KOTOMONO.CO – Polemik game online sepertinya tak pernah surut. Baru-baru ini pemerintah memang berencana untuk memblokir beberapa game online. Ya memang, game online seolah menjadi momok yang menakutkan yang setiap hari mengintai anak-anak. Apalagi semenjak pandemi dan diharuskan belajar di rumah.
Satu yang menarik perhatian adalah game Fortnite. Game multiplayer ini menuai kecaman karena di dalamnya terdapat bangunan yang menyerupai Ka’bah, situs suci umat Islam tersebut. Direktur Al-Azhar Internasional Center untuk e-Fatwa, Osama Al-Hadidy melayangkan kritik terhadap game tersebut. Fortnite dianggap melakukan penghinaan karena di dalam game tersebut mengharuskan pemain untuk menghancurkan bangunan yang diduga mirip Ka’bah agar bisa merangkak ke level berikutnya.
“Al-Azhar International Center sebelumnya memperingatkan beberapa gim elektronik yang menyita pikiran anak muda, mengalihkan mereka dari tugas dasar untuk memperoleh pengetahuan atau pekerjaan yang berguna, dan mengunci mereka di dunia maya sambil menghasut kebencian dan merugikan orang lain,” demikian pernyataan dari Al-Azhar International Center melalui akun Facebook, seperti dikutip Liputan6.
Dilansir Egypt Independent, dan dikutip pula Liputan6, Osama Al-Hadidy turut untuk melarang para pengguna memainkan game Fortnite. Alasannya, karena game ini dianggap merusak citra Ka’bah di saat menjelang ibadah haji dilaksanakan.
Meski sebatas permainan, kritik ke Fortnite juga datang dari pejabat di Indonesia. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno ikut-ikutan menanggapi game Fortnite. Ia nggak sekadar mengkritik, tapi sekaligus berencana memblokir game Fortnite untuk anak-anak. Memang sih, blokir-memblokir masih tak bisa dilepaskan dari dunia per-digital-an tanah air.
“Lima kali sehari minimal kita menghadap Kabah, dari mana pun kita di dunia untuk menunaikan salat wajib atau salat sunnah. Dan di game ini saya diberitahu bahwa ada Ikon yang dinilai mirip Kabah yang harus dihancurkan untuk mendapatkan senjata baru dan naik ke level berikutnya,” kata Sandiaga Uno, seperti dikutip detikcom.

Fortnite, lanjut Sandiaga, juga bertentangan dengan nilai-nilai luhur di bidang agama. Selain itu, Fortnite juga dianggap bisa memicu konflik kebencian, mendorong kekerasan, sampai dengan berpotensi penistaan agama. Padahal game seperti Fortnite hanya sebagian kecil saja penyebab maraknya konflik antaragama.
Riset Setara Institute menyebutkan ada beberapa faktor yang punya potensi untuk menciptakan kebencian antaragama. Diantaranya melemahnya kepemimpinan nasional, politik akomodatif, sampai pelanggaran hak asasi seperti penutupan rumah ibadah.
Lagi pula, pengembang game Fortnite sudah membantahnya melalui halaman Facebook yang juga dimuat di The New Arab. Fortnite berdalih kalau kemunculan bangunan mirip Ka’bah itu hanya ada di mode kreatif. Jadi pemain bisa membuat bangunannya sendiri dan dimainkan secara online. Abdul Rahman Al Shamy, seorang gamers dan pendiri sebuah pengembangan game, seperti dikutip The New Arab menggelorakan klarifikasi itu. Dia mengkritik kurangnya uji tuntas di pihak ulama Al-Azhar.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Jhonny G. Plate juga membenarkan hal itu. “Pihak Fortnite telah melakukan klarifikasi bahwa elemen yang termuat dalam video tersebut merupakan user generated content (UGC) yang dibuat oleh pengguna dalam bentuk Creativity Mode,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate seperti dikutip CNN Indonesia.
Itu artinya, kritik Direktur Al-Azhar Internasional Center untuk e-Fatwa itu belum dikaji secara mendalam. Sudah gitu, Menparekraf kesayangan Pak Jokowi, Sandiaga Uno tiba-tiba bergerak cepat pengin game itu diblokir. Pada akhirnya kita jadi tahu, game yang notabene buat sekadar hiburan dan pengisi waktu luang, sampai dianggap buang-buang waktu juga ternyata bisa buat ngegocek masyarakat dengan isu sensitif: AGAMA.