KOTOMONO.CO – Keluarga merupakan lembaga inti dari pendidikan. Karenanya, fungsi keluarga menjadi sangat kompleks dan penting. Tidak hanya bagi anak-anak, melainkan pula bagi seluruh anggota keluarga. Penting sekali untuk belajar parenting yang baik.
Tentu, pendidikan dimaksud tidak sama pengertiannya dengan pendidikan formal yang terlembaga menjadi sekolah, madrasah, ataupun perguruan tinggi. Akan tetapi, pendidikan yang diselenggarakan di dalam keluarga lebih ditekankan pada pola pengasuhan dan interaksi antar anggota keluarga. Melalui dua hal ini, setiap pribadi di dalam keluarga—terutama anak-anak—akan dibentuk karakternya.
Untuk alasan itu, peran orang tua menjadi sangat penting. Kebiasaan orang tua, baik ayah maupun ibu, mau tidak mau, disadari atau tidak, akan memengaruhi kebiasaan anak dan membangun kepribadian anak. Dengan begitu, pengasuhan anak, pada hakikatnya menjadi tugas bersama antara ayah dan ibu.
Mengasuh Anak Tidak Melulu Tugas Seorang ibu
Setiap orang di dalam keluarga memiliki peran dan tugas yang sama penting. Sebagaimana dimafhumi oleh awam, seorang ayah memiliki kewajiban untuk menjamin kesejahteraan ekonomi keluarga. Peran ayah, dalam hal ini, kemudian ditafsirkan sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk menafkahi keluarga. Ia akan dituntut untuk bekerja di luar rumah.
Sementara seorang ibu, seperti dalam pandangan tradisional, cenderung akan ditempatkan pada urusan-urusan domestik. Mengurus rumah dan anak-anak. Kalaupun masih bisa menjalankan pekerjaan lain, sifatnya sekadar memberi dukungan terhadap upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.
Memang, tidak ada yang salah dengan pandangan tersebut. Akan tetapi, peran itu akan jauh menjadi lebih sempurna jika kedua orang tua menyadari pentingnya peran mereka di dalam pengasuhan anak. Sebab, pengasuhan anak tidak bisa begitu saja disamakan dengan urusan-urusan lain yang sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Pengasuhan anak adalah urusan yang khusus. Membutuhkan perhatian yang lebih dari kedua orang tua, tidak hanya ibu.
BACA JUGA: 5 Tips Membuat Anak Gemar Membaca Sejak Dini
Pekerjaan-pekerjaan rutin yang dilakukan orang tua, pada hakikatnya merupakan sebuah upaya pemenuhan sarana-prasarana. Ayah bekerja mencari nafkah untuk memenuhi fasilitas yang dibutuhkan keluarga di dalam mendukung perkembangan anak-anak. Ibu mengurus rumah dan anak-anak untuk menjamin kenyamanan di dalam usaha pengasuhan dan parenting anak.
Dengan begitu, kedua orang tua memiliki tugas yang sama terhadap anak-anak mereka. Yaitu, memberikan pola pengasuhan yang sebaik-baiknya kepada anak. Pertumbuhan dan perkembangan psikologi anak, utamanya dalam membangun karakter anak, sangat dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan dari kedua orang tua, baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
Sayang, dalam banyak kasus, masih kerap dijumpai ketimpangan. Pengasuhan anak kerap disatupaketkan dengan urusan domestik rumah tangga. Sehingga, beban pengasuhan anak cenderung dilimpahkan hanya kepada ibu.
Akibatnya, kehadiran seorang ayah di tengah-tengah masa pertumbuhan dan perkembangan anak sangat mungkin menjadi alpa. Atau, sekadar hadir secara fisik tanpa interaksi yang intensif. Keadaan ini, secara emosional, akan memengaruhi pula kejiwaan anak. Pengetahuan anak menjadi kurang lengkap, sehingga karakter yang terbangun pun cenderung timpang atau berat sebelah.
BACA JUGA: 10 Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mendidik Anak Agar Mandiri
Ibarat seekor burung, ia sangat membutuhkan kedua sayapnya agar dapat terbang. Namun, kedua sayap itu baru akan membawanya terbang jika keduanya sama-sama dapat digerakkan. Jika hanya salah satu, tentu burung itu tidak bisa terbang bahkan sangat mungkin akan terjatuh berkali-kali.
Seorang anak yang tumbuh dengan kehadiran ayah yang hanya sebatas fisik tanpa interaksi intensif tidak bisa dikatakan anak tersebut tumbuh dengan utuh. Secara psikologis, jiwa anak tersebut masihlah terdapat rumpang.
Anak yang tumbuh tanpa disentuh jiwanya oleh kehadiran sang ayah memungkinkan mengalami kerusakan psikologis yang dikenal dengan istilah Father Hunger. Beberapa perilaku yang mencerminkan hal tersebut di antaranya:
1. Rendahnya harga diri anak
Seorang anak yang memiliki kedekatan secara psikologis dengan ayahnya akan merasa tenteram dan dapat berinteraksi dengan baik di luar rumah. Hal ini disebabkan karena ayah merupakan orang yang bertugas dalam memperkenalkan dan mempersiapkan anak untuk menghadapi situasi di luar rumah dengan berani dan tangguh.
Sebaliknya, jika tidak ada kedekatan antara anak dan ayah dapat memicu rasa percaya diri pada anak dan anak menjadi cenderung pemalu. Berlindung di balik tubuh sang ibu, ke mana-mana selalu ingin ditemani dan tidak berani sendiri.
2. Bertingkah kekanak-kanakan
Anak yang lebih banyak dalam pengasuhan seorang ibu akan memiliki rasa nyaman yang cenderung berlebihan dan perasaan anak menjadi amat dominan. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya kemampuan anak dalam mengatasi masalah. Anak akan menghadapi kekalutan dalam menyelesaikan masalah, lebih memilih melarikan diri demi rasa nyaman emosi. Seolah-olah semua dapat teratasi, padahal segudang masalah siap menanti.
3. Kesulitan menetapkan identitas seksual
Bagi anak perempuan yang tidak dekat ayahnya, maka naluri untuk melindungi rumahnya akan muncul. Ia akan merasa perlu mengambil peran ayah yang hilang yaitu menjadi prajurit rumah, sehingga ia akan cenderung tomboi. Berbeda dengan anak laki-laki yang tidak memiliki kedekatan dengan sang ayah, ia akan cenderung memiripkan sifatnya dengan sang ibu karena menyadari bahwa ia memiliki fisik yang berbeda dari ibunya. Sehingga jadilah anak lelaki tersebut hyper feminim.
BACA JUGA: Sebuah Panduan Parenting untuk Orangtua Baru, Penting!
4. Kurang bisa mengambil keputusan
Salah satu akibat yang paling fatal dari absennya seorang ayah dalam tumbuh kembang anak yaitu menimbulkan sifat ragu-ragu dalam pengambilan keputusan. Perasaan khawatir terhadap risiko yang akan dihadapi ke depannya selalu terbayang-bayang, sehingga anak akan cenderung emosional dan kurang rasional. Anak yang ragu-ragu akan mudah mengikuti keputusan orang lain yang lebih dominan. Yang mana hal ini dapat menyebabkan anak tidak memiliki identitas diri dan mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Tidak Kalah Penting, Ayah Juga Berperan dalam Pembentukan Karakter Anak
Dalam pengasuhan anak, ayah dan ibu memiliki peran yang sama, sedikit perbedaannya yaitu dalam sentuhan yang ditampilkan oleh keduanya.
Menurut Istina Rahmawati dalam jurnalnya yang berjudul Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak, peran seorang ibu antara lain yaitu menumbuhkan perasaan sayang, cinta, melalui kasih sayang dan kelembutan. Menumbuhkan kemampuan berbahasa anak dengan baik dan mengajarkan anak perempuan untuk berperilaku sesuai dengan jenis kelaminnya. Sedangkan peran ayah dalam pengasuhan anak yaitu menumbuhkan rasa percaya diri dan berkompeten pada anak, menumbuhkan kemampuan anak untuk berprestasi, mengajarkan anak untuk tanggung jawab.
Sangat penting bagi seorang ayah untuk terlibat dalam mengasuh dan mendampingi anak selama masa pertumbuhannya. Hal ini akan berpengaruh bagi pembentukan karakter anak di kemudian hari. Keterlibatan yang dimaksud yaitu terlibat langsung secara emosional dan fisik, bukan hanya terlibat dalam menyediakan kebutuhan materi saja. Akan tetapi, terlibat dalam pemenuhan kebutuhan rohani.
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan adalah mengenai seberapa besar usaha yang dilakukan oleh ayah dalam berpikir, merencanakan, merasakan, memperhatikan, memantau, mengevaluasi perkembangan anaknya. Menurut perspektif anak, keterlibatan ayah yaitu terkait dengan adanya kesempatan anak untuk melakukan sesuatu hal bersama ayah, kepedulian yang diberikan oleh ayah, dan adanya dukungan serta rasa aman.
Kehadiran ayah dalam proses pengasuhan anak memiliki banyak dampak positif, begitu pula sebaliknya ketidakhadiran ayah dapat menimbulkan dampak-dampak negatif bagi perkembangan anak.
Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang anak yang optimal didukung oleh kerja sama yang baik antara ayah dan ibu dalam memilih pola asuh. Perbedaan sentuhan dari ayah dan ibu ini yang nantinya membuat anak berkembang dalam segala aspek, baik dari aspek motorik, kognitif, dan sosial. Selain itu, anak juga akan lebih percaya diri dalam bersosial dan berinteraksi dengan banyak orang yang memiliki beragam karakter.
Berdasarkan sudut pandang sosiologi, orang tua berperan dalam proses pembentukan kepribadian seorang anak. Dalam hal ini orang tua mengarahkan bagaimana cara bersosialisasi dengan baik supaya sang anak bisa diterima di tengah-tengah masyarakat.
Namun demikian, orang tua bukan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan moral dan perkembangan diri seorang anak, tetapi seorang anak yang mendapat arahan dan bimbingan dari kedua orang tua akan tumbuh menjadi anak yang lebih pintar dan cerdas. Dengan demikian peran orang tua menjadi sangat penting dalam mengarahkan anak menjadi generasi baik di masa depan.