KOTOMONO.CO – “Lebay nggak ya?”
Pertanyaan Ambar kepada temannya–Dina–saat dia diberi nomor telefon seorang marriage counselor. Pertanyaan ini jadi pembuka jalan cerita yang menarik. Yah, meskipun bukan di awal adegan, tapi cukup mewakili stereotipe yang berkembang di masyarakat. Merasa berlebihan saat mendatangi konselor pernikahan karena sebuah perdebatan.
Ambar sudah jengah dengan problem pernikahan yang dia alami. Dia tidak mengerti harus menyelesaikannya dengan cara apa karena si suami dinilai selalu menghindar saat diajak berdiskusi. Saat bercerita demikian kepada Dina dan mendapat alternatif solusi dengan mendatangi konselor pernikahan, pertanyaan itu justru yang muncul dalam pikirannya.
Sebelumnya, film ini merupakan remake dari sinetron dengan judul yang sama pada tahun 1996. Diproduksi oleh rumah produksi yang sama dengan PH sinetronnya dahulu, yaitu Rapi Film.
Noktah Merah Perkawinan menceritakan kehidupan rumah tangga Ambarwati (Marsha Timothy) dan Gilang Priambodo (Oka Antara). Setelah pertengkaran hebat keduanya karena orang tua yang turut campur tangan masalah rumah tangga, hubungan mereka merenggang. Ambar dengan sikap yang paling merasa berusaha dan Gilang yang suka menghindar.
Gilang merupakan seorang arsitek lanskap. Sementara Ambar adalah ibu rumah tangga yang membuka kelas kerajinan keramik. Salah satu murid lokakarya Ambar, Yuli (Sheila Dara Aisha) secara tidak sengaja bertemu Gilang saat mengantarkan anak Ambar dan Gilang ke rumah neneknya. Dari pertemuan tersebut akhirnya mereka menjalin kerjasama. Yuli meminta Gilang untuk mengerjakan proyek taman kekasih Yuli, Kemal (Roy Sungkono).
BACA JUGA: Drakor Fanta G Spot, Sex Education yang Jarang Disadari
Sejak pengerjaan proyek itu, Yuli dan Gilang semakin dekat. Hingga akhirnya tercium Ambar dan menjadi kayu bakar di tengah konflik yang sudah ada. Ambar semakin melimpahkan masalah rumah tangga kepada suami. Sementara Gilang sendiri makin malas menghadapi Ambar.
Saat mengikuti jalan cerita film ini, penonton akan dipaparkan bagaimana konflik rumah tangga terjadi. Gambaran ini sedikit banyak memperlihatkan bagaimana dua kepala yang keras dengan opininya masing-masing pada akhirnya akan saling menyakiti.
Konflik rumah tangga bisa jadi hanya ada di antara pihak istri dan suami. Namun pada akhirnya, titik itu bisa menyebar ke mana-mana. Anak pertama Ambar yang sudah bisa menilai keadaan akhirnya berkelahi di kelas. Selalu ada alarm pada dirinya bahwa orang tuanya sedang tidak baik-baik saja. Dia pun hanya bisa menyimpannya sendiri.
BACA JUGA: Tentang Film Pathaan: Sebuah Ulasan Mengenai Film Aksi Terbaru dari India
Pun dengan pekerjaan masing-masing yang terbengkalai. Konsentrasi keduanya pecah. Tidak fokus saat bekerja. Bahkan Ambar sampai melupakan anaknya yang perlu dijemput.
Mungkin itu sebabnya film ini diberi judul Noktah Merah Perkawinan. Titik kecil yang hampir saja membawa mereka ke meja persidangan.
Yang tidak kalah menarik dari film ini adalah peran konselor pernikahan. Kartika (Ayu Azhari) terasa sangat mewakili bagaimana konselor seharusnya. Mulai dari awal penggalian masalah, hingga sesi-sesi selanjutnya. Berkali-kali ia menekankan bahwa sejatinya keputusan yang mereka buat adalah untuk kebahagiaan bersama.
Ketika awal konsultasi, Gilang tampak enggan terbuka mengenai masalah keluarganya. Ini terkait dengan pertanyaan Ambar di awal. Mungkin Gilang merasa bahwa terlalu berlebihan mendatangi konselor dan menceritakan semuanya kepada orang asing. Akhirnya Ambar datang seorang diri tanpa mengajak Gilang.
BACA JUGA: Avatar: The Way of Water, Visual Bawah Laut yang Mengagumkan
Dengan bantuan pihak ketiga dalam hal ini Kartika, Ambar sanggup memahami masalahnya secara lebih luas. Yaitu bahwa sebenarnya masalah mereka sudah ada sejak dahulu. Komunikasi mereka tidak berjalan dengan baik dan diendapkan begitu saja sampai akhirnya meledak.
Film ini sangat layak dijadikan bahan belajar untuk kita yang sudah menikah atau belum. Secara keseluruhan, akting tokoh utamanya begitu memukau. Sinematografinya juga bisa dinikmati tanpa mengganggu. Sebagai bonus, penonton akan mendapatkan spot yang menarik dan estetik di beberapa adegannya.
Sayangnya beberapa hal tampak janggal terkait dengan jalan cerita kedua anak Gilang dan Ambar. Seperti misalnya mereka yang tidak banyak bertanya dengan keberadaan ayahnya yang banyak di luar rumah, atau saat diajak ke pengadilan. Well, bisa saja ini sengaja tidak disoroti karena sutradara hanya ingin fokus dengan konflik Ambar dan Gilang.
So far, Sabrina Rochelle sukses menyajikan film keluarga tersebut. Ingat ya, yang penting dalam sebuah hubungan adalah kebahagiaan. Coba masuk ke dalam, sudahkan relationship kamu with someone membuat kalian berdua bahagia?