Kotomono.co – Roleplay atau bermain peran menjadi topik yang sedang hangat diperbincangkan di dunia maya. Topik ini muncul setelah sebuah video mengenai roleplay diunggah di TikTok.
Dalam cuplikan video yang beredar di TikTok, tampak seorang anak perempuan yang ditegur oleh ayahnya karena terjaring bermain roleplay. Setelah ditelusuri, anak tersebut ternyata bermain peran yang dianggap tidak pantas untuk usianya dan bersama orang yang tidak dikenal.
Hal ini memicu perdebatan di masyarakat. Meskipun banyak yang memaklumi hal tersebut, tidak sedikit yang menganggap bermain roleplay di media sosial dapat berdampak negatif pada perkembangan anak.
Game roleplay adalah permainan di mana setiap peserta mengambil peran karakter, umumnya dalam dunia fantasi atau fiksi ilmiah, yang dapat berinteraksi dalam dunia imajinasi permainan.
Contoh game populer dari genre game role playing online awal adalah Dungeons and Dragons, Battletech, dan Star Wars.
Permainan ini mendorong pemain untuk menjadi karakter—seringkali karakter yang sangat berbeda dari kepribadian pemain dalam kehidupan nyata—dan seringkali tanpa batasan akhir.
Dampak Permianan Roleplay Secara Umum
Dilansir dari Goodtherapy pada Selasa (20/6/2023), game roleplay dapat dimainkan selama berjam-jam, berhari-hari, atau bahkan bertahun-tahun, dengan karakter yang terhubung dengan orang lain untuk mengembangkan dunia virtual yang mungkin terasa lebih nyaman daripada dunia nyata.
Tidak mengherankan jika bermain roleplay ini terbukti membuat pemainnya kecanduan dan dapat mengganggu tanggung jawab dalam kehidupan nyata.
Game roleplay, seperti game lainnya, dapat menyebabkan kecanduan. Pemain yang sukses umumnya harus menghabiskan banyak waktu untuk permainan dan mungkin menghabiskan berjam-jam berinteraksi dengan pemain lain.
Keterikatan waktu yang tidak terbatas ini meningkatkan risiko pemain menjadi kecanduan, dan tekanan dari pemain lain untuk terus bermain dapat membuat sulit untuk berhenti.
Namun, sebenarnya game roleplay juga menawarkan beberapa manfaat. Beberapa orang mengakui bahwa mereka mempelajari keterampilan baru secara daring.
Dampak Roleplay ke psikologis
Fenomena ini mengundang perhatian psikiater dr Lahargo Kembaren, SpKJ. Ia mengungkapkan roleplay yang dilakukan di platform media sosial bisa memicu gangguan psikologis pada anak.
“Misalnya di melakukan permainan roleplay tadi, pembentukan jati dirinya itu menjadi rusak karena yang tadinya harusnya sesuai dengan norma nilai tapi menjadi kacau, dan menimbulkan kebingungan terhadap masalah psikologisnya,” ujarnya.
Ia menambahkan roleplay di medsos bisa memicu kondisi psikotis dan delusi. Akibatnya, anak kesulitan membedakan antara realitas dan imajinasi, Bunda.
Penyebab anak main roleplay di Medsos
Kemudian, dr Lahargo menyebutkan ada hal yang menjadi penyebab anak melakukan roleplay. Menurutnya, hal itu terjadi lantaran ia tidak mendapatkan perhatian yang dibutuhkan di kehidupan nyata.
“Dia sampai mengambil opsi memainkan roleplay di aplikasi (medsos) karena dia sebenarnya tidak mendapatkan apa yang dia butuhkan. Misalnya, anak ini butuh komunikasi, kehangatan, apresiasi, butuh reward atau penghargaan dalam hidupnya. Akhirnya dia mencarinya di tempat lain,” jelasnya.
***
Sumber: Luputan6, haibunda
(AI)