KOTOMONO.CO – “Mengajar itu harus dengan ketulusan. Tulus ingin memberi. Sama-sama lelah mengerjakan tugas (mengajar), tapi jika kita niatkan untuk memberi, maka akan bernilai ibadah di sisi Allah.”
Diatas merupakan penggalan dari ucapan dosen saya saat memberikan materi perkuliahan Pendidikan dan Pengajaran Ilmu Al-Quran di kampus IAIN Kudus. Bagi saya, kata-kata ini sederhana namun sangat mendalam.
Seorang pengajar yang mengajar dengan niat tulus memberi, maka tidak peduli bagaimanapun keadaannya, mau dilihat atasan ataupun tidak, mau gajinya banyak atau sedikit, maka ia akan tetap mengajar dengan sepenuh hati. Jangan sampai egosentris dan hanya mementingkan diri sendiri.
Saat itu, kami tengah mengkaji pemikiran Ibnu Khaldun tentang makna dan tujuan pendidikan dalam Islam. Ibnu Khaldun, barangkali nama ini sudah tidak asing lagi bagi banyak orang, terlebih dengan karya fenomenalnya yang berjudul Muqaddimah. Ia merupakan seorang sejarawan muslim dari Tunisia, bahkan kerap pula disebut sebagai bapak pendiri historiografi, sosiologi dan ekonomi.
Pemikiran Ibnu Khaldun tentang pendidikan sangat menarik. Bagi Ibnu Khaldun, pendidikan memiliki tiga tujuan utama. Bukan sekadar menghasilkan sarjana dengan nilai sempurna, bukan pula sekadar lulusan dengan karir cemerlang dan harta bergelimang. Tiga tujuan pendidikan yang dirumuskan Ibnu Khaldun antara lain:
Peningkatan Pemikiran
Tujuan pendidikan yang pertama ialah peningkatan pemikiran. Dalam diri manusia, akal adalah yang membuatnya lebih unggul dari makhluk Allah manapun di dunia ini. Sudah sepantasnya, manusia wajib untuk mendayagunakan akal itu dengan baik. Ada sebuah ungkapan menarik yang diutarakan oleh Descrates, salah seorang filsuf tenama asal Prancis, “Cogito ergo sum” yang artinya aku berpikir, maka aku ada.
BACA JUGA: Salah Guru Ya Kalau Kualitas Pendidikan Kalah Saing?
Ya, sebab tanpa akal, tidaklah bisa kita disebut sebagai manusia. Pendidikan adalah untuk meningkatkan kecerdasan akal manusia dan untuk mengasah kemampuan akal itu sendiri. Baik dalam meningkatkan pengetahuan, maupun untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan. Itu pula sebabnya mengapa manusia diberi amanah untuk menjadi Khalifah di Bumi.
Peningkatan Kemasyarakatan
Ketika peningkatan pemikiran telah di dapat, maka tujuan utama pendidikan berikutnya adalah peningkatan kemasyarakatan. Para pelajar kelak akan kembali dan ikut berkiprah di masyarakat. Untuk itulah, di masa kecilnya mereka dididik dengan baik agar menjadi manusia yang baik, lalu kelak ketika berhadapan dengan masyarakat ia dapat memberikan manfaat dan ikut andil di dalamnya.
Demi tercapainya tujuan itu, pendidikan tidak bisa hanya menyajikan wawasan semata. Perlu pula adanya penguasaan keterampilan yang dapat bermanfaat di masyarakat. Anak didik perlu dibekali keterampilan yang sesuai dengan apa yang ia minati. Dengan demikian, maka ia dapat hidup di masyarakat yang dinamis dan berbudaya dengan baik.
BACA JUGA: Pendidikan dan Strategi Mendorong Perempuan Berkemajuan
Semakin baik dan bermutu suatu masyarakat, maka akan semakin baik pula taraf hidupnya, dan semua itu bermula dari dunia pendidikan yang bertugas untuk menghasilkan sumber daya mausia terbaik.
Peningkatan Keruhanian
Tujuan ketiga ini adalah inti dari pendidikan yang sesungguhnya, yaitu peningkatan keruhanian. Albert Einstein pernah berkata, bahwa ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh. Hal ini sejalan dengan apa yang dirumuskan oleh Ibnu Khaldun terkait tujuan pendidikan. Bahwa pendidikan bukan saja perkara ilmu, tapi juga perkara ruhani atau dalam hal ini adalah agama.
Dalam Islam aspek keruhanian ini mencakup tiga hal, yaitu iman, islam, dan ihsan. Pembahasan ini bersumber dari hadist Rasulullah Saw yang ceritakan oleh Umar ibn Khattab dan diriwayatkan oleh Muslim. Iman dan islam sudah cukup jelas definisinya, yaitu mengimani 6 rukun iman dan melaksanakan 5 rukun islam. Namun, yang jarang orang bahas adalah tentang ihsan.
Dalam hadist Rasulullah menjabarkan bahwa ihsan adalah “Jika kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, jikalau kamu tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu. Ihsan adalah tentang menghadirkan Allah dalam setiap keseharian kita. Khususnya dalam hal ini adalah dalam pendidikan.
Keruhanian tidak dapat sekadar diajarkan semata. Keruhanian perlu dilatih, dibiasakan, dipraktikkan, dan diteladankan. Maka dari itu, peran besar pengajar atau guru dan dosen sangat diperlukan di sini dalam dunia pendidikan, pengajar dengan keruhanian yang baik akan menghasilkan anak didik dengan keruhanian yang baik pula. Sebab guru adalah sosok yang digugu (dipercaya) dan ditiru.
Dengan adanya poin ketiga ini, baik dari sisi pengajar maupun anak didik, sama-sama diharuskan untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Dengan begitu, dunia pendidikan dapat menjadi tempat kita beribadah kepada Allah. Sebab di setiap aktivitas kita selalu menghadirkan Allah, maka sudah pasti akan dinilai pahala di sisi Allah selama niat kita benar.
BACA JUGA: Dunia Pendidikan Bukan Dunia Isolasi
Pendidikan adalah tentang memberi. Baik dari pengajar kepada anak didiknya, maupun antar anak didik lainnya. Saling memberi dengan cara berbagi apa yang telah dipahami dan dipelajari, saling memberi dengan membantu teman yang belum paham.
Yang diinginkan dari pendidikan Islam pada intinya adalah menambah ilmu dan keterampilan manusia, atau dalam hal ini pelajar, untuk kepentingan dan manfaat di masyarakat berdasarkan nilai-nilai keruhanian yang membersamainya.