KOTOMONO.CO – Wow menarik, ternyata nama Pekalongan bukan hanya digunakan untuk nama Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah, ada juga Desa yang menggunakan nama Pekalongan yang juga sama-sama menghasilkan Batik lho sedulur. Hah kok bisa ????
Sedulur Cintapekalongan pasti kaget kan, bagaimana bisa Nama Pekalongan ini bisa menjadi nama sebuah desa yang juga melestarikan Batik. Ajiiiibbb….
Desa Pekalongan ini berada Jl. Raya Winong – Pucakwangi Km 1, kecamatan Winong, Kabupaten Pati Jawa Tengah 59181
Ada juga lho Pekalongan di Lampung, yang ketika bermain tag lokasi di Facebook sering kali orang salah memilih Pekalongan. Dikira Pekalongan yang muncul itu adalah Pekalongan Kota ternyata yang dipilih adalah Pekalongannya Lampung. Jadi niat hati ingin tag lokasi Kota Pekalongan namun yang muncul adalah Pekalongan – Lampung. Awas jangan keseliru ya ^^
Meski sama-sama bernama Pekalongan, usut punya usut asal-usul atau sejarah dari Desa tersebut berbeda dengan Kota Pekalongan.
Jika Kota Pekalongan berasal dari “Tapa Ngalong” nya Bahurekso di alas Gambiran, sedangkan Desa Pekalongan berbeda tidak ada sedikit pun asal-usul dari “Kalong” (Kelelawar) yang biasa kita pahami di sejarah Kota Pekalongan.
Baca : Sejarah Asal-usul Kota Pekalongan
Pada Desa Pekalongan tersebut diambil dari kata “Kalungan” yakni kebiasan sesepuh setempat yang mempunyai kebiasaan memakai Tasbih yang dikalungkan di lehernya. Ada juga versi lain yang menyebutkan bahwa Desa Pekalongan berasal dari peristiwa hilangnya tapal-tapal atau batas wilayah yang hilang dari tempatnya yang menyebabkan berkurangnya “Kalong” luas wilayah tersebut.
Sejarah Asal-usul Desa Pekalongan Kabupaten Pati
Seperti yang saya comot dari laman resmi pekalongan.sideka.id bahwasanya Menurut cerita yang turun-temurun yang beredar disana ialah orang pertama yang membuka Desa Pekalongan adalah Ki Ageng Rante Kencono Wulung, yang biasa disebut Mbah Rante.
Semua tokoh masyarakat di desa Pekalongan sepakat terkait peranan Mbah Rante yang dijuluki waliyyul qoryah (walinya desa). Oleh karena itu, nama Mbah Rante selalu disebutkan oleh warga desa disana saat memanjatkan doa hajatan atau selamatan atau semacamnya. Dan haulnya selalu diperingati setiap tahun dengan agenda acara salah satunya dilaksanakan adalah kirab budaya Jawa.

Hanya saja, para tokoh desa tidak satu suara mengenai pertanyaan, apakah Mbah Rante mempunyai keturunan. Sebagian berpendapat bahwa nenek moyang warga desa ini adalah Mbah Rante, sementara sebagian yang lain berpendapat bahwa Mbah Rante tidak mempunyai keturunan.
Bagi yang berpendapat mempunyai keturunan, diyakini Mbah Rante mempunyai 4 (empat) anak, yaitu Lambu, Sastro Leksono, Sayyidin dan Sakidin. Keempat orang inilah yang menurunkan generasi hingga sekarang.
Baca juga : 30 Destinasi Wisata Pekalongan yang Keren untuk Liburan
Sedangkan bagi yang berpendapat tidak mempunyai keturunan, maka ayah dari Lambu, Sastro Leksono, Sayyidin dan Sakidin bukan Mbah Rante, tetapi orang lain. Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang menemukan siapa orang lain itu.
Ki Ageng Rante Kencono Wulung bernama asli Sonto Wijoyo, biasa dipanggil Hasan Sonto, Kek Sonto. Beliau putra Kyai Wali Said atau Mbah Wali Said, yang sekarang makamnya terdapat di Kota Kediri. Sonto Wijoyo adalah salah satu pejabat keraton Mataram yang mengasingkan diri menjauhi hiruk pikuk kehidupan politik di lingkaran kekuasaan dan mendiami suatu kawasan yang diberi nama Sidi Puro.

Sidi diartikan tempat untuk semedi, bertapa, bekhalwat dan Puro diartikan minta ampunan dari Allah SWT. Sonto Wijoyo selain menempuh kehidupan zuhud juga untuk berakwah menyebarkan agama Islam di wilayah Pati selatan.
Sebutan untuk Ki Ageng Rante Kencono Wulung berasal dari kebiasaan Kek Sonto yang selalu mengenakan tasbih berwarna hitam (wulung), dan karena ukurannya yang relatif besar sehingga menyerupai sebuah rante (rantai) sehingga masyarakat kemudian menjulukinya dengan sebutan Ki Ageng Rante Kencono Wulung.
Sebutan Ki Ageng dalam masyarakat Jawa diberikan kepada tokoh yang memiliki kharisma peran, dan kiprah dalam kehidupan masyarakat yang sangat besar pengaruhnya. Baik dalam bidang olah kebatinan (spiritual) maupun di bidang ulah kanuragan. Seperti gelar Ki Ageng Cempaluk yang ada di Kesesi ataupun Ki Ageng Rogoselo yang berada di Doro Kabupaten Pekalongan.
Tasbih berwarna hitam tersebut sering dikenakannya seperti kalung (melingkar di leher). Masyarakat pun kemudian lebih mengenalnya sebagai “wong sing gawene kalungan” (orang yang mengenakan kalung).
Kawasan tempat tinggal sang tokoh ini pun kemudian dikenal dengan sebutan “Desa kalongan”, yang bersal dari kebiasaan sang tokoh mengenakan kalung, atau kalungan. Dalam perkembangan bahasa tutur, kata “kalungan / kalongan” bermetamorfose menjadi PEKALONGAN.
Baca juga : Inilah 6 Nama Lain Kota Pekalongan yang Wajib Kamu Ketahui
Kemudian versi kedua dalam sejarah asal-usul Desa Pekalongan ialah berasal dari cerita bahwasanya di kawasan pemukiman bernama Sidi Puro yang telah memiliki batas-batas teritorial, “dicuri” oleh tokoh protagonis dengan menggeser tanda (tenger) pembatas areal sehingga luas wilayah Sidi Puro makin lama makin berkurang atau “kalong”.
Karena peristiwa ini terjadi berulang, muncullah kata “Kalongan”. Pencuri ini akhirnya konangan (ketahuan) oleh masyarakat Sidi Puro, yang menimbulkan sebutan bagi desa sebelah bernama Karangkonangan.
Nah begitulah sedulur cerita mengenai Asal-usul Desa Pekalongan yang ada di Pati. Sungguh menarik karna memang bukan hanya namanya saja yang sama melainkan kebudayaan nya juga sama yakni ada Membatik, religius,banyak kesenian dan parade.

Sebagai warga Kota Pekalongan saya cukup kaget sekaligus tergelitik kenapa bisa sama nama PEKALONGAN dipakai disana. Pingin rasanya bisa mempunyai kesempatan untuk mengunjungi sedulur Pekalongan yang ada disana dan mengeksplor kearifan-kearifan lokal Desa Pekalongan, barang kali masih ada benang merahnya disini.
Ilok’o Bosone Podo Ndewe Neng Kene Pora yo Lur ? ono Pak Pok Pak Pok’e karo ono Tauto ne Pora yo ? Sarapane Megono juga Pok sih ? Ahh jadi makin penasaran pingin kesana :D ^^ haha
Baca juga : Capret Jajanan Khas Pekalongan
Mana lagi ya yang daerah bernama Pekalongan di Nusantara ? Monggo ditambahkan sedulur di kolom komentar ^^
Salam Cinta Pekalongan
Sumber : pekalongan.sideka.id/profil/sejarah/