KOTOMONO.CO – Phonegraphy bisa menjadi alternatif bagi anak-anak Gen Z dalam memanfaatkan Smartphone mereka ketimbang buat mainan TikTok dan sosmed unfaedah.
Perkembangan teknologi adalah sebuah keniscayaan, dimana teknologi ini tentu dapat memudahkan sedemikian rupa urusan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Sehingga dengan kehadiran teknologi yang menyajikan beragam kemudahan, apalagi media sosial yang menawarkan cara mudah berkomunikasi yang inovatif, tentu menjadi daya tarik tersendiri.
Kebebasan berbagi informasi di media sosial inilah yang menjadi kegelisahan saya sebagai pendidik dan tentunya sebagian besar orang tua terhadap perkembangan mental dan perilaku generasi muda khususnya di Indonesia dalam menghadapi “gempuran” informasi yang beredar di kalangan mereka, khususnya menyangkut berbagai isu atau berita yang menjadi “hot topic” dan perbincangan disekitar teman sebaya mereka. Akses informasi begitu terbuka dan hadir setiap saat di tangan mereka. Dalam interaksi sosial media dikalangan anak milenial, perlahan namun pasti tentunya akan dapat mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan mereka.
Dengan pemahaman terkait, sebenarnya ada berbagai manfaat positif dari penggunaan media sosial, yang dapat menjadi kendali dari perubahan pola pikir dan kreativitas anak muda milenial. Kebiasaan cukup lama berinteraksi “bermain” dengan media sosial perlu diimbangi dengan beragam aktivitas yang dapat membuat generasi milenial Indonesia tidak mager (malas gerak). Interaksi tinggi dengan media sosial yang ada, dapat menyebabkan gangguan baik pada segi fisik, psikis maupun pola fikir. Karena itu, diperlukan upaya-upaya serius untuk mengimbangi dampak negatif dari media sosial yang sebagian besar juga menjadi urat nadi dalam smartphone.
Disamping memperbanyak literasi digital, antisipasi dampak negatif penggunaan media sosial sebenarnya juga bisa dilakukan dengan banyak hal. Diantaranya adalah mengalihkan perhatian mereka kepada hal-hal yang bersifat kreatif, dalam hal ini penulis mencoba menawarkan solusi untuk memperdalam pengetahuan tentang seni fotografi dan videografi yang seringkali disalahgunakan.
Semakin canggihnya teknologi dan kualitas kamera yang melekat di smartphone bisa menjadi alternatif solusi. Belum banyak komunitas masyarakat fotografi yang peduli terhadap “berkah” peningkatan kualitas kamera smartphone, hal ini mungkin disebabkan sebagian dari mereka masih mengangap bahwa kualitas kamera smartphone masih dibawah kamera DLSR ataupun mirrorless. Tanpa menyadari bahwa selain praktis dan ringan, dalam smartphone juga sudah banyak aplikasi-aplikasi untuk editing ataupun manipulasi gambar, foto dan video.
Untuk itulah dengan mencoba ikut mengeksplore dan sharing hasil-hasil fotografi ini, penulis berharap dapat meningkatkan sense dan rasa ingin tahu generasi millenial tentang dunia fotografi dan videografi. Panduan ber “smartphone” yang tepat mungkin perlu menjadi pegangan bersama agar milenial kita tidak terjerumus ke hal-hal yang cenderung merusak. Sehingga generasi milenial atau generasi Z dapat diarahkan pada hal-hal yang lebih produktif dan bermanfaat, seperti misalnya mengenalkan dan meningkatkan kemampuan mereka di bidang seni fotografi yang sekarang semakin canggih dengan adanya kamera yang melekat di smartphone mereka, hingga mungkin nantinya bisa berimbas pada peningkatan jiwa wirausaha berbasis online yang mengutamakan konten gambar, foto atau videografi sebagai penarik minat konsumen, bahkan bisa diarahkan pada hadirnya unicorn baru Indonesia di bidang industri kreatif dan kelak menjadi pengusaha muda sukses dengan berbasis aplikasi teknologi.
Demikian, Semoga tulisan dan hasil karya fotografi ini dapat bermanfaat bagi generasi millenial, terutama generasi Z yang sekarang sedang dilanda kegamangan dan kegagapan dalam menelan informasi dan konten yang membanjiri sosial media di genggaman mereka.