KOTOMONO.CO – Bulan ini terasa spesial bagi pencinta sepakbola di Pekalongan. Bukan hanya karena Persekap Kabupaten Pekalongan yang baru saja berulang tahun, melainkan pula akan digelarnya kompetisi Liga 3 Jawa Tengah. Rasa-rasanya sangat apik kalau Persekap bisa menorehkan prestasi terbaiknya sebagai kado ultah kepada masyarakat Pekalongan.
Persekap, tepat pada tanggal 4 September 2022 lalu resmi berumur 73 tahun. Selama itu, tim berjuluk Laskar Ki Ageng Cempaluk ini berkiprah. Persekap menjadi salah satu klub tertua di Indonesia.
Secara administratif kewilayahan, Pekalongan terbagi menjadi dua wilayah yaitu Kabupaten dan Kota Pekalongan. Hal inilah yang melatarbelakangi Pekalongan mempunyai dua klub kebanggaannya masing-masing. Jika Kota Pekalongan ada Persip, maka Kabupaten Pekalongan mempunyai Persekap yang bermarkas di Stadion Widya Manggala Krida.
Anehnya, Laskar Ki Ageng Cempaluk ini belum terlalu dikenal oleh pencinta sepakbola Indonesia. Dalam lingkup Pekalongan saja, masyarakat pun masih banyak yang belum tahu eksistensinya. Mayoritas warga Pekalongan, utamanya yang menyukai sepakbola, cenderung memandang Persip ketimbang Persekap.
Menanggapi hal tersebut, muncullah pertanyaan, bagaimana sesungguhnya eksistensi Persekap di mata para penggemarnya. Beruntung, saya sempat mengorek informasi secara langsung dari para pendukungnya. Pertama, saya temui perwakilan supporter Persekap yang menamakan diri sebagai Curva Boys 49.
Malam itu, sehabis hujan, udara di warung angkringan pinggir sawah terasa dingin. Sekitar pukul 22.00 saya bertemu dengan mereka. Tentu, obrolan pun kami langsungkan.
Yang mula-mula saya tanyakan mengenai nama fans klub mereka. Kenapa harus Curva Boys 49? Sejak kapan mereka berdiri dan lain sebagainya.
Curva Boys 49 sering disingkat dengan CB49 ini rupanya telah eksis sejak 2014 silam. Pada awalnya, kelompok suporter ini bernama Brigata Kota Santri atau BKS.
Anak-anak CB49 mengaku masih menelusuri dokumen-dokumen atau arsip yang berkaitan dengan Persekap. Pendek kata, mereka juga penasaran apakah Persekap sejak dulu memang menggunakan logo yang seperti sekarang ini, atau ada perubahan seiring dengan waktu. Menurut mereka kebanyakan logo klub sepakbola di Indonesia nggak bakalan jauh-jauh dari logo kotanya.
Kemudian obrolan kami masuk ke ranah yang lebih dalam lagi yakni soal prestasi. Diakui atau tidak, prestasi yang bisa dibilang terbaik milik Persekap ialah ketika musim 2014 silam. Tim Pangeran Jingga sukses menjuarai Liga Nusantara Regional Jawa Tengah. Saat itu, Persekap yang diarsiteki Bagus Pramono bertemu dengan Persikaba Blora dalam laga final di Stadion Citarum Semarang.
Persekap mencuri kemenangan dengan skor 1-0 sekaligus melaju ke Liga Nusantara putaran nasional. Sialnya, di putaran nasional inilah mereka harus tumbang di fase 12 besar sehingga mimpi berkompetisi di level nasional harus dikubur dalam-dalam.
Setelahnya, Persekap tidak berbicara banyak. Ironsinya, bahkan pada tahun 2019 harus legowo tidak mengikuti kompetisi Liga 3 lantaran keterbatasan dana. Meskipun sejak itu ada kecenderungan ke arah yang positif, yakni finis di posisi 6 besar Liga 3 Jateng pada tahun lalu. Prestasi tersebut masih tak mampu melampaui tahun 2014.
BACA JUGA: Ketika Mas Dudung Bertutur tentang Proses Kreatifnya
Nah, pada tahun ini target manajer untuk Persekap Pekalongan adalah lolos putaran final. Dilansir dari derapjuang.id, sang manajer mengungkapkan bahwa persiapan tim sudah cukup matang. Nama-nama pelatih dan official yang bergabung pada tahun lalu masih muncul, begitu pula dengan susunan pemain.
Beberapa pemain yang pernah membela Persekap di tahun 2021 hampir 50 persen masih menjalani latihan rutin, sehingga nama-nama pemain tersebut dipanggil kembali untuk membela Persekap di Liga 3 Jateng tahun ini. Tinggal beberapa pemain yang berasal dari luar kota untuk diajak memperkuat tim Laskar Cempaluk.
Hadirnya gerbong-gerbong lama rupanya menjadi salah satu hal yang disesalkan oleh rekan-rekan CB49. Menurutnya, kehadiran pemain dan orang-orang lama di dalam manajemen tidak akan membawa apa pun kepada Persekap, lebih-lebih untuk meningkatkan prestasi.
“Aku dikasih tahu cerita-cerita yang sebelumnya sudah di Persekap sebagai supporter itu ya emang orang-orangnya itu nggak pernah ganti mas. Kayak manajemen-manajemennya gitu lho,” ucap salah seorang CB49.
Lebih rinci, perwakilan CB49 itu mencontohkan seperti di Batang dan Pemalang. Dulu Persibat Batang sempat mendapat dukungan intens dari Bupatinya dan prestasi pun meningkat signifikan. Begitu pula dengan Pemalang yang mendapat perhatian khusus dari sang pemimpin, sehingga PSIP Pemalang berprestasi di tingkat regional Jawa Tengah.
Satu-satunya angin segar yang datang ialah kabar soal anggaran dari APBD untuk persiapan Persekap Pekalongan mengarungi kompetisi yang besarannya lebih banyak dari tahun lalu. Dana sebesar Rp370 juta dari Pemkab itu itu diproyeksikan untuk fase penyisihan grup.
CB49 merasa masih kurang, sebab ada yang nggak kalah penting dari sekadar pendanaan dari pemkab untuk amunisi Persekap di sebuah kompetisi. Yakni rencana revitalisasi stadion juga tidak boleh dikesampingkan.
Menurutnya, jika stadion lebih bagus dan representatif, maka akan menambah antusiasme masyarakat Kabupaten Pekalongan untuk datang dan mendukung Persekap di kandang sendiri. Dengan begini, pemasukan yang didapat akan meningkat. Begitu juga dengan semangat para pemain.
Yang terjadi justru sebaliknya, Stadion yang direncanakan mendapat renovasi dengan menambah tribun bagian timur itupun masih belum tuntas. Jika saja tahun kemarin Persekap lolos menuju kasta yang lebih tinggi pun, stadion tidak layak alias belum memenuhi syarat regulasi yang ditentukan.
“Mungkin lolos Liga 2 Persekap nyewa Lor (Stadion Hoegeng, Persip Pekalongan) sik mas.” Seloroh teman CB49
Maka, dengan itu CB49 menganggap belum ada keseriusan dari pemda untuk menunjang prestasi Persekap. Ya, selera akan kesukaan dengan sepakbola dari pemimpin setempat sepertinya sangat berpengaruh cukup besar.
BACA JUGA: Seni di Mata Pakdhe Joko Heru
Lain lagi bagi perwakilan Tifosi Pekalongan Extreme atau akrab disebut Tip-ex Mania, supporter Persekap yang lain yang saya mintai pendapat juga. Baginya, prestasi Persekap belum ada yang istimewa. Yang paling menonjol dan paling berkesan ialah Persekap berhasil menjadi juara di Liga Jateng dan finish 12 besar nasional pada 2014 yang pada waktu itu mendapat hak suara di kongres PSSI pusat.
Disinggung soal apa yang menjadi penghambat prestasi Persekap, menurut salah satu anggota Tip-ex adalah fasilitas (stadion). Stadion ini dianggapnya sebagai wajah dari sebuah klub dan daerah, sehingga ketersediaan stadion yang mumpuni akan menunjang prestasi klub dan prestise daerah tersebut.
Revitalisasi stadion Manggala Krida menurutnya belum menjadi skala prioritas pemerintahan tahun ini. Hal ini bisa dilihat dari tidak masuknya rencana revitalisasi stadion di hasil RJMD. Besar harapan pada tahun mendatang atau anggaran perubahan, masalah ini bisa dimasukan ke dalam program kerja pemerintah Kabupaten Pekalongan.
Namun demikian, kepengurusan Persekap dan Askab PPSI yang pada tahun ini tidak pada satu orang yang sama adalah bentuk dari perubahan kecil yang dianggap oleh teman-teman Tip-ex bisa memberikan dampak besar bagi klub.
“Ke depannya ini bagus. Sudah terpisah, sudah ada hal yang bisa menunjukkan bahwa ternyata klub itu ya klub, asosiasi ya asiosiasi tidak dicampur aduk tinggal kepengurusan tahun ini secara pengelolaan harus bisa lebih mandiri, harus bisa melihat situasi, membaca peluang, membaca peluang dengan potensi apa yang ada di Kabupaten Pekalongan,” ucap sang wakil Tip-ex Mania.
Soal persiapan Liga 3, ia menyampaikan bahwa secara tim tidak bubar, artinya pemain-pemain lokal masih berkumpul di tempat yang sama, tapi dengan wadah Bintang Timur. Intinya persiapan pemain lokal sudah cukup.
Tetapi sepakbola tidak soal persiapan pemain saja, melainkan soal anggaran yang harus dipikirkan untuk mencukupi kebutuhan operasional, makanan dan nutrisi pemain sehingga mereka bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Bicara soal rivalitas, Persekap dan Persip ini menjadi rival sekota yang saling memacu gairah untuk berprestasi. Meski begitu rivalitas tidak lantas melahirkan permusuhan.
“Rivalitas jangan sampai membabi buta. Karena sepakbola bukan hanya rivalitas 90 menit. Tapi juga sepakbola masih ada cinta, masih ada rasa sedih, rasa sayang, rasa kemanusiaan yang utama di situ,” ungkap supporter asal Kajen ini.
Baik CB49 maupun Tip-ex Mania sama-sama mengharapkan hasil yang tidak muluk-muluk. Syukur-syukur bisa masuk putaran final dan lolos ke nasional, yang terpenting ialah pembenahan dari sisi manajemen dahulu. Semisal tahun ini gagal berprestasi ataupun tidak sesuai target, secara keseluruhan CB49 maupun Tip-ex ini tidaklah kaget. Hal ini justru menjadi momentum besar kepada pengurus agar mau mengukur soal komitmen dan kemampuannya.
BACA JUGA: Baru Kali Ini Saya Dibikin Kagum oleh Pidato Seorang Kades
Dalam kesempatan kemarin itu, perwakilan CB49 menyampaikan agar manajemen memikirkan cara dan strategi untuk Persekap lebih dikenal secara menyeluruh seantero Kabupaten yang luas ini. Hal ini juga diamini oleh teman-teman Tip-ex yang merasa masyarakat belum familiar dengan Persekap Pekalongan.
Baik Curbaboys 49 maupun Tifosi, mereka tidak meragukan dengan kepengurusan Askab PSSI yang ada saat ini. Di bawahi Chandra Saputra dan kawan-kawan, rasanya totalitas dalam memajukan sepakbola di Kabupaten Pekalongan ini sangat terasa.
Ternyata perjalanan 73 tahun Persekap masih jauh dari kata “baik-baik” saja. Masih banyak kekurangan, prestasi pun tidak banyak. Sebetulnya masih banyak hal yang disampaikan oleh kedua supporter tersebut kepada saya, namun semua itu tidak bisa saya rincikan disini.
Biar saja ini menjadi catatan pribadi dan siapa tahu di masa mendatang saya bisa ikut memperjuangkan bersama. Yang pasti, harapan dan doa terbaik untuk klub ini selalu di panjatkan baik saya, curvaboys, tifosi maupun segenap warga Kabupaten Pekalongan tercinta.
Dirgahayu Persekap ke-73, Selamat berjuang menakhlukkan Liga 3 Jateng. Saatnya juara! Yoi