KOTOMONO.CO – Setidaknya, 2 miliar celana jins diproduksi setiap tahunnya di seluruh dunia. Mungkin salah satunya adalah di Indonesia, dan penyuplainya tentu saja Kabupaten Pekalongan. Saya bilang begitu karena katanya sih,, di kota besar macam Bandung dan Jakarta, produk jinsnya berasal dari Kota Santri. Fakta tersebut jarang ada orang yang tahu, karena memang belum dipublikasikan.
Saking masyhurnya produksi jins di Kabupaten Pekalongan, Pemkab pun menginisiasi untuk membuat pantung jins. Hal itu mungkin agar semua orang tahu kalau Kabupaten Pekalongan adalah pusat produksi jins.
“Saya sedang membuat rancangan bersama Tim Pemerintah Kabupaten Pekalongan untuk membuat patung jins. Untuk lokasi nanti kita tentukan yang strategis seperti di Tugu Nol atau tempat lain. Selain itu kita juga sedang membuat rest area di Jalan Tol, dan disitu akan kita sediakan dan promosikan jins serta produk batik lokal, ” ujar Bupati Pekalongan Fadia Arafiq, Selasa (10/08/2021).
Selain bikin patung jins, Bupati Pekalongan juga menetapkan peraturan baru bagi para PNS atau ASN di Kota Santri. Bupati mewajibkan para pekerja pemerintahan untuk memakai jins saban Jumat. Jadi kalau di tempat lain ada Jumat Berkah, di Kota Santri ada Jumat Metal.
“PNS mulai diwajibkan sejak saya mejabat sehingga mampu mendongkrak potensi lokal. Ya sekaligus agar pengusaha Jins se-Kabupaten Pekalongan bisa hidup di tengah pandemi, sebab ekonominya sekarang sudah cukup mengkhawatirkan. Itu bisa dilihat pasar ekonomi dari daerah hingga pusat sudah lemah, mudah-mudahan dengan mewajibkan para PNS ini untuk memakai celana jins maka penjualan potensi lokal dapat ditingkatkan, “terang Bu Fadia.
BACA JUGA: Tugas Berat Bupati dan Wakil Bupati Pekalongan yang Baru
Sebagai warga kabupaten, saya amat terkesan dengan terobosan yang belio lakukan. Bagaimana tidak, hampir tiap desa yang saya singgahi selalu ada penjahit, di antara mereka pasti ada yang menjahit produk jins termasuk celananya. Nah, mungkin mereka-mereka ini yang ingin diselamatkan Bu Fadia agar mata pencaharian mereka terus ada bahkan semakin meningkat. Kalau yang jahit saja makin sejahtera apalagi para bosnya.
Tapi Bu Fadia kayaknya harus baca-baca berita lagi deh, atau tanya ke Pak Asip. Bahwa industri jins di Kabupaten Pekalongan mempunyai catatan hitam, lho. Industri jeans wash atau pencucian jins pernah memberikan sumbangsih besar pada permasalahan limbah di Kota Santri. Bu Fadia nggak tahu ya?
Gini, Bu. November 2019, tentu saja sebelum sampeyan ngosak-ngasik nyalon bupati, ratusan warga dari Pegaden Tengah, Kecamatan Wonopringgo menggelar unjuk rasa di kantor Bupati Pekalongan. Mereka memprotes pembuangan limbah jeans wash ke sungai desa mereka setiap hari dan sudah berjalan selama belasan tahun. Asip Kholbihi, Bupati Pekalongan kala itu sampai terpaksa menutup sementara usaha ini lantaran protes yang luar biasa dari warga setempat.
Tentu saja saya memaklumi kalau Bu Fadia nggak tahu menahu soal itu. Apalagi buat menyiapkan diri buat nyalon bupati kan butuh tenaga ekstra, ya kan, Bu? Mungkin waktu itu sampeyan lagi cari-cari dana buat nyalon. Ah, nggak usah sok malu gitu. Siapapun yang mau menjabat pasti mafhumlah.
BACA JUGA: Menghitung Biaya Tes Swab Massal yang Dikeluarkan Pemkot Pekalongan Selama PPKM
Well, mungkin setelah tahu catatan buruk itu, sampeyan bakal bingung, “Terus saya harus apa?” Begitu bukan? Nah tentang, saya punya solusinya. Pemkab selain kampanye pemakaian jins buat ASN, alangkah baiknya juga diiringi dengan kampanye jins ramah lingkungan.
Lho, apa itu jins ramah lingkungan? Koyo opo bentuke? Ha yo mbuh, kan bukan saya bikin kebijakan. Silakan Bu Fadia berembug dengan orang-orang kepercayaan sampeyan. Bayangkan saja, kalau Kabupaten Pekalongan menghasilkan produk jins ramah lingkungan, betapa baiknya citra pemkab Kabupaten Pekalongan.
Jika Pemkab Pekalongan merasa kurang mampu mewujudkan jins ramah lingkungan, bisa belajar dari hal lain. Sekarang ini kan lagi ngetren serba ramah lingkungan, nah Bu Fadia bisa belajar dari benda-benda lain yang lebih dulu ramah lingkungan. Misalnya, kendaraan, rumah, dan gedung-gedung. Duhh betapa majunya kabupaten ini, ekonominya OKE, lingkungan juga SAKPORE.
Seandainya Pemkab Pekalongan belum sanggup naik level ke jins ramah lingkungan, saya rasa pemkab harus memerhatikan problem limbah produksi jins ini. Iya memang sih sekarang belum kelihatan dampaknya, tapi limbah jeans wash ini dampaknya bisa jangka panjang, lho.
Sama halnya dengan industri Batik dan Tekstil lainnya. Ada banyak bahan kimia yang dilibatkan untuk menghasilkan kain denim sebagai bahan untuk membuat jeans. Mulai dari pestisida, pewarna, hingga bahan kimia untuk proses finishingnya. Bahan kimia tersebut akan menjadi limbah pabrik dan dibuang ke saluran air yang pada akhirnya akan membuat sungai dan laut tercemar.
FYI aja, 70 persen perairan di Asia tercemar karena 2,5 miliar galon limbah tersebut, dan salah satu perairan yang tercemar paling parah adalah Pearl River di China sana. Air di sungai tersebut berubah warna menjadi biru karena bahan kimia yang digunakan untuk denim. Nggak usah jauh-jauh deh, kota sebelah ya sudah parah pencemaran sungainya.

Nah, pripun Bu Fadia? siap jika Sungai Sengkarang berubah warna dan masuk kanal berita internasional? Atau Pemkab Pekalongan mau meniru prestasi tetangganya yang memiliki tagline “Batikku Terkenal Sungaiku Tercemar”? Semoga saja tidak. Ah, tapi saya ingat Bu Fadia dan Pak Riswud ini kan punya motto “Ora Njanjeni, Ora Ngapusi”. Duh~