KOTOMONO.CO – Saya mengenal nama Windy Cantika Aisyah, atlet muda di cabang olahraga angkat besi, ketika ia berhasil menjadi juara dunia junior yang digelar di Tashkent, Uzbekistan, Mei lalu. Seperti yang dilansir tempo.co, kala itu, Windy, yang turun di nomor 49 kg, berhasil mengangkat 191 kg dengan rincian snact 86 kg dan clean and jerk 105 kg. Dengan adanya hasil tersebut, Windy lolos ke ajang bergengsi dunia, Olimpiade Tokyo 2020.
Nama Windy Cantika semakin harum ketika dirinya berhasil meraih medali perunggu di ajang empat tahunan tersebut. Saat itu, seperti yang dilansir CNN Indonesia, Windy sukses menorehkan total angkatan 194 kg, 3 kg lebih banyak dibanding saat berlaga di Kejuaraan Dunia Junior.
Namun, adanya prestasi yang sangat membanggakan tersebut, netizen malah salah fokus ke penampilan Windy yang tidak mengenakan jilbab saat dirinya sedang bertanding. Memang, Windy kerap memakai jilbab saat dirinya sedang di luar arena. Misalnya, ketika dirinya sedang diwawancarai oleh Rosiana Silalahi di program “Rosi” Kompas TV. Windy juga terlihat memakai jilbabnya saat akan terbang ke Tokyo bahkan saat sedang latihan intensif di pelatnas.
Mungkin itulah yang melatarbelakangi netizen ramai-ramai mengirim pesan ke akun Instagram-nya Windy yang sering pakai dan lepas jilbabnya. Bahkan kejadian ini dirilis oleh portal berita online, Suara.com, dengan judul “Windy Cantika Ramai-ramai di-DM Netizen Karena Lepas Jilbab.”
Jujur saja, saya sangat menyayangkan adanya hal tersebut apalagi sampai dirilis oleh media yang cukup terkemuka. Menurut saya, pakai atau tidak pakai jilbab adalah urusan personal. Apalagi hal ini berkaitan dengan iman yang tingkat privasinya sudah sangat tinggi dan tidak bisa disentuh oleh siapa pun.
Memang banyak ulama yang menghukumi wajib mengenakan jilbab bagi muslimah. Bahkan yang sering kita dengar jika ada perempuan tidak memakai jilbab, maka ia akan masuk neraka. Rambut sehelai yang diperlihatkan di muka publik pun akan terancam di tempat yang sering digambarkan menyeramkan itu.
BACA JUGA: Wahai Masyarakat, Biarkanlah Perempuan Keluar Rumah Saat Malam Hari
Namun, ada juga ulama yang tidak mewajibkan muslimah untuk mengenakan jilbab. Gus Dur misalnya. Ini terlihat banyak kerabat perempuan presiden Indonesia ketiga tersebut, mulai dari istri hingga anak-anaknya hanya menutup sebagian rambut saja. Bahkan anak terakhir Gus Dur, Inayah Wahid tidak mengenakan jilbab sama sekali.
Dari adanya perbedaan para ulama tersebut, mengapa kita tidak menghormati pilihan dan keyakinan mereka? Bukankah Al-Qur’an dan Hadis yang menjadi pedoman hidup umat Islam itu sifatnya multitafsir? Makanya Islam punya banyak madzhab bahkan di perguruan tinggi Islam memiliki program studi tersendiri, yaitu Perbandingan Madzhab.
Selain itu, jika memang ada muslimah yang meyakini memakai jilbab itu wajib lalu dirinya belum atau masih pakai dan lepas jilbab ya biarkan saja. Toh, mereka juga sedang belajar memakai jilbab. Yang namanya belajar tidak tiba-tiba langsung bisa lalu menjadi terbiasa. Seperti Windy yang mengaku sedang belajar memakai jilbab. Cukup kita hargai saja prosesnya.
Pakai dan lepas jilbab tidak hanya dilakukan oleh Windy Cantika. Hal ini juga sering dilakukan perempuan lain, termasuk saya. Sejak duduk di bangku SMP hingga sekarang saya masih sering melakukannya. Saya hanya memakai jilbab saat sedang sekolah/kuliah dan menghadiri berbagai acara. Namun, ketika sedang berada di sekitar lingkungan rumah hingga pergi ke pasar, saya hanya memakai kaos dan celana.
BACA JUGA: Apakah Menjadi Perempuan itu Sulit?
Apalagi saat sedang berolahraga. Saya lebih memilih untuk menanggalkan jilbab saya. Ketika sedang berolahraga, tubuh kita membutuhkan gerak banyak dan keringat pun bercucuran di tubuh kita. Ketika tubuh perempuan dibalut pakaian tertutup dan memakai jilbab, otomatis itu mempengaruhi kenyamanan sebagian perempuan.
Itulah alasannya mengapa saya dulu memutuskan tidak memakai jilbab saat sedang aktif latihan karate. Saya merasa kurang bebas ketika sedang bergerak. Tubuh saya pun juga terasa semakin panas ketika kepala saya memakai jilbab. Padahal, saya dituntut oleh pelatih untuk bergerak aktif dan cepat.

Begitu pula, mungkin Windy merasakan hal demikian. Jika Windy memakai jilbab saat berlaga di Olimpiade Tokyo 2020, boleh jadi Windy tidak akan meraih perunggu karena sudah tidak nyaman dengan pakaiannya sendiri, dan tak dapat mengharumkan nama bangsa.
Mengharumkan nama bangsa bukan hanya sekadar pekerjaan duniawi saja. Hal ini juga berkaitan erat dengan ibadah dengan sang Khalik karena telah memasukkan rasa bahagia untuk orang lain.
BACA JUGA: Surat Terbuka untuk Perempuan yang Selalu Dituntut ‘Manut’ dengan Pasangannya
Sama hanya dengan perempuan lain yang lebih memilih tidak memakai jilbab saat sedang bekerja. Entah itu ke kantor, berdagang, atau bahkan menanam padi di sawah yang otomatis membutuhkan banyak gerak.
Maka dari itu, untuk netizen yang mengirim pesan singkat agar Windy segera memakai jilbab saat bertanding atau kegiatan apapun, sebaiknya tidak dilakukan lagi. Karena itu akan mengganggu kenyamanan beriman dan bisa jadi menimbulkan ketidakikhlasan dalam menjalankan perintah-Nya.
*Tulisan ini adalah tulisan khusus bertema Dunia Perempuan yang akan rutin diisi Azizah.