KOTOMONO.CO – Siapa pun, kalau nonton sosok Najwa Shihab, Andy F. Noya, hingga Prabu Revolusi akan tertarik menjadi wartawan seperti mereka. Apalagi bagi calon-calon mahasiswa yang masih unyu-unyu dan bimbang mau meneruskan kuliah di jurusan apa.
Diakui apa nggak, ketiganya merupakan wartawan kesohor di masa kini. Najwa Shihab dengan program “Mata Najwa” yang tajam mengupas dan mewawancarai narasumber. Andy F. Noya yang begitu santai dalam “Kick Andy” tapi penuh pesona. Prabu Revolusi yang kerap tampil gagah berwibawa di depan kamera CNN Indonesia.
Sepertinya, Indonesia memang selalu ready stok untuk soal figur wartawan idaman. Televisi kita telah banyak menghadirkan sosok wartawan yang bagus, baik secara tampang maupun kecerdasan. Wajar kalau banyak orang yang tiba-tiba berminat menjadi seorang jurnalis.
Tak ayal, jurusan jurnalistik atau yang berkaitan dengan itu belakangan dikerubuti peminat. Meski biaya kuliahnya nggak bisa dibilang murah. Kendati tak ada jaminan alumni jurusan jurnalistik bisa menjadi wartawan.
Nggak usah jauh-jauh, di tempat saya wartawan-wartawan lokal itu belum tentu alumni prodi Jurnalistik atau Ilmu Komunikasi. Malahan pernah saya bertemu saat liputan di lapangan, ada yang belum kuliah. Watah!
Lantas apa yang sebetulnya dibutuhkan untuk bisa menjadi seorang jurnalis? Ini nih kiat yang perlu kamu baca sampai tuntas kiat menjadi Wartawan Tanpa Susah Payah Kuliah Jurnalistik.
Pertama: Jalan-jalan
Eit! Jangan pernah menganggap remeh kegiatan yang satu ini. Sekalipun tampak sederhana, mungkin sekadar untuk menenangkan jiwa dan pikiran setelah lelah bekerja, jalan-jalan bisa loh bikin kita jadi wartawan.
Kamu kira wartawan kerjanya ngapain kalau bukan jalan-jalan? Dari jalan-jalanlah wartawan mendapatkan banyak informasi. Bahkan informasi yang nggak disangka-sangka, nggak dinyana-nyana. Oh!
Jadi, kalau kamu punya hobi jalan-jalan, dan ingin sekali menjajal bagaimana menjadi wartawan yang bisa tampil di media nasional, manfaatkanlah hobimu itu. Tulis atau rekam pengalamanmu sewaktu jalan-jalan.
Ceritakan dengan gayamu sendiri. Boleh jadi, kalau rekaman video atau tulisan kamu bagus, ada informasi yang menarik dan penting untuk dibagikan, kamu akan dilirik media nasional. Lagi pula kan banyak media yang menyediakan ruang untuk publik membagikan informasi. Ehmmm… andai media mainstream kenamaan enggan menerima tulisanmu, cintapekalongan siap menampung karyamu.
Kedua: Punya Media Sosial
Kalau kamu merasa susah untuk masuk media nasional, masih ada satu lagi media yang bisa kamu gunakan. Di era kucing beranak bisa di-shooting seperti hari ini, kamu juga bisa jadi wartawan, tanpa bergabung ke media nasional. Media sosial siap mewadahi seluruh informasi yang ingin kamu bagikan, sekaligus tempatmu mencari informasi.
Kalau cuma media sosial, tentu belum cukup. Syaratnya kamu harus bikin akun media sosialnya dulu dong. Boleh Twitter, Facebook, Instagram, Path, atau apa pun itu yang menurutmu efektif. Jika sudah, sebelum sibuk share informasi, perbanyak dulu folllowers dan teman kamu di media sosial.
Percuma kalau followers hanya dua, dan itu pun teman kamu sendiri. Bagaimana mungkin mampu menyebarkan informasi ke banyak orang laiknya wartawan kalau begitu keadaannya? Bisa-bisa kamu malah diketawain Kekeyi.
Ketiga: Dekati Pejabat
Mendekati pejabat publik, bisa membuatmu menjadi apa saja yang kamu idam-idamkan. Termasuk wartawan. Apa sih yang nggak bisa dilakukan pejabat? Sekadar mengangkat orang terdekat jadi wartawan, itu perkara sepele.
Si pejabat mungkin saja bakal memintamu menjadi wartawan pribadinya. Ikut dia ke mana-mana. Asyik bukan? Kamu bakal mendapatkan pengalaman wawancara pejabat secara eksklusif. Ikut andil mengelola bagian informasinya.
BACA JUGA: Merayakan Kemesraan Pemkot Pekalongan dengan Wartawan Lokal
Andaikan pejabat itu sudah nggak lagi menjabat, kamu juga masih bisa melanjutkan pekerjaanmu sebagai seorang wartawan pribadinya. Justru setelah si pejabat itu tidak menjabat kembali, kamu lebih dibutuhkan sebagai wartawan. Apalagi kalau si pejabat yang kamu dekati akan kembali bertarung di pemilihan selanjutnya.
Keempat: Menonton Video Close The Door Deddy Corbuzier
Deddy Corbuzier adalah eks pesulap aliran mentalis di Indonesia yang sekarang sibuk nge–host sana-sini, terutama di podcast “Close The Door”. Seorang Deddy Corbuzier memang bukanlah wartawan, tapi dia bisa melakukan wawancara ke tokoh-tokoh penting dan mengorek informasi sedalam-dalamnya, mirip dengan wartawan investigasi.
Video wawancaranya dengan tokoh-tokoh tertentu juga tak jarang menjadi sumber rujukan wartawan untuk membuat berita. Apalagi yang bernuansa klarifikasi dari narasumber yang ditanya-tanya Deddy Corbuzier, tak sedikit dikutip para wartawan. Dari situ jadilah berita dan lolos kurasi redaktur.
Melihat fenomena ini, pikiran saya tentang menjadi wartawan itu susah dan merepotkan tiba-tiba sirna. Sebab tinggal buka channel-nya Om Deddy, dan tonton video-video podcast “Close The Door” sudah bisa bikin satu berita. Nggak perlu mikir kerangka pertanyaan, metode wawancara, dan etika wawancara. Nggak ada lagi alasan susah menemui narasumber.
BACA JUGA: Lenyapnya Instagram Pekalonganinfo Meninggalkan Kenangan yang Ngangenin
Kalau sudah begitu buat apa kuliah jurnalistik? Buat apa belajar jurnalistik mati-matian sampai bela–belain kuliah ke luar negeri segala? Toh bermodal smartphone dan kuota, kita dengan mudah mendapatkan informasi yang nilainya nyaris setara investigasi.
Nah kalau bingung mempublikasikan karya jurnalistik kamu, kamu bisa pakai Platform Digital KOTOMONO.CO untuk mempublish dan membuat portofolio karyamu sekaligus dapat honorium.