KOTOMONO.CO – Sosok AKBP Achiruddin Hasibuan, seorang perwira di Polda Sumatra Utara, tengah menjadi sorotan publik. Sebuah video viral memperlihatkan sang perwira membiarkan anaknya, Aditya Hasibuan, secara brutal menganiaya seorang mahasiswa bernama Ken Admiral.
Bukannya melerai, Achiruddin justru terlihat memberikan instruksi agar sang anak menganiaya korban dan melarang beberapa orang yang ada di lokasi untuk melerai. Dilihat dari akun Twitter @Mazzini_GSP, Achiruddin Hasibuan bahkan sempat mengancam akan mengambil senjata api di dalam rumah. Mirisnya, dirinya memiliki rekam jejak kekerasan sebelumnya, termasuk kasus pengancaman dan perlakuan kasar terhadap orang tua pada tahun 2017.
Peristiwa yang melibatkan AKBP Achiruddin Hasibuan ini menggemparkan masyarakat. Seorang perwira yang seharusnya menjadi pelindung dan pengayom masyarakat, justru terlibat dalam tindakan kekerasan yang sangat kontroversial. Video yang menjadi viral memperlihatkan Achiruddin membiarkan anaknya menganiaya mahasiswa, dan bahkan memberikan instruksi agar sang anak terus menghajar korban, sambil melarang orang-orang di sekitar untuk melerai. Kejadian ini menimbulkan banyak pertanyaan dan kontroversi, serta menyorot rekam jejak kekerasan Achiruddin Hasibuan yang pernah terjadi sebelumnya.
Rekam Jejak AKBP Achiruddin Hasibuan Aniaya Orang Tua
Berdasarkan informasi yang diungkapkan dalam akun Twitter @Mazzini_GSP, Achiruddin Hasibuan pernah terlibat dalam kasus pengancaman dan kekerasan pada tahun 2017. Saat itu, dirinya diduga melakukan tindakan kekerasan terhadap seorang juru parkir bernama Najirman yang merupakan orang tua. Kejadian tersebut bermula ketika Najirman mengarahkan Achiruddin untuk memarkirkan mobilnya yang salah tempat, di kawasan perparkiran sepeda motor. Diketahui, saat itu Achiruddin masih berpangkat Kompol.
BACA JUGA: Kiat Sukses Mengatasi Masalah Banjir Versi Orang Goblok
Tersinggung karena harga dirinya sebagai seorang perwira tidak dihargai, Achiruddin kembali menemui Najirman setelah makan di rumah makan Steak and Shake. Dalam keadaan emosi, Achiruddin memarahi Najirman dan bahkan melakukan kekerasan fisik. Dirinya menendang Najirman sampai tersungkur jatuh, disaksikan oleh cucunya yang berusia 14 tahun. Selain tendangan, pukulan telak juga dilayangkan oleh Achiruddin ke wajah Najirman, sang juru parkir yang berusia tua. Kejadian tersebut kemudian dilaporkan oleh cucu Najirman ke Propam Polda Sumatera Utara.
Kontroversi dan Kritik Publik Kepada POLRI
Kejadian kontroversial yang melibatkan AKBP Achiruddin Hasibuan dan anaknya Aditya Hasibuan ini menuai banyak kritik dari publik. Banyak yang mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Aditya terhadap Ken Admiral, serta ketidakberdayaan Achiruddin yang membiarkan anaknya melakukan tindakan tersebut dan bahkan memberikan instruksi agar terus menganiaya korban.
BACA JUGA: Mengenal Apa Itu Praktik Busuk Pencucian Uang dan Contoh Kasusnya
Tindakan Achiruddin yang seolah-olah melindungi anaknya yang melakukan kekerasan juga menuai kritik keras. Banyak yang menilai bahwa sebagai seorang perwira polisi, Achiruddin seharusnya bertindak sebagai contoh yang baik dan melibatkan diri dalam menghentikan tindakan kekerasan, bukan justru membiarkan dan memberikan instruksi untuk melanjutkan kekerasan tersebut. Selain itu, rekam jejak Achiruddin yang sebelumnya sudah terlibat dalam kasus kekerasan juga semakin memperburuk citra dirinya di mata publik.
Banyak pihak yang menuntut tindakan tegas dan transparansi dari pihak kepolisian terkait kasus ini. Publik mengharapkan agar pihak berwenang melakukan penyelidikan yang objektif dan adil terhadap Achiruddin dan Aditya, serta memberikan sanksi yang sesuai jika terbukti bersalah.
Dalam menjaga integritas dan profesionalisme kepolisian, tindakan yang melibatkan oknum polisi, terlebih lagi yang melibatkan kekerasan, harus dihadapi dengan serius dan tegas. Sebagai penegak hukum, polisi seharusnya menjadi pelindung dan pelayan masyarakat, bukan malah terlibat dalam tindakan kekerasan dan membiarkan anaknya melakukan hal yang melanggar hukum.
BACA JUGA: Himbauan Tidak Memperlihatkan Gaya Hidup Mewah Itu untuk Kebaikan Bersama Kok!
Kontroversi ini juga menjadi pelajaran bagi seluruh aparat kepolisian untuk menjaga profesionalisme dan integritas dalam menjalankan tugas mereka. Penggunaan kekuatan harus sesuai dengan hukum dan prosedur yang berlaku, serta tidak boleh melibatkan tindakan kekerasan yang melanggar hak asasi manusia.
Dalam menjaga kedamaian dan keamanan masyarakat, penting bagi aparat kepolisian untuk selalu mengedepankan prinsip-prinsip hak asasi manusia, menghormati hukum, serta menjalankan tugas dengan kebijakan yang adil dan proporsional. Kasus ini menjadi pengingat bahwa tidak ada toleransi terhadap tindakan kekerasan, terlepas dari latar belakang atau status sosial pelakunya.
Semoga kasus ini dapat diungkap dengan baik dan tindakan hukum yang sesuai dapat diberikan kepada pihak yang bersalah. Sebagai masyarakat, kita juga harus terus mengawal dan mengingatkan agar aparat kepolisian dapat menjalankan tugas mereka dengan profesionalisme, integritas, dan mengutamakan hak asasi manusia.