KOTOMONO.CO – Ini cerita dari pengalaman kawan saya yang tertipu tabung gas kosong.
Kompor dengan bahan bakar gas memang sudah tidak bisa dipisahkan dari kebutuhan masyarakat kita ini. Dari areal padat penduduk di pusat kota hingga pinggiran desa rata-rata tiap rumah sudah memakai kompor gas untuk keperluan sehari-hari.
Maka tidak heran jika sering terjadi kelangkaan pasokan tabung gas di tingkat akar rumput, ya karena memang permintaan selalu tidak berkurang bahkan semakin naik. Mulai dari ukuran 3kg kemudian 5kg hingga 12kg, tabung gas ini banyak digunakan untuk urusan memasak kebutuhan rumah tangga hingga digunakan untuk berwirausaha.
Dengan melihat celah dari permintaan gas yang terus naik, maka tidak heran apabila ada oknum yang memanfaatkan segala cara untuk meraih keuntungan lebih dengan merugikan orang lain.
Seperti kasus yang terjadi di Depok tahun 2017 silam. Polisi Bongkar Praktik Penipuan Pengisian Tabung Gas 12 Kg yang dilakukan oleh tujuh orang pelaku. Modus yang digunakan ialah dengan mengurangi isi tabung 12 kg yang kemudian dipindahkan ke tabung 12 kg kosong untuk dijual kembali ke toko-toko atau warung.
Kemudian ada lagi kasus monopoli pembelian gas subsidi 3 kilogram untuk diisikan ke tabung-tabung volume 12 dan 40 kilogram pada 2018 silam. Dari kejahatan ini, pelaku meraup keuntungan hingga Rp 600 juta per bulan. Angka yang cukup fantastis bukan?
Baru-baru ini, saya diwaduli oleh salah seorang kawan yang tertipu dengan pembelian tabung gas 5kg yang kosong. Modusnya cukup aneh sekali, diduga dilakukan pakai cara menyumpal lubang pada tabung dengan tisue dan disegel seperti asli.
Kejadian yang dialami kawan saya ini bermula dari sebelum subuh, istrinya hendak menyalakan kompor untuk memanaskan air. Ternyata gas utama (12kg) yang biasa dipakai telah habis, otomatis diganti dengan gas cadangan (5kg) yang lebih kecil yang memang fungsinya sebagai emergency disaat gas utama habis, kedua gas tersebut dibeli 2 bulan yang lalu lewat jasa agen besar. Agen ini khusus jualan gas saja, bukan pengecer di toko kelontong.
“Awalnya nggak ngeh, pas buka segel, kok ada tissue yang seakan “disumpel” di corong gas nya. Kita nggak menaruh curiga soal itu. Setelah dipasang ternyata indikator pada regulator nggak berfungsi. Sempet berfikir regulatornya yang rusak. Kita coba congkel tisue yang menempel di corong tabung gas tersebut dan kita coba pasang regulatornya lagi, tetapi masih tidak bisa.” tutur kawan saya di aplikasi chating WhatsApp Jum’at 20/08/2021.
Atas kebingungan tersebut, si asisten mencoba memeriksa dengan mengangkat tabung gasnya. Dan ia terkaget-kaget tatkala mengetahui tabung gas nya sangat ringan.
“Kok kayak berasa kosong ya?” tanya si asisten
” iya ini enteng banget” sambut kawan saya yang mencoba gantian mengangkat tabung gas itu.
Untuk meyakinkan diri, akhirnya kawan saya telpon ke perusahaan gas tersebut, dan beruntung bisa langsung ketemu dengan owner-nya. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, kawan saya langsung menyampaikan kronologi atas peristiwa yang dialaminya itu.
“Kesimpulan dari obrolan tadi adalah owner terima kasih sudah ada pengaduan seperti ini, karena bisa untuk masukan buat perusahaan beliau. Kita sebagai konsumen juga diharap dan diminta mengawal kecurangan yang mungkin saja terjadi dengan menimbang gas-nya terlebih dulu saat diantarkan kerumah” cerita kawan saya.
Iseng-iseng kawan saya mengunggah tentang peristiwa yang barusan ia alami di dinding facebook dan story WhatsApp, yang bikin kaget lagi adalah adanya balasan dari beberapa temannya yang pernah mengalami hal serupa.
Dengan demikian, bisa jadi benar ada oknum jahat yang memainkan celah dengan modus tersebut. Dan biasanya para oknum itu menyasar pelanggan gas yang diantar ke rumah dan hanya ada mbak-mbak asisten rumah tangga yang jaga rumah.
Meski demikian, kawan saya rupanya tidak kapok untuk tetap berlangganan di agen itu dan tetap menggunakan layanan antar ke rumah. Nah, ketika petugas gasnya datang, kawan saya mencoba meyakinkan lagi dengan meminta mereka mengangkat gas yang diduga “kosongan” itu. Dan mereka mengiyakan kalau itu memang kosong.
Akan tetapi beliau tidak mungkin mendapat ganti rugi, pasalnya gas kosong yang bersegel itu hanya bisa di tukarkan asalkan ada nota pembaliannya, nah di tempat kawan saya ini nota sudah nggak ada bisa dikatakan hilang entah kemana.
“Kalian tau-lah pasti disini pihak yang paling dirugikan adalah kita “KONSUMEN” kecuali kalian cukup punya waktu untuk “RIBUT” dengan pemilik perusahaannya” ujar kawan saya.
Semoga cerita ini bisa menjadi pengetahuan kita semua sebagai masyarakat yang menjadi konsumen tabung gas, karena pelaku dan modus sesungguhnya belum terungkap dan smoga tidak ada yang “ketipu” lagi soal yang beginian.