KOTOMONO.CO – Setiap Imlek tiba, masyarakat Etnis Tionghoa Pekalongan akan merayakannya dengan suka cita. Imlek adalah Perayaan Tahun Baru menurut kalender Tionghoa. Sama seperti tahun baru masehi yang selalu disambut dengan meriah dan penuh pengharapan. Keluarga yang jauh di perantauan akan datang kembali ke kampung halamannya untuk berkumpul dan merayakan imlek bersama keluarga.
keceriaan dan eauforia tahun baru imlek akan berlangsung selama 15 hari lamanya. Berbagai macam acara maupun perayaan besar akan digelar pada hari terakhir atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Cap Go Meh. Pada perayaan cap go meh inilah akan digelar sangat meriah dan paling ditunggu.
Pengertian Cap Go Meh
Kata Cap Go Meh dari bahasa Hokkien: 十五暝 yang melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari perayaan Tahun Baru Imlek bagi masyarakat etnis Tionghoa yang ada di seluruh dunia. Istilah Cap Go Meh ini berasal dari dialek Hokkien, secara harafiah arti Cap Go Meh ialah hari kelima belas dari bulan pertama imlek (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam), jadi masa perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas hari lamanya.
Perayaan Cap Go Meh ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan yang disambut antusias bagi komunitas masyarakat Tionghoa. Tak terkecuali di Kota Pekalongan. Sebagai puncak Perayaan Cap Go Meh di Pekalongan, masyarakat Tionghoa Pekalongan yang menempati kampung pecinan menyelenggarakan Pawai atau disebut Gi Ang. Perihal pawai Gi Ang ini sudah pernah saya bahas pada tulisan tahun lalu yang berjudul Tradisi Pawai Cap Go Meh Pekalongan, Dan sebagai pelengkapnya, saya muat pada tulisan kali ini.
Tahun 2017 ini, perayaan cap go meh 2017 di Pekalongan diadakan pada hari Jumat, tanggal 10 Februari 2017 lalu. Acara mulai sekitar jam 1 siang dan berakhir ketika matahari tenggelam atau waktu maghrib tiba.

Pawai berpusat di area Klenteng Po An Thian di Jalan Belimbing, kemudian berjalan dengan rute keliling Pecinan Pekalongan melewati Jalan Blimbing, Jalan Bandung, Jalan Pemuda, Jalan Hayam Wuruk, Jalan Hasanudin dan jalan Sultan Agung terus kembali ke Klenteng Pho An Thian Pekalongan.
Baca : Sejarah Klenteng Pho An Thian Pekalongan
Acara Cap Go Meh di Pekalongan memang acara yang menarik dan merupakan salah satu acara yang paling ditunggu warga masyarakat. Bagaimana tidak, adanya komunitas Tionghoa di Kota Batik ini melengkapi kebinekaan yang ada di Nusantara sejak zaman dahulu. Bisa dibilang Pekalongan merupakan salah satu contoh kota dengan nilai kebinekaan dan toleransi antar umat yang sempurna di Indonesia. Letak Kampung Pecinan berlokasi tak jauh dari Kampung Arab, Kampung Bugis, dan Jawa. Berbagai macam tempat ibadah mereka berdekatan satu sama lain. Hidup rukun saling menghormati sangat dijunjung tinggi di Pekalongan.
Dengan adanya pawai Gi Ang dalam penutupan perayaan tahun baru imlek atau hari cap go meh di Pekalongan akan disaksikan dan diramaikan tak hanya oleh komunitas Tionghoanya sendiri melainkan masyarakat Jawa dll pun ikut andil. Inilah bukti keberagaman dan solidaritas yang memperindah keharmonisan hidup di Indonesia khususnya Pekalongan.

Acara pawai Gi Ang ini dihadiri para Pejabat Seperti Ketua DPRD Kota Pekalongan yang kebetulan dijabat dari etnis Arab, Walikota Pekalongan dari Jawa, Tokoh Masyarakat dari Etnis Tionghoa dan Tokoh Lintas Suku dan Agama yang di Kota Pekalongan.
Perayaan pawai cap go meh ini dimulai dengan menyalakan petasan yang menjadi khas pada tradisi Tionghoa, dilanjutkan dengan prosesi mengarak Dewa kepercayaan Tionghoa yang ditempatkan di Klenteng Po An Thian keliling pecinan. Dewa-dewa ini disebut dengan Topekong. Ukuran Topekong (Dewa dengan full hiasan dan rumahnya) ini sangat besar dan mempunyai berat puluhan kilogram. Jadi Topekong diangkut oleh 5 sampai 10 orang untuk bisa berkeliling memberkati umat, dengan gerakan berputar dan berayun-ayun.
Ada sekitar 8-an topekong yang diarak diiringi dengan musik khas tionghoa, namun ada yang menarik disini pada salah satu Topekong yakni Dewi Kuan in yang mengiringi justru musik tradisional calung yang booming di wilayah selatan jawa.
Baca : 10 Bangunan Bersejarah di Kawasan Budaya Jetayu Pekalongan
Pawai cap go meh juga diisi oleh rombongan barongsai, liong naga, grup musik (drum band), dan Cosplay ikon khas Tionghoa atau disebut “Cengge” seperti rombongan Kera Sakti Sun Go Kong yang sangat populer dan banyak dikenal oleh masyarakat luas.

Atraksi dari Barongsai dan Liong Naga berhasil memukau penonton yang memadati Klenteng sedari awal mulai acara. Masyarakat Tionghoa yang berada di sekitar pecinan atau jalur pawai akan menggantung angpao (amplop merah berisi uang) di atap teras rumah mereka. Para Barongsai ini akan melakukan gerakan akrobatik yang atraktif dalam mengambil angpao tersebut. Atraksi ini yang ingin dilihat masyarakat, tak heran jika mereka jauh-jauh datang hanya ingin melihat aksi Barongsai ini.
Perayaan Cap Go Meh 2017 di Pekalongan menjadi hiburan dan tontonan tersendiri bagi ratusan orang dari berbagai kalangan yang datang. Ini merupakan modal yang bagus untuk sektor kepariwisataan Kota Pekalongan, dimana Perayaan Cap Go Meh atau pawai Gi Ang ini bisa semakin bagus dan terus menarik orang untuk datang ke Pekalongan setiap tahunnya. Kemeriahan Cap Go Meh Pekalongan tak kalah dengan perayaan-perayaan cap go meh Imlek daerah lain seperti Cap Go Meh Bogor, Cap Go Meh Singkawang, Cap Go Meh Semarang dan lain-lain.
Dengan terus didasari semangat kerja keras, kebersamaan dan solidaritas, semua itu bisa terwujud menjadikan Pekalongan sebagai Tujuan Wisata Budaya yang semakin diminati orang dalam negeri maupun luar negeri.
Salam Cinta Pekalongan