KOTOMONO.CO – Mainan yang satu ini umurnya terbilang sudah tua bangka. Sampai sekarang, permainan ini masih saja dimainkan. Apalagi di bulan seperti sekarang, bulan September. Nggak pandang usia, anak-anak maupun dewasa suka memainkannya.
Bahkan, saking keasyikan memainkan permainan ini orang bisa nggak peduli sama terik matahari. Juga sampai lupa waktu. Baru mau pulang ke rumah kalau sudah jelang petang. Atau kalau diuber-uber sama orang tua.
Permainannya sih sederhana. Nggak butuh kuota kayak main game online. Nggak butuh gadget juga. Cukup dengan benang, kecakapan tangan, dan butuh angin. Yang jelas, mainan ini ngirit ongkos banget.
Ah! Pasti Anda tahu, permainan ini. Yup! Layang-layang.
Ngobrolin permainan layang-layang, ternyata ia punya sejarah yang sangat tua loh. Kalau nggak percaya, silakan sesekali Anda mampir ke Gua Kobori yang ada di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Di sana Anda akan menjumpai lukisan dinding gua yang diperkirakan sudah ada sejak ribuan tahun silam.
Lukisan dinding itu merupakan peninggalan bangsa Muna atau Wuna. Ciri fisik bangsa Muna mirip dengan bangsa-bangsa Polynesia dan Melanesia di Pasifik dan Australia. Bentuk tubuh, tengkorak, warna kulit (coklat tua/hitam), dan rambut (keriting/ ikal) terlihat lebih dekat dengan bangsa-bangsa di Pulau Flores dan Kepulauan Maluku. Kebudayaan mereka pun mirip dengan suku-suku di Nusa Tenggara Timur, Pulau Timor, Flores, dan Maluku.

Selain itu, kebiasaan nelayan Muna yang suka melaut sampai perairan Darwin (kawasan panturanya Australia) memungkinkan kalau mereka punya hubungan dengan bangsa Aborigin. Makanya, engga heran jika kedua bangsa ini punya kemiripan fisiknya.
BACA JUGA: 6 Permainan Tradisional Yang Jarang Dimainkan Anak Sekarang
Orang-orang Muna diperkirakan sudah mendiami Pulau Muna sejak lebih dari 25.000 tahun lalu. Di pulau seluas 2.889 km2 ini, orang-orang Muna purba mendiami dua gua, yaitu Gua Liang Kobori dan Gua Metanduno. Nah, di dalam dua gua inilah banyak ditemukan peninggalan sejarah mereka. Terutama lukisan dinding gua.
Semua aktivitas bangsa Muna terekam dalam lukisan dinding gua itu. Mereka bertani, berkebun, berternak, berburu dengan menunggang kuda, melaut dengan perahu layar, dan melukiskan pengetahuan mereka tentang astronomi. So, peradaban mereka sudah tinggi kala itu.
Nah, salah satu lukisan itu juga menunjukkan gambar layang-layang. Juga aktivitas orang-orang Muna yang sedang menerbangkan layang-layang. Diperkirakan, lukisan dinding itu sudah ada sejak tahun 9.000-9.500 Sebelum Masehi. Artinya, nenek moyang kita sudah akrab dengan layang-layang sejak dahulu kala.
Oleh bangsa Muna, layang-layang disebut kaghati. Sampai sekarang, kaghati masih digunakan lho. Biasanya, dibikin dari daun kolope (sejenis umbi hutan) sebagai layarnya. Sementara kulit bambu digunakan untuk bingkainya. Talinya, terbikin dari serat nanas hutan.
Layang-layang ala bangsa Muna inilah salah satu layang-layang yang paling diminati para penggemar layang-layang sedunia. Mereka tertarik karena unik dan keasliannya yang masih lumayan terjaga.

Dahulu, kaghati kolope (layang-layang khas Muna) digunakan sebagai teman para petani saat menjaga lahan-lahan pertanian mereka. Selain itu, juga difungsikan sebagai alat penghalau binatang. Biasanya, pada layang-layang itu akan dipasang sawangan (semacam perangkat bebunyian dari kayu). Bunyi nyaring pada alat itulah yang akan mengusir dan menjauhkan binatang dari lahan kebun mereka.
BACA JUGA: Dear Anak 90-an, 5 Permainan Ini Akan Membawamu ke Masa Lalu
Selain itu, dalam kepercayaan orang-orang Muna, layang-layang dipercaya akan memayungi si pemiliknya ketika meninggal dunia. Arwahnya akan terlindungi dari sengatan matahari.
Sejarah layang-layang lainnya juga berkaitan dengan tradisi orang-orang Tiongkok. Dokumen Tiongkok menyebut, kalau layang-layang sudah dimainkan sejak tahun 2.500 SM. Bahannya nyaris sama. Masih menggunakan daun-daunan.
Di Yunani, layang-layang dikenal pada abad ke-5 Sebelum Masehi. So, usianya jauh lebih muda dari yang ada di Tiongkok.
Catatan lainnya, juga terdapat pada Sejarah Melayu (Salatus Salatin) dari abad ke-17. Lewat catatan itu, dapat dilihat bahwa pada masa itu layang-layang telah menjadi salah satu kegemaran yang bergengsi. Dikisahkan dalam dokumen itu, pada masa itu terselenggara festival layang-layang yang diikuti seorang pembesar kerajaan.
So, kalau kita perhatikan secara saksama, boleh dibilang peradaban bangsa kita punya catatan sejarah yang paling tua soal layang-layang. Bahkan, seorang peneliti asal Jerman, Wolfgang Beck, telah menobatkan layang-layang bangsa Muna sebagai layang-layang tertua sedunia.
Wah, jadi pingin mainan layang-layang nih. Mumpung masih rame mainan layangan di kawasan Bong Cino Kuripan Lor, tiap sore.