KOTOMONO.CO – Kopi Owa telah ada ratusan tahun yang lalu sejak zaman Belanda ketika Belanda masih berkuasa di negeri ini. Sejarah kopi Owa diawali dengan pembukaan lahan perkebunan kopi oleh orang Belanda di daerah Sokokembang, Petungkriyono saat itu.
Perkebunan kopi saat itu berkembang pesat, namun suatu hal perkebunan kopi kemudian ditinggalkan pemiliknya begitu saja .
Perkebunan kopi milik orang Belanda tersebut dibiarkan begitu saja tanpa perawatan membuat tumbuhan liar flora dan fauna tumbuh dikawasan ini hingga membentang 6000 hektar .
Hutan seluas 6000 hektar yang semula perkebunan kopi ini dikenal dengan nama hutan lindung Sokokembang.
Baca juga : 7 Wisata Alam Petungkriyono Hits 2020
Hutan Sokokembang merupakan hutan tropis yang berada di daerah dataran tinggi Dieng 900-1600 meter dari permukaan laut.
Menjelajah kawasan hutan lindung Sokokembang yang berada Dusun Sokokembang ,Kecamatan Petungkriyono akan menjumpai sejumlah flora dan fauna yang dilindungi .Lebih dari 250 species berhabitat di hutan ini seperti macan, elang Jawa, lutung, Owa Jawa masih terjaga kelestariannya
Kawasan hutan Sokokembang menjadi rumah bagi puluhan kera Owa Jawa atau sekitar 50 keluarga .Setiap keluarga owa terdiri 3-5 ekor hidup dikawasan hutan Sokokembang selama ratusan tahun
Jelajah hutan lindung Sokokembang akan menjumpai pemandangan yang berbeda.Berkunjung ke hutan lindung Sokokembang selain dijumpai aneka flora dan fauna yang dilindungi Kamu juga akan menjumpai kopi Owa Jawa .
Kopi Owa Jawa sebutan bagi kopi hutan yang tumbuh subur di kawasan hutan Sokokembang. Kopi hutan liar yang ada di kawasan hutan Sokokembang tumbuh diantara tanaman anggrek hutan sehingga sulit dikenali saat itu .
Perkebunan kopi peninggalan Belanda masih bisa dijumpai di kawasan hutan lindung Sokokembang. Melihat banyaknya tumbuhan kopi hutan liar tumbuh di kawasan hutan Petungkriyono tidak terurus. Tasuri warga Dusun Sokokembang , seorang aktivis dan pengelola hutan lindung di Petungkriyono tergerak hatinya untuk mengelola kopi hutan .
Baca juga : Pesona Petungkriyono, Surga Alam Kabupaten Pekalongan
Tasuri mengelola kopi hutan tujuannya untuk melindungi hutan Sokokembang .Saat itu sedang populer destinasi wisata kopi di kalangan kaum urban .
Tingginya minat terhadap produk kopi Petungkriyono membuat warga setempa banyak membuka lahan perkebunan rakyat .Sejak Itulah Tasuri berminat mengelola kopi hutan untuk menyelamatkan hutan dan satwa Sokokembang lewat kopi .
Dari hasil kreatifitas Tasuri inilah hingga muncul kopi Owa Jawa.Nama Kopi Owa Jawa diambil dari nama kera Owa Jawa yang sampai sekarang masih hidup di kawasan hutan lindung Sokokembang .
Keberadaan kera Owa Jawa yang terancam punah membuat inspirasi Tasuri untuk menyelamatkan satwa Owa Jawa dan hutan dalam bentuk melalui kopi demi kelestarian Owa Jawa .
Nama kopi Owa Jawa tidak hubungannya langsung dengan kera Owa Jawa .Disebut kopi Owa Jawa ,karena terinspirasi oleh keberadaan Owa Jawa di hutan lindung Sokokembang dan sebagai bentuk dukungan pelestarian primata Owa Jawa di Jawa Tengah
Kopi Owa Jawa tumbuh liar yang diolah secara tradisional tanpa pupuk maupun pestida.Citarasa kopi Owa Jawa yang khas terletak pada pengolahannya secara alami.Saat tanaman kopi Owa Jawa tumbuh di tengah hutan petani datang menyiangi tumbuhan liar yang ada di sekitar tanaman kopi.
Tanaman kopi yang tumbuh di tengah hutan Sokokembang dibersihkan dari tanaman liar agar tanaman kopi terpapar matahari dan sisanya dibiarkan secara alami .Cara budidaya tanaman kopi yang seperti inilah menjadi kunci rahasia kelezatan kopi Owa Jawa.
Awalnya proses produksi kopi tidak diproduksi dalam bentuk bubuk siap saji,tetapi dijual dalam bentuk biji kopi per kilo ke pasar Doro .Kini kopi Sokokembang tetap masih dijual dalam bentuk biji kopi merah

Walau demikian kopi hutan Sokokembang menjadi komoditas kopi premium yang dijual tidak secara massal .Area distribusi kopi hutan Sokokembang hanya sekitar Petungkriyono untuk menjamin kualitas dan menjadi magnet pariwisata khas daerah.
Kopi Owa Jawa kini diproduksi secara terbatas dengan membatasi pembukaan lahan perkebunan kopi baru bagi masyarakat setempat dan swasta .Hal ini dilakukan agar tanaman kopi yang tumbuh di hutan lindung Sokokembang tetap terjaga kualitas dan kelestariannya.
Kopi Owa Jawa kini mulai berkembang dan dikelola oleh kelompok konservasi SwaraOwa.
Kopi Owa Jawa kini terus dilestarikan oleh masyarakat setempat ,bahkan tanaman kopi Owa Jawa tumbuh tersebar dibeberapa Dusun seperti Tlogohendro,Tlogopakis ,Yosorejo dan Kasimpar.
Walau kopi Owa Jawa tersebar di sejumlah wilayah di Petungkriyono .namun kopi Owa Jawa mendominasi di wilayah Sokokembang berjenis kopi robusta.
Kopi hutan Sokokembang panen setiap tahun pada bulan Mei-Juni .Sekali panen kopi hutan Sokokembang bisa mencapai 25 kuital dari beberapa jenis kopi seperti kopi arabika, robusta, liberica dan excelsa.
Produksi kopi hutan Sokokembang terbatas yang dijual hanya kemasan 100 gram dengan merk kopi Owa .Harganya terjangkau kopi arabika 100 gram /20.000 ribu dan kopi robusta 100 gram /15.000 ribu.
Baca juga : Asal-usul Nama Petungkriyono dan Peninggalan yang ada
Kopi Owa produksi Sokokembang memiliki cirikhas yaitu kopi hutan Sokokembang merk Owa lebih padat dari kopi hasil perkebunan .Kopi Owa menebar aroma lebih kuat ,karena Kopi Owa menggunakan biji kopi merah terbaik dan berkualitas.
Rasa khas kopi Owa Jawa yang unik yaitu rasa gula aren ini dapat dinikmati ketika berkunjung ke Desa Sokokembang ,Petungkriyono. Nikmat rasanya minum kopi Owa Jawa sambil menjelajah hutan Sokokembang ditemani nyanyian Owa Jawa. (Klik untuk Beli Kopi Aseli Petungkriyono)