KOTOMONO.CO – Kata Tituler tiba-tiba menjadi populer. Tak lain dan tak bukan penyebabnya adalah karena pengangkatan Deddy Corbuzier, yang sebelumnya tak ada background maupun memiliki rekam jejak yang berkaitan dengan dunia militer sama sekali, diangkat menjadi Letkol Tituler TNI AD.
Saya tidak akan membahas tentang apa itu gelar ‘Tituler’ dan apa saja tugasnya, karena definisi-definisi tentang itu banyak bertebaran di internet, silahkan cari sendiri. Disini saya lebih ingin mengungkapkan pendapat saya tentang alasan Menhan, Bapak Prabowo Subianto melakukan pemberian gelar ini kepada Deddy Corbuzier yang dulunya adalah seorang pesulap dan pemandu acara TV di tanah air ini.
Kita semua sudah paham, Deddy Corbuzer merupakan sosok publik figur yang terkenal. Di era sekarang ini, setiap publik figur hampir bisa dipastikan memiliki akun media sosial (medsos). Bahkan tidak hanya publik figur, urusan kepemilikan akun media sosial sudah hampir pasti juga dimiliki oleh semua kalangan. Tua, muda, miskin, kaya dan lain sebagainya pasti memiliki yang namanya akun media sosial.
BACA JUGA: Politik “Pangkon” Ala Mas Walikota Aaf
Tetapi yang membedakan antara publik figur dan kalangan lainnya dalam hal kepemilikan akun media sosial adalah jumlah pengikut yang biasa disebut follower. Dan yang saya tahu Deddy Corbuzier adalah salah satu sosok yang memiliki jumlah follower yang sangat banyak sekali. Jumlah subscriber pada akun youtube-nya saja mencapai sembilan belas juta. Itu merupakan jumlah yang sangat fantastis sekali. Belum lagi follower pada akun IG, FB, Twitter dan lain sebagainya. Hampir bisa dipastikan ada pada angka jutaan.
Terus, apa urusannya antara pengangkatan Deddy Corbuzier menjadi Letkol Tituler dengan jumlah follower pada akun-akun medsos yang dimilikinya?
Jadi begini
Hadirnya media sosial mengubah banyak hal dalam pola kehidupan kita. Salah satunya adalah pola urusan perpolitikan, dan itu tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh negara-negara yang ada di dunia ini. Medsos jadi sebuah sarana yang sangat mudah dan efisien dalam menunjang distribusi promosi setiap orang yang akan turut serta dalam kontestasi perpolitikan.
Seperti yang sudah saya sebutkan di atas tadi, bahwa pihak yang mengangkat Dedy Corbuzier adalah Pak Prabowo, dan sekarang ini Pak Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahanan yang biasa disingkat Menhan. Dan beliau merupakan salah satu dari beberapa politikus-politikus lainnya yang diyakini akan maju untuk turut serta dalam persaingan pilpres yang akan diadakan pada tahun 2024 nanti yang kian mendekat.
BACA JUGA: Soal Kode Jokowi, Saya Juga Banyak Uban dan Dahi Berkerut lho Pak
Maka mereka harus segera menyiapkan strategi-strategi yang jitu untuk bisa menjadi calon kuat, salah satunya adalah dengan mengangkat tim sukses yang memiliki pengaruh terhadap banyak massa. Entah itu massa dari dunia nyata maupun massa dari dunia maya.
Dan sosok Deddy Corbuzier adalah sosok yang sangat ideal untuk ditunjuk sebagai tim sukses oleh siapa saja yang akan mengikuti kompetisi politik ini. Karena massa yang dimilikinya di dunia maya sangat banyak sekali, walaupun isi dari follower Deddy Corbuzier ataupun follower siapa saja yang aktif bermedsos tidak selalu benar-benar follower, banyak juga hatter yang ikut nimbrung di sana, tetapi hal itu tetap akan menjadi sebuah hal yang bagus untuk mendistribusikan informasi-informasi citra baik untuk sang politikus yang diusung.
Saya tahu bahwa ketika seseorang diangkat atau diberi gelar Tituler, maka dia tidak boleh ikut-ikutan berpolitik, terlebih lagi berpolitik secara aktif. Dan tugasnya Deddy Corbuzier ini setelah diangkat sebagai Letkol Tituler adalah harus mempromosikan atau memberikan edukasi-edukasi yang baik terhadap masyarakat terkait dunia militer yang ada di Indonesia.
BACA JUGA: KPK Benar, Kepala Daerah Memang Harus Ditunjuk Pemerintah
Tetapi justru di sinilah saya lihat strategi Pak Prabowo untuk urusan politik sedang dijalankan. Dengan memberikan informasi-informasi dunia militer kepada masyarakat, itu artinya Deddy Corbuzier juga secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan informasi-informasi kepada masyarakat tentang citra baik yang dimiliki oleh Pak Menhan tersebut, meskipun hal-hal yang menyerempet pada isu politiknya akan di kesampingkan terlebih dahulu karena masalah kode etik, tetapi meski promosi citra baik untuk Pak Prabowo tanpa unsur politik, tetapsaja akan menjadi sebuah jejak yang tertanam pada masyarakat, dan itu adalah merupakan sebuah awal yang baik untuk memulai kampanye tanpa label partai.
Dan ingat, gelar ataupun pangkat Tituler ini adalah gelar kehormatan yang diberikan kapan saja dan juga bisa dicabut kapan saja. Gelar tersebut bisa dicabut berbarengan dengan mundurnya Pak Prabowo sebagai Menhan karena setiap individu yang akan bersaing memperebutkan sebuah jabatan politik harus mundur terlebih dahulu dari posisinya sebagai abdi negara.
Setelah gelar maupun jabatan tersebut sudah tidak lagi mengikat, maka mereka akan melanjutkan strategi politik mereka dengan membawa bekal dari apa yang sudah mereka jalankan ketika masih menjadi pejabat maupun abdi negara tersebut. Dengan catatan tidak ada perubahan dalam transaksi negosiasi perjanjian politik yang sudah mereka sepakati. Begitu.