, maka Allah swt akan menjaga orang tersebut dan orang-orang disekitarnya dari bahaya bala’ selama satu tahun. (Sumber : Ngaos Bu Nyai Hj.Shohma Wifda Mazya)
Rebo Wekasan Jawa
Ada tradisi ritual yang biasa dilakukan oleh masyarakat dari sejumlah daerah di Indonesia seperti Jawa, Sunda, dan Madura pada hari Rebo Wekasan ini. Bentuk ritualnya umumnya ada empat macam.
Antara lain sholat tolak balak, berdoa dengan doa-doa khusus, minum air jumat, dan selamatan. Selamatan ini bisa dalam bentuk sedekah atau berbuat baik kepada sesama.
Dengan melakukan ritual-ritual tersebut, ada kepercayaan berbagai bencana dan malapetaka bisa dihindari.
Terlebih lagi di Pekalongan, masyarakat Pekalongan selalu mengisi Rebo Pungkasan dengan berbagai kegiatan dan tradisi.
Seperti pada malam harinya (Selasa malam Rabu), ba’da sholat maghrib berjamaah mereka akan membaca doa-doa tolak bala, kemudian hari rabunya mereka akan mengadakan sedekah “Udik-udikan” yakni dengan membagikan uang recehan yang jumlahnya tidak ditentukan.

Dan pada malam harinya sebagian masyarakat seperti di Klego atau Krapyak mereka akan mengadakan sedekah dengan cara “Open House” yakni mempersilahkan siapa saja untuk masuk kedalam rumah dan beramah tamah.
BACA JUGA: Tradisi Udik-udikan Masyarakat Pekalongan
Selain itu juga masyarakat di Pekalongan akan mengadakan selamatan dengan sedekah berupa makanan yang akan dibagikan ke tetangga sekitar rumahnya.
Tradisi Rebo Pungkasan Wonoyoso
Tradisi dari Masyarakat sekitar Desa Wonoyoso, Kabupaten Pekalongan ini cukup fenomenal. Rebo Pungkasan merupakan hari yang dianggap cukup penting bagi masyarakat desa Wonoyoso dan sekitarnya pada Rabu terakhir bulan Shaffar.
Masyarakat berduyung-duyung dari berbagai sudut untuk mengambil air dari Sumur Keramat yang berada di kompleks Masjid Jami’ Wonoyoso.

Banyak orang meyakini sebagai bentuk ikhtiarnya bahwa air dari sumur tersebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit, memperlancar rezeki dan mempercepat jodoh. Orang-orang menyebut sumur itu dengan nama ‘Air Jan-jan’ karena menyamakan dengan “Air Zam-zam” di Makkah.
Sumur ini merupakan sumur peninggalan Waliyullah yang berada di Desa Wonoyoso dan konon pada setiap hari Rabu Pungkasan sumur ini bisa “mendidih” atau dalam bahasa Pekalongannya disebut “Mumbuk” yakni naik keatas dengan sendirinya (saat adzan maghrib berkumandang sampai keesokan harinya).
BACA JUGA: Tradisi Kliwonan Masjid Wonoyoso
Terlepas dari atribut pro dan kontra yang melingkupi Rebo Wekasan, tradisi ini sebenarnya adalah hal yang baik. Seperti yang dijelaskan di atas, Rebo Wekasan berisi tentang pemanjatan doa bersama sampai sedekah.
Doanya sendiri pun juga tidak macam-macam lantaran isinya adalah meminta kepada Tuhan agar dihindarkan dari bencana. Setiap tradisi pastinya memiliki nuansa dan selalu memberi pengalaman yang berkesan. Tinggal ambil yang baik dan manfaatnya saja. (Lembaga Pers IPNU & IPPNU Wonoyoso)
Kalau di daerahmu sendiri ada tradisi Rebo Wekasan apa lurr ?