KOTOMONO.CO – Tahun Baru Islam akan jatuh pada hari Minggu (7/7/2024). Pada hari penting keagamaan ini, banyak umat Muslim dunia, termasuk di Indonesia menyambut perayaan tahun baru dengan suka cita. Biasanya, masing-masing daerah memiliki tradisi unik yang dikhususkan untuk memeriahkan tahun baru Islam dan Muharram.
Pencampuran antara budaya daerah dan ajaran agama Islam, menciptakan tradisi unik untuk menyambut malam tahun baru Islam. Tahun baru Islam diperingati di berbagai daerah penjuru nusantara. Momen pergantian tahun ini direfleksikan oleh masyarakat sebagai ajang untuk memanjatkan doa dan sekaligus melestarikan tradisi budaya.
Pastinya diberbagai ragam daerah memiliki tradisi uniknya sendiri untuk menyambut malam tahun baru Islam. Nah, berikut ini tradisi unik peryaan Tahun Baru Islam yang perlu kamu tahu.
Kirab Kebo Bule
Kebanyakan orang Jawa seringkali menyebut 1 Muharram dengan 1 Suro. Contohnya di Solo, tradisi 1 Suro berkembang dari Sultan Agung yang menyebarkan agama Islam melalui ajaran dengan tradisi Jawa. Saat tahun baru Islam, keluarga Keraton Surakarta sendiri memeriahkan malam 1 suro dengan mengarak sejumlah kerbau.
Dalam kitab Babad Solo yang ditulis oleh Raden Mas Said, nenek moyang kebo bule merupakan binatang kesayangan Sri Susuhunan Pakubuwono II. Uniknya kerbau yang diarak merupakan kerbau yang berwarna putih dan agak kemerahan, sehingga masyarakat menamainya dengan sebutan kebo bule.
Dalam tradisi ini, ratusan warga akan antusias berebutan untuk menyentuh kerbau yang dikawal pasukan keraton. Dalam tradisi Kirab Kebo Bule, benda-benda pusaka seperti keris dan tombak juga tak ketinggalan diarak sembari dikawal bersama kebo bule. Masyarakat percaya bahwa kotoran yang dikeluarkan oleh kerbau dianggap membawa keberkahan, hal ini menambah keunikan dari tradisi.
Festival Bubur Suro
Masyarakat Jawa Barat dan beberapa daerah di Jawa Tengah menyambut perayaan tahun baru Islam dengan festival bubur suro. Dalam tradisi bubur suro, masyarakat di berbagai daerah dan tak terkecuali Desa Krapyak Pekalongan akan menyiapkan bubur merah dan bubur putih. Masyarakat bergotong royong menyajikan bubur yang dikemas secara terpisah ini.
Setelahnya, bubur suro kemudian dibawa ke masjid untuk dihidangkan secara bersama-sama. Festival bubur suro juga dimeriahkan dengan workshop memasak, gala dinner, sendratari dan hiburan musik keroncong. Masyarakat menyambut tradisi ini dengan sangat gembira, karena tradisi ini dapat memperat tali silaturahmi.
Barikan
Barikan adalah salah satu tradisi leluhur yang diperuntukkan dalam menyambut tanggal satu suro. Tradisi yang dilestarikan masyarakat Pati, Jawa Tengah ini diselenggarakan dengan partisipasi warga yang membawa nasi serta lauk dari rumah untuk kemudian didoakan.
Biasanya masyarakat berkumpul pada malam hari ditempat terbuka. Dengan beralaskan daun pisang, bakul-bakul yang dibawa oleh warga dikumpulkan untuk kemudian melakukan doa bersama. Jenis makanan yang dibawa oleh warga bisa bermacam-macam.
Biasanya terdiri dari nasi, ayam, tempe goreng, sambal, sayur urap, buah-buahan dan lain-lainnya. Tradisi ini digelar sebagai wujud rasa syukur atas berkah yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta. Selesai memanjatkan doa, masyarakat kemudian saling bertukar lauk satu sama lain, hal ini dilakukan untuk menjalin silaturahmi dan kerukunan antar warga.
Tradisi Pawai Obor
Di berbagai daerah di Indonesia, pawai obor dilakukan dengan semarak menyambut Tahun Baru Islam. Tradisi pawai obor menjadi tradisi yang ditunggu-tunggu dalam perayaan malam Tahun Baru Islam. Masyarakat akan mengelilingi desa atau kampung sambil memegang obor. Kegiatan pawai obor dilakukan sembari melantunkan gema sholawat dan pujian kepada Rasulullah Saw.
Berbagai kalangan masyarakat akan kompak memakai busana muslim sambil berpawai memegang obor sehabis melaksanakan sholat Isya. Biasanya anak-anak kecil banyak mendominasi tradisi ini. Semarak tradisi pawai obor menjadi momen kebersamaan dalam tradisi menyambut tahun baru Islam di Indonesia.
Tradisi Sedekah Gunung Merapi
Tradisi sedekah Gunung Merapi dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah. Tradisi dalam menyambut tahun baru Islam ini digelar setiap tanggal 1 Muharram. Masyarakat setempat dalam tradisi ini akan melarung kepala kerbau. Kemudian akan berbondong-bondong mengarak kepala kerbau dan berbagai hasil bumi, yang uniknya tradisi ini dilakukan di lereng puncak Gunung Merapi.
Puncak acara ini dilakukan dengan makan dan doa bersama agar tahun baru diberkati oleh Allah Swt. Tradisi sedekah Gunung Merapi dijadikan sebagai bagian dari tradisi menyambut tahun baru Islam di Indonesia. Tradisi ini telah diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun.
Tradisi Tapa Bisu
Tradisi Tapa Bisu digelar oleh masyarakat pada tanggal 1 Muharam. Tradisi ini identik dengan masyarakat di daerah Yogyakarta dengan ritual mengelilingi benteng keraton. Ritual tersebut disebut Tapa Bisu karena tradisi ini memiliki keunikannya tersendiri. Ritual ini dilakukan saat mengelilingi benteng keraton sejauh 7 kilometer tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Pelaksaan ritual ini biasanya dimulai dari halaman Keben kemudian melewati beberapa ruas jalanan di Yogyakarta. Sejarah ritual ini diprakarsai oleh Paguyuban Abdi Dalem Keprajan Keraton Yogyakarta. Selain rombongan para abdi dalem, pelaksanaan ritual Tapa Bisu juga boleh dilakukan oleh masyarakat setempat secara sendiri-sendiri atau kelompok.
Tradisi Ngadulang
Tradisi unik selanjutnya dalam menyambut malam Tahun Baru Islam yakni, tradisi Ngadulang. Salah satu daerah yang masih menggelar tradisi ini adalah sukabumi. Tradisi Ngadulang merupakan tradisi yang dilakukan oleh pemerintah Sukabumi yang dilakukan dengan menabuh bedug. Tradisi Ngadulang atau memukul bedug adalah tradisi yang sering diadakan sebagai lomba.
Tradisi ini diselenggarakan oleh pemerintah Sukabumi untuk memeriahkan tahun Baru Islam. Kegiatan tradisi ini juga meliputi lomba tabuh bedug yang bisa diikuti oleh masyarakat. Pada tradisi Ngadulang, tim minimal terdiri dari tiga pemain yang masing-masing memiliki tugasnya sendiri.