“Berapa nominal yang harus dimiliki calon suamimu sebelum kamu yakin untuk menikah dengannya.”
“Realistis saja, minimal 1 Milyar.”
Kotomono.co – Pada siang yang panas percakapan tersebut mendadak muncul di FYP media sosial saya, seorang perempuan di wawancara oleh pemilik akun dan mengutarakan pendapat pribadinya.
Jujur saja, pada awalnya hal tersebut tampak biasa saja bagi saya sebab setiap orang memang memiliki preverensi masing-masing soal pasangan, terlebih pada kelanjutkan video tersebut si perempuan yang diwawancara juga sudah menyatakan bahwa dia sebenarnya bisa mencari uang tersebut sendiri, menegaskan bahwa dirinya mampu atau malah sudah mencapai level tersebut. Pun dia juga terlihat seperti kalangan kelas atas, yang saya yakin nggak akan bisa dijangkau oleh manusia-manusia bergaji di bawah UMR seperti saya. Jelas, berbeda kelas.
Tapi saya juga berpikiran terbuka bahwa tidak semua orang hidupnya semengerikan kehidupan saya. Di luar lingkaran lingkungan miskin pasti ada lingkungan di mana masyarakat menganggap uang yang segitu banyak biasa saja. Pun di dunia ini memang banyak meskipun presentasenya tentu lebih kecil, orang-orang dengan gaji ratusan bahkan milyaran rupiah sebulan.
Namun, saya seketika dibuat terkejut dengan tulisan yang ada di kolom komentar video tersebut. Bagaimana tidak, di sana sangat banyak hinaan yang bukannya berfokus pada argumen tetap justru mengolok-olok fisik orang dalam video.
Perempuan gemuk selama ini memang sering mendapatkan diskriminasi terlebih karena dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan manusia Indonesia. Yang mana cantik harus kurus, putih dan tinggi semampai. Perempuan-perempuan yang berada di luar hal tersebut akan dicap jelek dan tidak bisa memuaskan mata laki-laki, sayangnya komentar buruk semacam ini tidak hanya ada di kepala laki-laki saja tetapi juga perempuan.
BACA JUGA: Kenalan Dengan SOGIESC Biar Tahu Pro dan Kontranya
Banyak perempuan selama ini percaya dan dibuat percaya bahwa untuk menjadi idaman mereka harus terlihat cantik secara fisik (sesuai keinginan pria) dan bahkan bagi perempuan-perempuan yang sudah punya pencapaian dalam hal pendidikan dan karier seringkali dianggap gagal hanya karena mereka dianggap tidak cantik. Singkatnya, adalah kegagalan bila perempuan tidak bisa menjadi cantik, menikahi pria yang menginginkannya dan melahirkan anak-anak. Perempuan selalu dituntut menjadi sempurna, tanpa cela dan memuaskan napsu laki-laki.
Yang menjadi fokus saya kemudian di sana adalah bagaimana pria yang berkomentar menyatakan bahwa ‘laki-laki ditentukan oleh harta mereka sementara perempuan ditentukan oleh kecantikannya’.
Saya akui memang pada masyarakat kita seringkali ada anggapan semacam ini, sehingga kebanyakan laki-laki menjadi lebih sensitif terhadap pembahasan ekonomi. Saya yakin kebanyakan dari mereka yang berkomentar sajahat pada postingan tersebut sebenarnya adalah orang-orang yang belum memiliki tabungan sejumlah yang dinyatakan oleh orang dalam video. Malah ada beberapa pria yang berkomentar bahwa jika mereka memiliki uang satu milyar rupiah akan menikahi banyak perempuan sekaligus yang tubuhnya seksi bak gitar spanyol. Ini tentu menjadi sangat ironis. Menyedihkan.
BACA JUGA: 5 Hal yang Mesti Kudu Dimengerti Sebelum Menikah Dengannya
Padahal, kembali lagi pada awal tulisan ini bahwasanya tingkat ekonomi seseorang bagaimanapun juga menentukan bagaimana cara mereka berpikir. Kurangnya tingkat ekonomi bagi masyarakat miskin menyebabkaan mereka kesulitan bahkan tidak mampu mengakses pendidikan yang cukup. Banyak orang dari kalangan ekonomi menengah ke bawah seringkali melepaskan anak perempuannya supaya tidak perlu lagi memberi makan, menghemat pengeluaran dengan iming-iming kehidupan sempurna di masa depan. Yang padahal salah satu faktor terbesar perceraian di Indonesia adalah faktor ekonomi.
Perempuan yang Sukses Dianggap Ancaman
Sayangnya, banyak sekali pria yang masih berpendapat bahwa semakin kaya seorang perempuan maka dia adalah pembangkang. Sehingga, banyak pria tidak terima ketika banyak perempuan yang lebih sukses daripada dirinya terutama dalam karier dan ekonomi, apalagi saat perempuan tersebut menyatakan bahwa mereka memiliki kriteria tertentu yang justru dianggap melukai perasaan lelaki.
Saya seringkali mendapati pasangan-pasangan yang unik dengan berbagai pandangan dari masyarakat tentang hubungan mereka yang kemudian mengantarkan saya pada pernyataan ini: ‘Kebanyakan orang menganggap wajar bagi pria manapun meminta pasangan dengan berbagai kriteria tapi perempuan yang dianggap tidak memenuhi kriteria pria (bahkan yang memenuhi sekalipun) tidak berhak memiliki kriteria pasangan idaman. Perempuan harus menerima pria manapun yang menginginkan mereka, menerima semua kekurangan si pria bagaimanapun itu melukai perempuan tersebut.
Padahal, bukankah setiap manusia baik pria maupun perempuan adalah sama? Bukankah kita berhak menyampaikan pendapat? Toh, itu pendapat untuk pribadi dan tidak ada pernyataan dari orang dalam video bahwa ‘hanya orang kaya yang sudah punya 1 M‘ yang boleh menikah?
Sebab, pernikahan bukan hanya soal harta tetapi juga pemahaman, pola pikir, komitmen dan tujuan hidup yang harus dipegang sepanjang waktu jika memang telah diambil. Pertimbangkan dengan siapa kalian menikah. Dan, bagi para perempuan dalam sebuah pernikahan kalian tak hanya memikirkan diri kalian sendiri tetapi juga calon anak-anak kalian. Jangan sampai anak-anak yang lahir dalam pernikahan justru dicederai oleh orang tuanya sendiri.