KOTOMONO.CO – Sudah satu tahun lebih mata dan telinga kita “dipaksa” mengunyah informasi seputar Pandemi Covid 19. Sampai-sampai rasanya pingin muntah ketika mendengar dan menonton berita-berita di semua media massa. Seolah nggak ada berita lain yang lebih seru dan menarik untuk dinikmati.
Tentu, segala harapan kerap muncul di hati masyarakat, agar Pandemi Covid 19 segera hilang dari muka bumi. Semua berharap kondisi kembali seperti awal mula. Ketika kita bisa menikmati aktivitas apapun tanpa rasa canggung gegara masker, jaga jarak, dan salaman yang dilarang. Kita juga berharap ketika ngumpul bareng teman-teman tidak lagi disatroni Polisi atau Satpol PP.
Tetapi, apa daya kita. Kebijakan pemerintah memaksa kita untuk mengikutinya. Siapapun dan apapun kita. Alasannya, agar kita semua terhindar dari wabah virus covid 19 dan mengurangi penularannya.
Kebijakan itu tentu niatnya baik. Akan tetapi, dampak negatifnya juga tak terhindarkan. Semua bidang usaha, terutama sektor pariwisata terpaksa harus gigit jari dan menelan rasa pahit yang tak terkira. Seluruh tempat wisata, di muka bumi ini terpaksa ditutup.
Akibatnya, nggak cuma pendapatan daerah yang seret gara-gara objek wisata mereka ditutup. Tetapi, orang-orang yang menggantungkan bisnisnya di sektor ini pun merasa kehilangan pendapatan. Sebagian mereka bahkan terpaksa menganggur atau mencari kerjaan serabutan lainnya.
BACA JUGA: Benarkah Laju Waktu Semakin Melambat Selama Pandemi?
Warung-warung yang berjualan di tempat-tempat wisata ditutup. Maka, pengusaha kecil bakul warungan ini pun terpaksa kehilangan mata pencaharian. Begitu juga dengan karyawan-karyawannya yang mungkin pendapatannya tak seberapa.
Para penjaja jasa layanan perjalanan wisata juga demikian. Banyak armada mereka yang akhirnya teronggok di garasi, sopir-sopirnya pun terpaksa dirumahkan. Mereka merasa kesepian karena tidak lagi bertemu dengan orang-orang yang biasa diantar kesana-kemari.
Demikian juga dengan para pegawai hotel. Mungkin sebagian dari mereka tidak sampai dirumahkan. Tetapi, sepinya kunjungan wisata membuat mereka merasa seperti bekerja di dalam gedung mewah yang kosong. Tamu-tamu yang datang tidak banyak.
Ya, Pandemi covid 19 benar-benar bikin banyak orang mlompong. Ngelamunin sesuatu yang tak jelas. Bahkan, sampai halu.
Seiring berjalannya waktu, vaksin covid 19 ditemukan. Bahkan mulai disuntikkan kepada masyarakat. Diawali dari kerelaan Presiden Jokowi untuk menjadi orang pertama yang menerima suntikan itu.
Seketika, aktivitas masyarakat mulai berubah. Orang kembali pada aktivitas semula, sebelum covid 19 bertamu. Tetapi, ada pembatasan dan anjuran untuk mematuhi protocol Kesehatan. Ada 4M, Memakai masker, Menjaga jarak, Mencuci tangan, dan Menghindari kerumunan. Sanksinya juga lumayan berat kalau diketahui melanggar.
Lalu, untuk memastikan kepatuhan itu, penjagaan pun diperketat. Di hampir semua tempat yang berpotensi menimbulkan kerumunan, penjagaan disiagakan penuh. Meski begitu, penjagaan yang diberlakukan tidak bisa menjangkau semua wilayah.
Maklum, jumlah aparat keamanan tidak sebanding dengan luas area tiap daerah. Rasionya pun tidak imbang. Jadi, masih sangat banyak kawasan yang tak tersentuh. Makanya, tak heran jika ada sebagian warga yang memilih tak peduli dengan peraturan yang berlaku.
BACA JUGA: Perempuan itu Nggak Lemah, ini Buktinya!
Di Malioboro misalnya, masih tampak keramaian di sana. Di tempat-tempat angkringan banyak pengunjung yang berkumpul untuk makan bahkan untuk tongkrongan dengan teman lamanya. Seolah tak merasa terancam Pandemi Covid 19, mereka tak lagi mematuhi 4M tadi.
Bisa dipahami sih, mereka begitu mungkin saja karena sudah saking gabutnya dengan apapun tentang Pandemi Covid 19. Sebab, beberapa fakta juga menunjukkan kalau pelanggaran aturan itu dilakukan tidak hanya oleh masyarakat biasa. Sejumlah “orang penting” pun melakukan hal yang sama. Hanya saat mereka lakukan itu, jarang ada kamera yang menyorot.
Tetapi, belum lama ini ramai netizen menyinyiri acara pernikahan Atta-Aurel. Sepasang selibritis itu menikah dengan acara yang luar biasa mewah. Bahkan, dihadiri banyak petinggi negeri ini. Tentu, hal itu membuat kesal sebagian besar warganet. Mereka merasa ada ketidakadilan. Ya, mungkin kesel aja sih. Kesel karena ngrasa seperti ditimpuk bungkus rokok kosong yang sudah diremas-remas pula. Cuma, kalau mau membalas takut kalau tangan ini diborgol dan dimasukkan penjara.
So, lagi-lagi hal ini bikin senewen. Di saat orang-orang berusaha taat dan patuh aturan, kenapa pula orang-orang penting yang malah bikin acara gituan. Malah, tak jarang pula saya mendapati pemandangan unik. Sejumlah orang berseragam bak petugas keamanan dengan santainya tidak menggunakan masker. Mereka asyik bergurau tanpa jaga jarak. Kira-kira apa yang ada di pikiran orang-orang kalau begitu? Bagaimana juga dengan pikiran Anda, kalau melihat yang begitu?