KOTOMONO.CO – Posyandu belum dibuka. Pagi itu, Kamis (18/11) sejumlah ibu yang membawa serta anak-anak mereka sudah tampak mengantre. Mereka tiba satu jam lebih awal dari jadwal buka Posyandu.
Kejadian itu terus berulang. Boleh dibilang sudah mentradisi. Setiap Posyandu Mawar VI Kelurahan Noyontaansari ini membuka pelayanan, tanpa menyebarkan pengumuman, warga akan berbondong-bondong mendatangi Posyandu yang ada di kampung Landungsari Gg. 19 ini.
Tentu, para Kader Posyandu sudah sangat hafal. Mereka pun tanggap meladeni warga yang datang kepagian. Menemani warga, mengajak mereka ngobrol, sembari mempersiapkan perlengkapan dan menata pos yang mereka tempati.
Tak jarang pula, sebagian warga yang datang awal itu—tanpa diminta—turut membantu para kader. Mereka berharap, dengan bantuan yang mereka ulurkan itu akan meringankan tugas para kader yang selama ini giat melayani mereka, meski tak ada upah atas kerja mereka.
Dan pagi itu, Posyandu Mawar VI Noyontaansari punya gawe. Tidak hanya menyelenggarakan kegiatan pelayanan rutin, melainkan pula ada tamu istimewa dari Universitas Pekalongan. Mereka adalah Dr. Dina Nurmalisa, S.S., M.Hum (Kaprodi PBSI sekaligus pakar sastra), Afrinar Pramitasari, M.Pd (dosen PBSI cum pakar bahasa), Ariesma Setyarum, S.Pd., M.Hum (dosen PBSI cum pakar sastra) yang juga diikuti tiga orang mahasiswa berjas almamater.
Kedatangan mereka tidak sekadar melakukan kunjungan atau semacam peninjauan. Akan tetapi, beliau bertiga—plus mahasiswa—tengah menjalankan salah satu pilar dari tri darma perguruan tinggi. Yaitu, pengabdian masyarakat.
Itu dapat dilihat dari layar MMT yang terpasang sebagai latar belakang. Pada layar itu tertera logo kampus Universitas Pekalongan, kemudian sebuah tulisan berwarna merah dengan jenis huruf Times New Roman yang berbunyi “Pengabdian Kepada Masyarakat”. Diikuti dengan judul kegiatan yang terdiri atas 17 kata, disusun dalam tiga baris dan dibentuk seperti piramida terbalik. Kemudian, dilanjutkan dengan tiga nama dosen yang menjadi pemateri.
Pelayanan Posyandu dimulai. Satu per satu anak-anak ditimbang. Ibu-ibu hamil dan menyusui pun turut ditimbang. Lantas, sebelum mereka pulang, para kader menyilakan mereka untuk sejenak duduk di tempat yang telah disediakan. Kebetulan, tempat penyelenggaraan Posyandu ini biasa digunakan untuk pengajian. Jadi, sudah benar-benar siap digunakan untuk keperluan lain. Salah satunya, untuk keperluan Posyandu.
Di atas karpet yang tergelar, ibu-ibu dan anak-anak mereka duduk. Acara pun segera dimulai. Dr. Dina Nurmalisa, S.S., M.Hum memberikan sambutan awal sebagai pembuka acara. Dikatakannya, “Kegiatan pagi ini merupakan bagian dari safari kampus kami untuk lebih mengenali permasalahan apa yang dihadapi oleh warga. Khususnya, dalam bidang yang kami geluti. Yaitu, kebahasaan.”
Seperti yang dikemukakan alumni S3 Universitas Indonesia ini, masalah kebahasaan sebenarnya sangat kompleks. Tidak sekadar keterampilan berbahasa. Akan tetapi, juga meliputi masalah pemerolehan bahasa pada anak.
“Dalam masa pertumbuhan, anak-anak kita perlu mendapatkan pendampingan, khususnya dalam pemerolehan bahasa. Pendampingan ini menjadi sangat diperlukan guna mengantisipasi kesulitan yang dihadapi anak di kemudian hari. Jangan sampai, karena kita lalai membuat anak kita mengalami kesulitan berkomunikasi,” ujar Dr. Dina Nurmalisa, S.S., M.Hum.
Ia juga berharap, kegiatan ini bisa menjadi ajang berbagi pengetahuan dan pengalaman. Sehingga, antara dunia keilmuan dan masyarakat tidak lagi berjarak terlalu jauh. Ilmu pengetahuan, dengan demikian, lebih dapat dimanfaatkan bagi kemaslahatan. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di kampus tidak lagi menara gading yang megah. Namun, secara sederhana dapat dipahami dan dapat diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, Ketua Kader Posyandu Mawar VI Noyontaansari, Mayla Dewi Rati, S.K.M. menyambut baik atas terselenggaranya kegiatan ini. Baginya, pengetahuan yang dibagikan oleh Tim dosen Unikal merupakan hal baru.
“Bagi saya, ini pengetahuan baru. Ternyata, ilmu bahasa punya kaitan dengan psikologi. Mestinya, kegiatan semacam ini lebih sering dilakukan dan diperluas lagi. Supaya semakin banyak orang yang jadi tahu bahwa mempelajari bahasa itu tidak hanya seperti ketika saya sekolah dulu. Hanya berkaitan dengan tata bahasa dan lain-lain,” aku ibu berputra dua ini.
Diakuinya pula, di kampung tempat tinggalnya, masalah pemerolehan bahasa masih menjadi masalah yang kurang dipahami oleh warga. Biasanya, ibu-ibu tidak mau repot dengan kerewelan anak-anak. Lalu, berusaha sekeras mungkin untuk membuat anak-anak tenang dengan memberi mereka mainan atau hal-hal yang bisa dimain-mainkan.
“Saya baru tahu, kalau hal itu malah bisa menimbulkan masalah dalam pemerolehan bahasa pada anak. Tapi, kadang sebagai ibu kami merasa capai. Makanya, urusan mengasuh anak ini mestinya juga menjadi tanggung jawab semua anggota keluarga. Tidak hanya dibebankan pada ibu-ibu,” ungkap perempuan yang kerap disapa Bu RW ini.
Dr. Dina Nurmalisa, S.S., M.Hum juga menambahkan, jika kegiatan ini merupakan kegiatan pendampingan. Makanya, pihaknya akan kembali hadir ke Posyandu ini untuk mengetahui bagaimana perkembangan yang terjadi pada warga setelah mendapatkan pemahaman yang cukup mengenai pemerolehan bahasa pada anak.
“Sudah saatnya, kami turun gunung. Sembari mengenalkan manfaat ilmu bahasa, kami turut serta menemani warga dan mengurai permasalahan yang dihadapi. Meski mungkin kontribusi yang kami berikan amat kecil. Namun, kami yakin, dengan cara inilah kami akan mendapatkan banyak masukan dan bisa lebih leluasa mengamati fenomena apa saja yang terjadi di masyarakat,” pungkasnya.