KOTOMONO.CO – Sebelum mulai, pertama-tama saya akan memberikan disclaimer terlebih dahulu. Saya adalah warga Kota Pekalongan tulen. Ya buat jaga-jaga saja, siapa tahu ada yang mengira kalau saya bukan orang Pekalongan dan nggak pantas berkomentar. Pun saya ingin katakan ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan kecintaan saya pada Kota Batik.
Baiklah mari kita mulai.
Begini, saya cukup dikejutkan oleh informasi mengenai banjir yang ada di Jenggot, Kota Pekalongan yang airnya berwarna merah sirup Marjan rasa Coco Pandan. Banjirnya sih biasa saja, tapi warna airnya itu yang cukup bikin terkejut. Saya bilang cukup, karena bagi saya itu nggak mengejutkan-mengejutkan amat, alias biasa saja.
Saya terkejut pasalnya cuma ikut-ikutan saja. Biar menyesuaikan warga Pekalongan yang kalau ada apa-apa yang unik dan aneh langsung ramai. Kabar itu pun kemudian viral dan tak disangka menghiasi timeline Twitter.
Jagat Twitter heboh sebab akun base-nya orang-orang julid, @AREAJULID mengunggah foto banjir berwarna merah. Sontak saja Kota Pekalongan mencuri perhatian ormas Twitter. Dan sampai saya menulis ini masih pula ramai dibicarakan.
Apalagi sejak media nasional, entah media online atau televisi ikut meliput fenomena yang dianggap tidak biasa ini. Bahkan kontak WhatsApp saya yang sudah tersebar di komplotan penulis Terminal Mojok pun, ikut diserang buzzer, eh bukan, tapi wartawan. Tentu saja menanyakan fenomena mahadahsyat itu.
Usut punya usut, banjir tersebut berwarna merah karena ketumpahan obat batik. Saya memperoleh informasi bahwa ada orang—kita sebut saja juragan—bawa obat batik. Eh, nggak tahunya Kata pak lurah Jenggot, ada perilaku iseng dari warga yang sengaja mencecerkan obat batik sisa atau yang sudah terpakai, terus obat batik tersebut tumpah dan hanyut. Jadilah air yang menggenang karena hujan lebat berwarna merah. Nah lho, unsur kesengajaan ? untung saja saat ini sedang diselidiki oleh polisi untuk mengungkap siapa pelakunya. Jangan kasih ampun pak !
BACA JUGA : Betapa Dongkolnya Saya Ketika Lewat Jalan Mas Mansyur dan Gatot Subroto
Jujur, jauh sebelum informasi itu, saya sudah menduga warna merah sirup Marjan disebabkan oleh obat batik. Tapi saya nggak mau ngomong dulu, takut dikira cenayang kayak Mbak You. Entar kalau salah dikasuskan lagi, dan saya mungkin bakal lulus sebelum waktunya dong. Ha modyar!
Kalau anda berpikiran bahwa saya sok-sokan menduga biar kelihatan keren, karena penyebabnya sudah jelas, ya silakan saja. Tapi setidaknya, saya sanggup sodorkan alasan kenapa menduga demikian. Maka dari itu, banjir yang airnya berwarna merah biasa saja.

Orang-orang saja yang kelewat lebay menanggapi fenomena itu. Lha ya gimana ya, banjir yang warna-warni itu hal lumrah di Pekalongan. Bisa dibilang, fenomena tersebut wajib ada tatkala musim penghujan tiba. Sebelumnya, Kota Batik pernah kok banjir warna hijau. Kebetulan saja yang viral kali ini berwarna merah.
Kalau banjir yang hijau itu penyebabnya tanaman mata lele. Lha kalau yang ini, penyebabnya obat batik. Ha yo jelas obat batik, mana ada mata lele warnanya merah, kecuali dicat.
BACA JUGA : Silverman, PGOT Jadi Aset Wisata, Boleh Nggak?
Letaknya di pusat industri batik, wajar saja kalau misalkan banjir di sana warnanya lain daripada yang lain. Justru saya berpikir kalau nanti belum surut, jangan-jangan warnanya akan berubah lagi. Ya bakal mirip-mirip sama Telaga Warna di Dieng. Menurut warga setempat, sering kali saat produksi batik berjalan dan hujan turun, begitu air banjir meluap ya sudah biasa kalau berwarna-warni, kadang merah, kuning dan hijau.
Menanggapi fenomena itu sebetulnya nggak perlu lebay. Sampai seolah-olah nggak pernah terjadi. Biarkan saja akun-akun yang bukan asli Pekalongan memviralkan itu. Yhaaa.. siapa tahu, bakal dilongok Pak Jokowi atau Pak Ganjar. Soalnya jika yang ninjau itu pihak Pemkot, sama aja bohong. Paling-paling sekadar ngasih pernyataan mengenai penyebab banjir berwarna merah. Udah.
Padahal di balik itu ada masalah genting yang masih kusut. Namun karena terlanjur viral ya moga-moga saja di-notice. Lha yo pie maneh, cuma jalan viral yang sanggup mengantarkan problem sungguhan ke para pemimpin. Itu pun masih pula tertutup oleh isu picisan berupa banjir berwarna merah, yang lagi-lagi jadi topik utama headline pemberitaan.
Coba lho roda pikirannya diputar lagi. Obat batik yang konon nggak seberapa itu saja kalau tercecer bikin banjir sekampung berwarna. Apalagi kalau yang sengaja dibuang ke sungai. Saya acap kali melihat sungai-sungai di Kota Batik ini malih warna. Kadang hitam, lain waktu biru kehitaman, lain hari berwarna cokelat.
Memang kalau air sungai yang berwarna-warni itu nggak menganggu pemukiman. Sehingga tak sampai ada orang yang memfoto lantas diviralkan ke dunia maya. Ha ya buat apa juga ke sana untuk memfoto sungai.
BACA JUGA : Menyambut Baik Posko KPKL di Bantaran Kali Lodji
Lha ya, daripada ke sungai sendiri buat foto dan lihat kondisi, mending ke sana kalau ada event-event tertentu saja. Semisal manakala ada aksi bersih-bersih sungai sampai nyemplung segala. Nah mungkin itu sudah cukup.
Toh jika sungainya yang berwarna-warni sama sekali nggak mengganggu mobilitas warga, sehingga nggak digubris pihak terkait. Kalau banjir kan jelas-jelas menganggu langsung direspon DLH dan Bapak Polisi setempat, dan paling layak untuk diviralkan. Momentumnya juga pas musim penghujan.
Namun karena saya mencintai Kota Pekalongan beserta sungai-sungainya. Meskipun jarang pula ikut aksi bersih sungai sampai nyemplung kali. Saya rasa, saya perlu ngoceh untuk hal ini.
Fenomena banjir yang berwarna merah semacam lonceng tanda bahaya. Bahwa jika obat batik itu bersenggama dengan air maka efeknya sudah kelihatan. Tanpa perlu diterangkan soal bahan kimia, orang awam seperti saya sudah tahu.
Oh, begitu rupanya bahaya obat batik. Masih tercecer saja bikin kulit gatal-gatal, bagaimana kalau sengaja? Anda boleh-boleh saja nggak peduli sama ikan-ikan yang hidup di sungai, atau tumbuhan yang terkena air berwarna obat batik, tapi masa anda juga nggak peduli sama kulit anda?
BACA JUGA : Dinsos P2KB Kota Pekalongan Tanggapi Postingan “Kapok ke Dinsos”
Bila sungai tetap dibiarkan berubah warna, yang salah satu penyebabnya obat batik yang terbuang, itu sangat riskan. Jangan dikira kita akan aman-aman saja kalau yang berwarna karena obat batik itu sungai. Tidak begitu kisanak.
Justru kita mesti was-was. Kalau-kalau air sungai yang telah berwarna-warni itu sampai meluap. Bukankah banjir yang berwarna tadi bikin gatal-gatal? Apa kita mau garuk-garuk terus kayak monyet? Tengok saja di Banyurip Ageng, tiap kali hujan turun, air di saluran got akan meluap yang menjadikan genangan air tersebut berwarna-warni. Dan yang bikin ngenes itu apa, nggak ada yang peduli!!
BACA JUGA artikel Muhammad Arsyad lainnya.