KOTOMONO.CO – Akhir-akhir ini salah satu bidang usaha yang sedang nanjak popularitasnya adalah periklanan alias advertising. Bidang usaha ini cukup banyak peminatnya. Kenapa? Karena di sini banyak jenis kerjaan yang ditawarin. Salah satunya menjadi Copywriter.
Apa sih Copywriter itu? Mm… gampangnya gini. Kalau kamu nonton iklan terus kamu nemu kata-kata unik dan bikin kamu tertarik pengin beli produk yang diiklankan, nah itulah salah satu yang dikerjakan seorang Copywriter. Biasanya, seorang Copywriter bekerja bareng Art Director.
Karena ditugasi untuk menuliskan kata-kata unik dan menarik, seorang Copywriter dituntut untuk memiliki kreativitas tinggi. Mereka harus bisa bikin kata-kata unik. Kata-kata yang nggak terpikirkan oleh kebanyakan orang dan tentu saja dapat menginspirasi orang lain.
Nah, sulitkah untuk menjadi seorang Copywriter? Hmm… oke-oke. Mungkin kamu adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menganggap kalau jadi Copywriter itu pekerjaan yang rumit, butuh mikir ekstra keras. Ya kan?
Saran saja sih, mulai sekarang sebaiknya kamu buang jauh-jauh anggapan itu. Di dunia ini, nggak ada pekerjaan yang sulit, kecuali ia malas belajar untuk bisa melakukannya. Atau karena ia salah menempatkan diri. Gimana? Sepakat? Lho iya kan?
BACA JUGA: Nonton Film Flipped Berasa Baca Novelnya
Sebetulnya, dunia periklanan, dilihat dari sisi akademisnya, merupakan ilmu umum. Ilmu periklanan bahkan sudah jadi kebiasaan kita sehari-hari. Kitanya aja yang kerap nggak nyadar. Misal, pas kamu mampir ke cafe di Pantai Sigandu terus kamu berselfie ria dan kamu unggah foto kamu di ig kamu dengan membubuhkan caption yang bikin temen-temenmu kepo, itu juga namanya sudah ngiklan. Atau suatu pagi kamu ngayal pengin main ke Black Canyon di Petungkriyono, lalu ngebayangin kamu di sana mau fota-foto dengan latar pemandangan yang serba hijau segar, terus foto-foto itu mau kamu jadiin sebagai album edisi khusus di ig-mu. Itu juga bagian dari kerjaan dunia periklanan. Yaitu, merancang atau merencanakan konsep iklan. So, apanya yang aneh dari dunia periklanan? Nggak ada kan?!
So, karena sifatnya yang umum, maka dunia periklanan sebenarnya punya peluang untuk dimasuki siapa saja. Termasuk kita. Ya, kita! Tapi, mereka juga. Everyone has the same opportunity. Cuma tinggal kitanya aja sih. Berani nggak mengambil tantangan itu? Kalau iya, kita perlu mengasah keterampilan kita.
Begitu juga dengan menjadi seorang Copywriter. Semua orang punya peluang yang sama. Nggak pandang apakah dia jago main kata-kata atau tidak. Selama ia mau mengasah skill dalam mengolah kata, ya dia bisa terus bertahan dan punya reputasi yang baik. Sedang kalau kita malas mengasahnya, kita pasti bakal ditinggal.
Makanya, bagi teman-teman mahasiswa yang kuliah di jurusan atau prodi yang berkaitan dengan dunia iklan sudah semestinya mau dong mengeksplorasi kemampuannya. Caranya? Ya banyak-banyak melakukan eksperimen dan tentu perkaya dengan membaca buku-buku yang menunjang karier kalian. Kalau sekadar baca buku kuliah ya kita nggak bakalan nemu hal-hal yang lebih menantang. Sebab, buku kuliah biasanya teoretis dan konseptual. Banyak istilah yang kadang bikin kepala puyeng karena gagal memahami. Tak jarang pula muncul definisi ini-itu yang pada akhirnya rumit juga untuk dimengerti. Tapi, ya begitulah buku kuliah. Mengapa? Karena tujuan buku kuliah kan buat memandu mahasiswa agar memahami ilmunya untuk keperluan penelitian. Jadi, nggak bisa langsung dipraktekin.
Nah, gimana caranya supaya mendapatkan informasi yang praktis dan bisa langsung dipraktekin? Ya, tentu aja baca buku-buku yang sifatnya lebih praktis untuk memperkaya pengetahuan kita tentang dunia periklanan yang praktis. Salah satunya buku yang ditulis Budiman Hakim ini.
Seperti yang tercantum pada sampulnya, Saya Pengen Jadi Copywriter, buku ini merupakan buku praktis. Semacam panduan bagi pembaca tentang bagaimana sih menjadi seorang Copywriter. Apa saja yang mesti disiapin? Keterampilan apa saja yang kudu dimiliki dan diasah? Serta hal-hal apa saja yang menarik dari dunia periklanan, khususnya yang berkenaan dengan kerjaan Copywriter? Semua dikupas di buku setebal 187 halaman ini.
Buku ini tergolong sangat mudah dipahami isinya. Bahkan, bagi seorang awam sekalipun. Jadi, bisa dibaca oleh siapapun. Nggak harus jadi mahasiswa ilmu komunikasi atau prodi manapun. Bahasanya renyah dan ringan. Nggak terlalu banyak menggunakan istilah-istilah yang bikin puyeng kepala. Pendefinisian istilah-istilahnya pun lebih gampang diterima dan mudah dicerna. Dengan begitu, buku ini bisa dijadikan sumber belajar praktis untuk mengasah ilmu periklanan kita.
Di dalam buku ini, penulis membagikan sumber belajar yang sangat akrab dengan dunia kita sehari-hari. Seperti belajar memanfaatkan Instagram. Penulis memberikan tips dan trik bagaimana kita bisa mengasah kemampuan kita membuat caption yang menarik. Selain itu, kita juga diajak mengambil sumber belajar alternatif lain, yaitu dari kata-kata yang tertulis di belakang bak truk. Dari situlah, kadang kita pun bisa memperoleh inspirasi untuk membuat kata-kata atau membuat sesuatu yang lain. Hanya dari kata-kata yang “nyeleneh” di bokongnya bak truk! Kita bisa bikin teka-teki, plesetan, puisi, makna ganda, blog, juga dapat kita gunakan untuk mengasah ilmu periklanan kita. Semua itu dan beberapa sumber belajar lainnya dikupas tuntas oleh penulis di buku ini. Boleh dibilang, buku ini merupakan buku yang out of the box.
BACA JUGA: Penyebab Rusak Sebuah Hubungan, Bukan Orang Lain, Tetapi Diri Sendiri
Selain mudah dipahami, cara menyampaikan gagasannya pun tergolong mengasyikkan. Penulis memanfaatkan beberapa cerita unik dan menarik sebagai contoh. So, kita yang baca pun nggak mudah bosen mantengin halaman-halaman pada buku ini.
Tapi, memang sih yang namanya kelebihan pasti ada yang kurang. Menurut saya pribadi, buku ini agaknya bikin saya bergidik. Joke-joke yang dimunculin di buku ini terkesan seksis. Iya sih, cerita humor atau jokes yang bernada seksis itu paling mudah diterima. Tapi, tidak semua orang juga yang bisa menerimanya. Bagi seorang cewek, jokes yang seksis kadang memberi kesan jorok atau menjijikkan. Bahkan, bisa saja memberi kesan melecehkan. So, dalam membuat jokes yang seksis seorang penulis juga perlu berhati-hati dan cermat. Tapi, kalau menurut saya, buku ini masih wajar aja sih jokesnya yang seksis itu. Walau, saat membaca saya kadang jadi geli sendiri.
Meski begitu, buku dengan judul Saya Pengen Menjadi Seorang Copywriter ini sebenarnya memiliki cakupan yang luas. Nggak cuman membagikan tips untuk jadi seorang Copywriter. Tapi juga cocok dibaca untuk siapa saja yang mau jadi penulis, creative director, dan pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan periklanan. Dengan membaca buku ini, kita dapat melatih kreativitas melalui hal yang tidak kita duga sebelumnya.
Judul : Saya Pengen Jadi Copy writer
Penulis : Budiman Hakim
Penerbit : Indonesia Cerdas
Tahun Terbit : 2015
Halaman : i-xx + 187 halaman