KOTOMONO.CO – Banyaknya mata kuliah yang diperoleh mahasiswa atau calon guru selama empat tahun studinya, saya ulas yang ada hubungannya dengan pendidikan.
Menjadi tenaga pengajar itu cukup mudah. Sedikit menguasai bidang ilmu tertentu, kita bisa jadi pengajar. Ya, minimal bisa ngajari teman atau saudara sendiri.
Tapi bagaimana dengan guru? Apakah menjadi guru juga semudah itu?
Salah satu tujuan tugas guru adalah mendidik murid supaya potensi yang ada pada dirinya berkembang dan bermanfaat buat kehidupannya. Kata kunci yang mesti kita pegang yaitu “berkembang” dan “bermanfaat”.
Berangkat dari situlah maka lembaga yang mencetak tenaga pendidik (guru) atau sebut saja Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), perlu menyiapkan calon guru yang mumpuni. Mereka haruslah menguasai bidang-bidang ilmu atau mata pelajaran yang kelak berguna dalam tugasnya.
Sampai di sini saja sudah tergambar bahwa jadi guru yang beneran itu nggak mudah. Iya, awalnya sebelum terjun jadi guru, para mahasiswa calon guru perlu bersekolah dulu, mesti dididik dengan benar, harus mempelajari mata kuliah-mata kuliah yang macam-macam. Barulah kemudian siap terjun ke sekolah-sekolah.
Kalau begitu, apa saja sih yang musti calon guru pelajari dan kuasai selama menempuh pendidikannya di LPTK?
Dari sekian banyak mata kuliah yang diperoleh mahasiswa atau calon guru selama empat tahun studinya, saya ulas yang ada hubungannya dengan pendidikan. Berikut ini empat kelompok mata kuliah yang perlu dipelajari.
1. Mata Kuliah tentang Ilmu Pendidikan
Secara garis besar, kelompok mata kuliah ini menghadapkan tiga pertanyaan mendasar kepada calon guru: Mengapa pendidikan itu mesti ada? Apa dasar dari tindakan mendidik yang guru lakukan? Bagaimana pendidikan itu mungkin?
Ketiganya membutuhkan studi yang cukup serius mengenai manusia, pendidikan, dan landasan pendidikan. Adapun mata kuliah yang tersaji antara lain Pengantar Ilmu Pendidikan dan Landasan Kependidikan.
Mungkin dahi kita langsung berkerut saat pertama kali membaca pertanyaan itu. Kemudian dengan tiba-tiba, tanpa sempat kita pikir ulang, terlepaslah satu-dua pertanyaan di kepala kita: Mengapa butuh mempelajari itu semua hanya untuk jadi guru? Serepot itukah?
Memang repot. Siapa bilang belajar itu nggak repot? Tapi ini penting. Setidaknya sebagai pengingat agar kelak guru nggak cuma melakukan hal-hal yang rutin. Apalagi di semester-semester awal perkuliahan, dalam mempelajari kelompok mata pelajaran satu ini minim konteks permasalahan.
2. Mata Kuliah tentang Kejiwaan dan Perkembangan Anak
Barangkali kelompok mata kuliah ini jauh lebih bisa dibayangkan praktiknya, ketimbang kelompok sebelumnya. Benar bahwa pendidikan memang berurusan dengan kejiwaan dan perkembangan anak.
Setiap hari, mulai pagi hingga menjelang sore, guru berinteraksi dengan murid, mengajarkan mereka berbagai macam ilmu, membimbing supaya perlahan-lahan bisa menyelesaikan soal sendiri, dan mengamati perkembangannya dari waktu ke waktu.
Nah, lihat! Di sini kita bertemu lagi dengan kata kunci “perkembangan”. Jadi, selama mengajar, guru juga memperhatikan sejauh mana perkembangan muridnya, tindakan apa yang perlu dilakukan supaya murid itu berubah, sampai di mana level pemahamannya, dan aspek apa saja yang belum berkembang.
Baca juga: Salah Guru ya Kalau Kualitas Pendidikan Kalah Saing?
Begitulah. Hal yang tampaknya sederhana, rupanya menyimpan kompleksitas yang khas, seolah butuh kaca mata khusus untuk dapat melihatnya. “Kaca mata” yang bisa dimanfaatkan, antara lain Psikologi Pendidikan, Psikologi Perkembangan, serta Bimbingan dan Konseling.
Siapa sangka guru juga mesti paham sedikit tentang ilmu Psikologi. Maknanya, bagi kamu yang punya minat di bidang ilmu itu, nggak ada salahnya kalau bercita-cita jadi guru.
3. Mata Kuliah tentang Pembelajaran
Setelah memiliki landasan dan dasar yang kokoh tentang pendidikan, begitu pula pemahaman yang cukup mengenai perkembangan anak dan kejiwaannya, pada bagian ini kita akhirnya dipertemukan dengan langkah paling operasional yang sehari-hari dikerjakan guru.
Kelompok mata kuliah ini adalah bidang yang paling teknis. Sekaligus area yang paling sering dibicarakan, diulik, dan dicari pemecahannya oleh guru, baik selama bekerja maupun ketika menggarap Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Bisa ditebak, mata kuliah ini berisi tentang teori-teori, kegiatan, metode, dan evaluasi belajar; dan media serta metode penelitian. Mempelajarinya, apalagi mampu mempraktikkannya, membuat kita dianggap sebagai seseorang yang berbakat jadi guru.
Jadi nggak hanya mengajarkan materi pelajaran saja, tetapi melalui ilmu itu guru punya kompetensi menentukan bagaimana metode mengajarnya, urutan aktivitas belajar yang pantas, instrumen pengukuran hasil belajarnya, serta keputusan yang akan diambil berdasarkan hasil belajar itu.
Bagaimanapun, agar perkembangan anak dapat terlihat, guru mesti menentukan titik-titik yang bakal menunjukkan kemajuannya. Dengan langkah penilaian, misalnya ulangan harian, guru dapat menentukan seberapa jauh kemajuan yang ditunjukkan anak. Kemajuan itulah yang dimaksud dengan perkembangan.
4. Mata Kuliah tentang Administrasi dan Pengelolaan Pendidikan
Sampai di sini baiknya kita geser sedikit sudut pandang kita agar mendapat gambaran yang lebih luas mengenai situasi pendidikan. Misalnya membahas pendidikan sebagai suatu sistem, mengulas pengelolaan pendidikan di tingkat sekolah, mempelajari kurikulum atau bagaimana mata pelajaran itu tersusun. Pun mengulas peraturan perundang-undangan yang memberi arahan praktik pendidikan.
Kita bisa lihat bahwa pergeseran perspektif semacam itu bertujuan agar calon guru punya gambaran makro tentang pendidikan. Karenanya, guru mestilah menguasai cukup pengetahuan terkait bagaimana sistem pendidikan itu bekerja.
Hal ini berguna ketika kelak guru bekerja sehari-hari di sekolah, pikiran mereka tidak mudah tenggelam ke dalam rutinitas yang cenderung teknis dan minim refleksi.
Melalui mata kuliah Manajemen Sekolah, Profesi Keguruan, dan Kurikulum, guru mempunyai arah dan batasan tindakan mendidiknya. Bahkan bila hendak berinovasi, mereka paham betul apakah sudah berada di rute yang benar. Begitu pun sebaliknya, guru mampu mengenali praktik-praktik apa saja yang tidak sesuai tujuan dan keluar dari batasan-batasan.
Minimal melalui kelompok mata kuliah yang terakhir ini, seorang guru tahu arah. Tidak hanya ngajar dan merampungkan materi ajarnya saja. Tetapi sekaligus berpandangan jauh ke depan.
Bahwa mendidik itu membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara holistik, integral, sekaligus mencegah tindak-tindakan yang mereduksi kemanusiaan mereka.
Kalau hendak ditarik benang merahnya, keempat kelompok mata kuliah yang saya urai tadi kurang lebih membekali guru dalam menghadapi realitas pendidikan yang berlangsung di sekolah.
Selalu dalam kesibukkan guru dalam mendidik anak, mereka tak henti-hentinya berkutat pada ilmu pendidikan serta landasannya, perkembangan anak, pembelajaran, serta pengelolaan pendidikan.
Dari ulasan yang sederhana ini setidaknya kita punya peta pemahaman mengapa calon guru perlu dididik melalui LPTK. Tak cuma agar ahli mengajar, tapi juga, sekali lagi, mendidik, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
Baca juga: Bagaimana Kalau Filsafat Jadi Pelajaran di SMA? atau tulisan Dini Alan Faza lainnya.