KOTOMONO.CO – Aplikasi mahal nan canggih ini bakal ditikung pake WhatApp-an doang, murah meriah.
Jum’at (26 Februari 2021) warga Kota Pekalongan telah resmi mendapat pemimpin yang baru, yakni Walikota, H.A. Afzan Arslan Djunaid, SE. dan Wakilnya, H. Salahudin, STP. Sebagian besar warga kota ini menaruh harapan besar pada pemimpin baru ini. Setidaknya, dengan kemunculan pemimpin baru, kehidupan warga akan berjalan lebih baik lagi. Wabilkhusus, dalam hal pelayanan publik.
Benar saja, belum juga genap satu hari pasca dilantik, Aladin (akronim dari Aaf dan Salahudin) langsung bikin terobosan. Lewat Dinas Kominfonya, pemimpin baru yang masih segar ini meluncurkan layanan pengaduan publik yang diberi nama “Wadul Aladin“. Apa itu? Yaitu, kanal pengaduan layanan publik berbasis WhatsApp.
Kanal ini dibuat untuk menampung aspirasi warga yang berkenaan dengan pengaduan layanan publik. Semua warga kota yang sudah masuk dalam jejaring Kota Kreatif Dunia ini bebas menggunakan kanal ini untuk menyampaikan keluh kesahnya alias wadul tentang layanan publik kepada Pemerintah Kota Pekalongan di bawah kepemimpinan Mas Aaf dan Pak Salahudin. Wah bakal banyak yang “wadulan” nih?! Terus apa nggak bakalan repot ya?
Oh, ya mesti repot. Dan memang, sebagai perangkat negara, pemimpin baru ini kudu siap repot dan direpoti. Makanya, kanal ini dibikin guna mendukung peningkatan percepatan layanan pengaduan publik. Juga menjadi pelengkap bagi kanal-kanal yang sudah ada sebelumnya seperti SP4N-Lapor! dan aplikasi Pekalongan Smart City. Prinsip kerjanya sih hampir sama dengan kanal-kanal sebelumnya. Cuma dengan kanal ini dirasa akan lebih praktis. Jadi, warga bisa menyampaikan aspirasi, laporan, atau pengaduan terkait pembangunan Kota Pekalongan dengan lebih cepat dan praktis. Katanya sih gitu.
Yang nggak habis pikir lagi, konon, kanal layanan pengaduan ‘Wadul Aladin‘ ini terlayani standby 24 jam! Apa?! Dua puluh empat jam?! Sing genah bae?! Tapi okelah. Itu bagus. Artinya, saya dan warga sekota bisa wadul sak wayah-wayah. Terus, kira-kira siapa ya yang menthelengi Whatsapp-nya 24 jam? Mungkinkah Pak Kepala Dinas? Pak Wali? Atau Pak Wakilnya? Atau ajudannya? Atau… siapa ya? Ikut mikir kan? Saya juga mikir. Kira-kira siapa ya yang betah melek 24 jam kayak ikan di akuarium?
Ah timbang mikir nggak ketemu, mungkin ada baiknya dicoba saja ngirim WA ke nomor yang dimaksud. Kira-kira apa langsung dibales dan ditangani ya masalahnya? Saya pun penasaran. Minggu dini hari, pukul 01.36 saya pun menjajal kirim WA ke nomor kanal Wadul Aladin. Ternyata, responnya centang satu. Padahal, kanal WA Wadul Aladin kategorinya akun bisnis. Biasanya, chat akun bisnis itu punya balasan otomatis (oleh bot WhatApps Bisnis). Misal, dengan ucapan “Terima kasih bla bla bla”, yah nggak apa-apa daripada nggak ada yang balesin ya kan.
Karena nggak ada balasan otomatis yang berbasis mesin penjawab, saya kepoin akun Wadul Aladin ini. Saya lihat deskripsinya. Oalaaaah, ternyata ada preinya! Tertulis di sana, hari Minggu tutup. Selain itu, hari Sabtu juga tutup. Tertera jadwal juga hari Senin sampai Kamis, buka dari pukul 08.00-14.00. Sedang hari Jumat dibuka mulai pukul 08.00-11.00. Walaaaah. Berarti saya tergolong warga yang belum beruntung. Tuwasan sudah menunggu-nunggu jawaban, jebule kok….

Atau mungkin saya memang harus menunggu sampai selambat-lambatnya 3 hari ke depan ya? Soalnya, ada yang bilang untuk jawaban dari setiap wadulan warga, paling lambat ya 3 dina. Jawabannya bisa berupa informasi yang diperlukan pengirim wadulan. Apakah wadulannya ditindaklanjuti melalui koordinasi dengan dinas-dinas terkait maupun akan langsung terpenuhi aduannya. Hm, jadi mikir lagi. Kira-kira siapa ya yang pegang nomor WAnya? Mungkinkah bukan Pak Wali atau Wakilnya?
Tapi ngomong-ngomong, saya punya prediksi. Dari sekian banyak aplikasi yang sudah dibikin seperti SP4N-Lapor!, Pekalongan Smartcity dan Wadul Aladin, yang bakal populer adalah kanal via WhatsApp ini. Kenapa? Karena mudah, praktis, dan sekarang ini hampir semua warga kota ini pakai WA. Terus, apa nggak eman-eman ya aplikasi yang lainnya? Misal, seperti aplikasi Pekalongan Smartcity yang dulu digadang-gadang sebagai ide brilian dalam pelaksanaan Good Governance yang berbasis pemanfaatan digital high tech. Budgetnya guedhe lho aplikasi ini.
Malah pernah saya sempet ketemu sama pengembang aplikasi ini. Kami bincang-bincang tentang aplikasi yang sering diiklankan di radio ini. Kata mas pengembangnya, anggaran perawatan server dan maintenancenya sampai memakan uang 100 juta per tahun! Wuiiiih guriiiih, angka yang cukup fantastis untuk ukuran saya yang hampir tiap hari makan megono pincukan.
Katanya sih Pekalongan Smart City yang kini berubah jadi Smart Creative City itu bukti keseriusan dan kecintaan Pemerintah Kota Pekalongan kepada masyarakat. Aplikasi ini konon dijadikan semacam persembahan bagi warga yang kini suka menggenggam dunia dalam kotakan pipih bernama hape. Info yang disediakan juga macam-macam. Jadi, katanya lagi mudah diakses dan sangat komplit infonya. Selain itu akses terhadap berbagai layanan pemerintah juga disediakan, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara warga dan pemerintah secara cerdas dengan memanfaatkan teknologi. Mirip-mirip tujuan dibangunnya Jakarta Smathcity itu lho yang dikembangkan untuk lapor kepada pemda jika ada yang tidak beres, macem sampah dan jalanan rusak.

Harapan dari dibangunnya Pekalongan Smart City tuh masyarakat dapat melihat berita, informasi seputar kota, dapat melaporkan aspirasi maupun pengaduan, mengetahui agenda, wisata dan budaya, serta moda transportasi yang ada di kota kreatif ini. Aplikasi ini juga katanya menyajikan informasi tentang kesehatan, dokter, apotek, rumah sakit, ATM, Kantor Polisi, SPBU, Layanan Pendidikan, Olahraga, Bisnis, Lapak, Kuliner, Property, Jual beli online, dan lowongan pekerjaan. Wow banget deh kegunaannya!
Tapi, kira-kira sudah berapa banyak penggunanya ya? Ada nggak kabarnya? Sampai saat ini saya kok belum dapat laporan mengenai jumlah penggunanya. Apa karena masyarakat yang kurang familiar atau jangan-jangan penanganannya yang masih kurang serius?
Padahal, iklannya sering banget muncul di Radio Kota Batik dan kanal Batiktv. Tentu, warga jadi tahu dong soal aplikasi ini. Tapi kok…. Ah, entahlah!
Dulu saya pernah coba instal aplikasinya. Tapi setelah sekian lama, saya amati kok kayak nggak ada perkembangan apa-apa ya? Aduan, laporan, aspirasi juga nggak banyak. Toh ada atau nggak, “langka” yang ditanggapi. Satu-satunya perkembangan informasi di aplikasi tersebut itu pada bagian menu “Berita”, itupun sudah disetting media mana saja yang bisa tampil. Malahan pada hari minggu pagi ini saya coba buka kembali aplikasi tersebut, eh malah tidak ada data yang ditampilkan, lha piye iki ?. Oh mungkin internet saya yang lemot, tapi enggak deh. Oh mungkin libur juga kali ya sabtu-minggu.

Oke, balik lagi ke Wadul Aladin. Mungkin saja kanal dibikin untuk menyikapi aplikasi-aplikasi sebelumnya yang ehm kurang efektif. Kanal ini dinilai lebih murah daripada biaya untuk Aplikasi lainnya. Mung modal hape android 1,2 jutaan + nomor cantik doang udah bisa jalan. Sosialisasi juga lebih mudah, kalau internetnya? Ya bisalah pake wifi kantor dinkominfo bae.
Saya yakin, kanal ini akan menuai sukses. Bahkan jadi primadona. Maka pemkot kudu siap-siap menerima wadulan yang bejibun. Luber meler sampai mblewer-mblewer. Dan wadulannya pun bisa dipastikan beraneka macam. Ada yang cara penyampaiannya santun. Ada juga yang mungkin asal njeplak. Jadi, siapapun yang memegang kendali alias adminnya kudu sabar dan tabah, serta ikhlas menerima wadulan yang kadang bisa bernada nggak ngenakin ati.
Oh iya, saya usul. Mungkin agar wadulannya beres alias wadulannya bernada santun, perlu tuh dibikin Wadulan Award. Jadi akan ada kategori “The Best Pewadul of The Year“. Piye? Terus, terlepas dari itu, kanal ini bisa menjadi evaluasi bagi program Pekalongan Smartcity. Saran saya sih, mending Pekalongan Smartcity dihentikan saja, timbang muspro otok. Ha ah pok ye?