Kotomono.co – Selamat datang di Kampung Canting. Kampung yang menjadi sentra kerajinan canting di Kota Pekalongan. Khususnya, canting cap. Di kampung ini Anda bisa membeli canting-canting bikinan para pengrajin canting kampung ini. Harganya variatif. Bergantung tingkat kerumitan motif yang dipesan, kualitas produk, dan bahan pembuatnya. Jadi, Anda bisa menyesuaikan budget yang Anda sediakan.
Anda bisa memilih pengrajin canting mana yang akan Anda datangi. Baik untuk memesan produk canting maupun diajak kerja sama. Nah, untuk urusan kerja sama Anda bisa saja melakukan tawar-menawar harga dan lain-lain dengan yang bersangkutan.
Tapi, maaf kalau Anda datang untuk menanyakan banyak informasi mengenai kerajinan canting di kampung ini, saya tidak menyarankannya. Mengapa? Karena informasi itu boleh jadi tidak akan lengkap dan tidak akan tuntas.
Sekalipun dinamai Kampung Canting, informasi mengenai asal-usul canting saya yakin tidak akan Anda temukan. Paling-paling sebatas pandangan subjektif dari para pengrajin canting itu sendiri. Itu pun belum tentu mampu menceritakan dengan terperinci.
Jangan heran pula, jika Kampung Canting yang semula dikukuhkan sebagai salah satu destinasi wisata pun tak tertata dengan cukup baik. Pemandangan yang Anda dapatkan tak lebih seperti kampung-kampung pinggiran kota lainnya. Rumah yang berdesak-desakan. Kampung-kampung padat dengan udara yang cukup membikin dada sesak.
BACA JUGA: Mereka Bilang Canting Itu Benda Seni, Tapi….
Ornamen-ornamen yang menunjukkan identitas Kampung Canting di sini juga tak terlalu tampak menonjol. Hanya ada di beberapa titik. Itu pun kurang memperlihatkan identitas yang kuat.
Ya, begitulah keadaannya. Tetapi, jangan ditanya mengapa hal itu bisa terjadi. Saya tentu tidak akan bisa menjawabnya secara tuntas. Sebab, ada banyak pihak yang memiliki kaitan dengan pengukuhan kampung Landungsari ini sebagai Kampung Canting.
Yang saya pahami, ketika mengikuti Musyawarah Rencana Pembangunan di Kelurahan Noyontaansari beberapa tahun silam, saya sempat menanyakan tentang program Kelurahan yang mendukung program Kampung Canting ini. Jawaban yang diberikan saat itu sungguh di luar dugaan. Bahwa ternyata, Kampung Canting belum menjadi bagian dari program pembangunan kelurahan. Katanya, Kampung Canting di Landungsari merupakan program yang secara vertikal langsung menginduk pada dinas terkait.
Ya ya ya… begitulah. Mendapati jawaban itu saya geregetan. Sebab, saya pikir, program sebagus ini mestinya dapat melibatkan banyak elemen masyarakat. Sehingga, dukungan terhadap Kampung Canting sebagai salah satu destinasi wisata pun bisa dijalankan secara komprehensif.
BACA JUGA: Menyongsong Kepunahan Tukang Canting dan Tukang Sungging
Saya pikir, jika memang ingin diseriusi, maka program Kampung Canting akan bisa menggerakkan masyarakat di segala bidang. Masyarakat dapat disiapkan sebagai tuan rumah yang baik dan ramah. Keterampilan komunikasi masyarakat bisa dilatih dan digunakan sebagai modal bagi usaha menjalankan misi sebagai kampung wisata. Begitu pula dalam urusan literasinya. Belum lagi dalam hal penataan kampung yang benar-benar nyaman. Bila perlu tersedia hunian bagi wisatawan yang ingin singgah di Kampung Canting dan belajar tentang seni canting. Dan masih banyak lagi….
Ah, mungkin ekspektasi saya yang terlampau kejauhan atau mungkin karena saya luput menangkap maksud dari pengukuhan Kampung Landungsari sebagai Kampung Canting. Sebab faktanya, sampai hari ini para pengrajin canting di kampung ini rata-rata adalah mereka yang sudah cukup berumur. Atau pula mereka yang tidak memiliki keberuntungan dalam mencari pekerjaan.
BACA JUGA: Minat Pekerja Batik Generasi Muda Menurun, Eksistensi Batik Pekalongan Terancam
Bahkan, mereka yang kadung menekuni bidang yang satu ini jarang yang menghendaki agar anak-cucu mereka menjadi pengrajin canting. Alasannya sederhana, upahnya tak seberapa. Tingkat kesejahteraannya juga masih rendah.
Jika demikian, akan berapa lama lagi Kampung Canting dapat bertahan hingga menjadi sekadar lembar foto kenangan yang memburam di album foto? Saya tidak tahu, bagaimana mesti menjawabnya. Kampung Canting yang dikukuhkan sejak tahun 2011 ini masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang perlu dirembuk dan dikerjakan. Semoga ada kesempatan yang lebih leluasa untuk membincangkan masalah ini di kemudian hari.