KOTOMONO.CO – Sepak bola itu olahraga rakyat. Semua orang—tanpa terkecuali—yang menyukai permainan 11 lawan 11 ini berhak memberikan komentar, statemen, ataupun analisisnya terhadap berbagai hal yang bersangkut paut dengan sepak bola. Mulai dari prestasi sebuah tim, hasil pertandingan sampai ngomongin pemainnya itu sendiri.
Di Indonesia, yang ngomongin soal sepak bola—utamanya yang memberikan sebuah analisis mengenai pertandingan—tak hanya pengamat sepak bola. Orang-orang di luar pagar pun bisa. Komentar dan pandangan mereka tak kalah kerennya dengan mereka yang dilabeli sebagai pengamat sepak bola. Dari kalangan artis sampai golongan ulama pun turut serta. Baik lewat komentar di media sosial maupun pernyataan langsung.
Sejarah mencatat, di kalangan Kiai, sosok K.H. Abdurrahman Wahid—atau yang akrab disapa Gus Dur—sangat kritis memberikan analisisnya terhadap permainan sepak bola. Kiai nyentrik yang pernah jadi presiden ini kerap memberikan ulasan tentang taktik dan strategi setiap negara berikut ciri khas permainan, skill pemain, hingga kemampuan pelatih dengan begitu jeli.
Ya, Gus Dur—yang kita kenal sangat menjunjung tinggi nilai toleransi itu—adalah pengamat sepak bola pada masanya. Bahkan ada buku khusus untuk mewadahi tulisan-tulisan Gus Dur sebagai—tidak hanya penikmat—pengamat sepak bola. Buku terbitan Imtiyaz itu diberi judul Gus Dur dan Sepak bola: Kumpulan Kolom Gus Dur tentang Sepak Bola.
Kini, setelah kepulangan Gus Dur ke rahmatullah, sosok Kiai sekaligus pemimpin negeri yang melanjutkan perjuangan Gus Dur sebagai pengamat sepak bola adalah K.H. Ma’ruf Amin. Ah, tentu siapapun akan bertanya-tanya, apa mungkin? Kenyataannya memang demikian. K.H. Ma’ruf Amin adalah sosok Kiai yang hobi betul mengikuti perkembangan sepak bola, khususnya dalam negeri alias sepak bola nasional.
BACA JUGA: Mubarak Kelip, Si Cabe Rawit Andalan Timnas Indonesia
Dalam beberapa kesempatan, K.H. Ma’ruf Amin pernah memberikan sudut pandangannya tentang sepak bola Indonesia, baik itu soal kompetisi atau tim nasional. Jadi, selain mahir dalam berdakwah dan berbagai hal lainnya, Ma’ruf Amin juga pintar kalau ngomongin dunia bal–balan tanah air. Nggak kalah lah sama pengamat sekaliber Bung Towel, Bung Kus, atau Bung Erwin.
Analisis yang pernah dilontarkan Ma’ruf Amin yang menurut saya sangat sesuai dengan kondisi persepakbolaan nasional yang kadung karut marut ini misalnya saat mengatakan bahwa kompetisi yang sehat akan melahirkan tim nasional yang kuat. Pernyataan itu disampaikan Ma’ruf Amin menjelang dimulainya kompetisi Liga 1 tahun 2020 lalu.
“Saya berharap kompetisi berjalan sehat, kompetitif, menjunjung tinggi sportivitas dan fairplay. Tidak ada lagi pengaturan skor yang merusak moral sepak bola. Yakinlah, kompetisi yang sehat akan melahirkan timnas yang kuat,” ucap Ma’ruf Amin.
Baru-baru ini, Ma’ruf Amin, yang semasa mudanya dijuluki ‘striker tebu ireng’ juga kembali memberikan pandangannya tentang sepak bola Indonesia. Kali ini, Ma’ruf Amin bicara mengenai pemain lokal. Pandangan tersebut diutarakan Ma’ruf Amin ketika menjadi bintang tamu di kanal Youtube Deddy Corbuzier, Selasa (4/1/2022).
BACA JUGA: Pesan di Balik Pelatih Persibat yang Ketiduran Saat Timnya Menghadapi Persipa
Menurut ulama berusia 78 tahun itu, sebenarnya para pemain sepak bola asal Indonesia itu memiliki kualitas teknik yang bagus. Namun, kendala utama mereka terlihat pada aspek fisik. Ma’ruf Amin melihat para pesepakbola Indonesia lemah dan sedikit malas berlari.
“Kalau saya lihat pemain bola kita itu dia mainnya bagus, tapi daya tahannya lemah dan larinya kurang. Stamina dan larinya lemah,” kata Ma’ruf Amin.
Dua pandangan yang disampaikan Ma’ruf Amin tentang sepak bola dalam negeri, memang tepat. Saya pribadi sepakat dengan komentar Ma’ruf Amin. Terlalu banyak problem di persepakbolaan Indonesia. Saking banyaknya, saya nggak sanggup untuk nyebutin satu per satu. Seenggaknya dua masalah sudah disampaikan oleh Ma’ruf Amin, yakni mengenai kompetisi dan fisik pemain.
Memang tak bisa dipungkiri bahwa kompetisi sepak bola Indonesia masih jauh dari kata sehat. Kompetisi yang ada saat ini masih saja dibayang-bayangi setumpuk masalah yang entah sampai kapan akan diselesaikan. Mulai dari regulasi yang tidak ketat hingga pengaturan skor. Kualitas wasit juga mesti ditingkatin, karena beberapa kali pengadil lapangan nggak bisa njalanin tugasnya dengan baik.
Masalah lainnya yang juga perlu diperbaiki adalah jadwal pertandingan yang nggak teratur, kadang jadwal juga berbenturan dengan agenda tim nasional. Bikin jadwal yang teratur, minimal niru dari Liga Inggris yang setiap pekan semua tim selalu berlaga di atas rumput.
BACA JUGA: Kylian Mbappe, Sosok Pesepakbola Muda yang Digadang Menjadi Penerus Messi dan Ronaldo
Kemudian, menyoal fisik pemain. Pesepakbola Indonesia harus diakui memang mempunyai fisik yang lemah. Ketika main di babak pertama, para pemain masih nunjukin permainan yang apik, solid, dan kompak. Begitu berlaga di babak kedua, permainan timnas Garuda mulai kedodoran, dan hal ini buntut dari fisik pemain kita yang nggak kuat bermain selama 90 menit.
Federasi adalah alasan mengapa perkembangan sepak bola di Indonesia buruk. Bagaimana tidak, PSSI adalah pembentuk atau pengontrol sistem persepakbolaan di tanah air. Sudah menjadi kewajiban bagi PSSI untuk ngurusin sepak bola.
Jadi mari kita, sebagai rakyat biasa, berdoa sama-sama, semoga saja PSSI mendengarkan kritikan dan masukan dari Ma’ruf Amin, serta masukan dari para stakeholder lainnya. Harapan kita semua agar PSSI biar bisa segera berbenah demi prestasi tim nasional yang sudah lama sangat kita idam-idamkan.