KOTOMONO.CO – Tahu lagu “Pangeran Dangdut”? Pernah dengar? Kalau belum, coba aja kupingin lagu itu.
Lagu ini dipopulerkan lewat tarikan suara Abiem Ngesti tahun 1992. Waktu itu, ia masih tergolong penyanyi cilik. Penyanyi kelahiran Kudus ini baru 13 tahun. Lewat lengkingan suaranya, lagu ini sempat melejitkan namanya di atas blantika musik dangdut Indonesia kala itu. Sayang, kariernya tak berumur panjang. Tiga tahun setelah namanya melejit bersama “Pangeran Dangdut”-nya, ia meninggal dunia dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas.
Tetapi, bagaimanapun lagu yang ia lejitkan itu hingga 28 tahun berikutnya masih sangat bisa diterima di telinga para dangduters Nusantara. Bahkan, telinga saya yang anak dangduters milenial pun masih menerima lagu itu. Kok bisa ya? Entahlah! Yang penting, bagi saya, lagu ini bikin semangat kerja bangkit. Begitu dengar lagu ini lewat radio atau youtube, kepala saya langsung manggut-manggut. Kerja pun jadi lebih enjoy.
BACA JUGA: Sastra Poshumanistik, Sastra Futuristik
Oh! Mungkin, karena aransemen musik pada lagu ini memasukkan unsur rock. Sehingga, kesannya jadi energik dan bisa memantik semangat saya kembali berapi-api seperti si Johny Storm yang tiba-tiba berubah jadi Human Torch dalam film Fantatic Four. Apalagi ketika dengar liriknya yang mengisahkan seorang penyanyi cilik dengan cita-cita untuk menjadi seorang Pangeran Dangdut. ‘Akulah pangeran dangdut yang akan mengguncang dunia!’ begitulah bagian awal lagu itu dilengkingkan Abiem Ngesti.
Tapi bentar! Ada sesuatu yang bikin saya makin tertarik sama lagu ini. Apa itu? Yaitu, penyebutan nama seorang legenda sepak bola dunia asal Argentina. Pesepak bola yang satu ini tercatat telah merumput sebanyak 91 kali selama masa kariernya sebagai pemain Tim Nasional Argentina. Sementara, untuk kariernya selama di club-club sepak bola, ia tampil sebanyak 492 kali. Sayang, tahun lalu, di usianya yang 60 tahun, namanya dibubuhkan pada batu nisan makamnya. Nama itu tereja menjadi Maradona.
Aku ini calon si raja dangdut
Lebih terkenal dari
Si Maradona
Terus, apa hubungannya antara Pangeran Dangdut dengan Maradona ya? Rupanya, penyebutan nama Maradona nggak asal sebut. Di era 90an, nama itu kerap jadi bahan obrolan di hampir semua tempat. Bahkan, di dinding toilet umum pun kadang namanya digoreskan oleh seseorang yang suka corat-coret di dinding toilet umum. Betapa keisengan itu semakin membuktikan bahwa nama Diego Maradona memang besar.
Ada banyak alasan untuk mengakui kebesaran nama Maradona. Salah satunya saat ia berlaga di Piala Dunia tahun 1986 yang digelar di Meksiko. Ia ditunjuk sebagai kapten tim kesebelasan Argentina saat melawan Inggris pada babak perempat final. Saat itu ia mengambil kesempatan dengan tampilannya yang memesona. Ia melakukan sprint sambil menggiring bola dari tengah lapangan, memperdaya 5 orang pemain Inggris (Glenn Hoddle, Peter Beardsley, Steve Hodge, Peter Reid, dan Terry Butcher), lantas berhasil membuat kiper andalan Inggris, Peter Shilton, harus mengakui kehebatan sang bintang lapangan. Kerennya lagi, itu semua dilakukan hanya dalam waktu kurang lebih 10 detik! Busyet!
BACA JUGA: Lagu “Jagad Anyar Kang Dumadi”-nya Soimah itu Lagu Religi Apa Bukan Sih?
Kelincahan Maradona di lapangan tak diragukan. Di saat yang sama, ia juga menciptakan gol paling kontroversial di dunia, yang kemudian disebut sebagai gol “tangan Tuhan”. Ia mencetak gol dengan trik yang mampu mengelabui wasit dan para hakim garis. Dengan gerakan yang cepat, saat mencapai kotak penalti lawan, ia berebut bola dengan sang kiper. Keduanya dalam jarak yang rapat. Mereka sama-sama melompat untuk meraih bola. Tetapi, gerakan Maradona begitu cekatan. Bola yang melambung itu tak dapat ia raih dengan sundulan kepalanya. Dengan cepat pula ia kemudian mengayunkan tangan kirinya ke atas dan mengenai bola hingga akhirnya terciptalah gol.
Sesaat setelah peristiwa gol itu, seketika ia memainkan sandiwara di atas lapangan. Ia langsung saja melakukan selebrasi atas gol yang dicetaknya. Akting itu pun berhasil meyakinkan wasit dan para hakim juri. Sekalipun awalnya wasit Ali ben Naser sempat ragu, namun para hakim garis mengonfirmasi gol tersebut. Lalu, gol kontroversial itu pun disahkan.
Begitulah, Maradona. Pesepak bola yang punya pesona luar biasa masa itu. Nggak mengherankan jika namanya kerap disebut-sebut. Di era 90an, kariernya sedang nanjak-nanjaknya. Saat itu, tak ada nama lain yang dapat menandingi kepopuleran nama Maradona.
BACA JUGA: Rekomendasi Film Korea yang Cocok Dinikmati di Akhir Pekan
Sampai kini pun, para pencinta sepak bola di belahan dunia mana pun sudah bisa dipastikan tahu nama Maradona. Bahkan, orang yang nggak hobi nonton bola pun tahu namanya. So, penyebutan nama Maradona dalam lirik lagu “Pangeran Dangdut” boleh dikata menjadi penegasan atas popularitas sang bintang lapangan berkebangsaan Argentina itu.
Secara tersirat, penyebutan nama itu juga menandai jika sang legenda sepak bola asal Argentina adalah sosok yang inspiratif bagi hampir semua orang di muka bumi. Tak pandang beda usia atau beda generasi. Meski tanpa rapat RT, semua orang sepakat menganggap Maradona sebagai the legend. Dan, lagu “Pangeran Dangdut” mengabadikan namanya.
Maradona adalah sosok pria beruntung. Ia mendapatkan anugerah luar biasa berupa skill bermain sepak bola berkualitas tinggi. Skill itu makin terasah ketika ia menyadari postur tubuhnya yang relatif tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan pemain-pemain lainnya. Sekalipun sedikit tambun, kecepatannya tidak bisa diragukan lagi. Driblenya juga baik.
Kemampuan inilah yang membuatnya semakin dibutuhkan klub-klub sepak bola. Bahkan, jadi rebutan. Nggak jadi rebutan gimana, wong Pangeran Dangdut saja sampai ingin lebih terkenal dari Maradona. Jika perlu, nama Maradona diganti dengan nama sang Pangeran Dangdut.
BACA JUGA: Bagus Mana, Belajar Bahasa Inggris Melalui Aplikasi atau Kursus?
Hingga kematiannya, 25 November 2020 lalu, orang-orang seantero jagat merasa kehilangan sosoknya yang lincah itu. Namanya tercatat dalam sejarah sepak bola. Menjadi ingatan bagi para pencinta bola, lebih khususnya bagi warga Argentina.