KOTOMONO.CO – Masa pandemi yang tak jelas pasti kapan akhirnya berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Dampak itu dirasakan di semua sektor. Dan yang paling merasakan dampak buruk itu adalah para buruh pabrik maupun karyawan swasta.
Sudah pasti, PHK, selain menjadi ancaman juga melahirkan masalah baru bagi mereka yang sudah resmi di-PHK. Lantas, apakah masalahnya selesai sampai di sini? Ternyata tidak. Bagi mereka yang ter-PHK, masalah baru yang mereka hadapi adalah menemukan cara terbaik untuk bertahan hidup. Namun, bagaimana bisa bertahan sementara sebagian warga yang selama ini menjalankan usaha pun terancam gulung tikar?
Para pedagang asongan ataupun pedagang kaki lima yang ada di pinggir-pinggir jalan tidak bisa mengelak dari dampak buruk masa pandemi ini. Sementara, kebijakan yang mestinya menjadi pijakan yang penuh kebijaksanaan pun kadang bernada sumbang. Lahirlah kemudian nyanyian-nyanyian pilu di sepanjang tepian jalan. Tertekan oleh keadaan yang tak menentu.
Suara sumbang itulah yang kemudian ditangkap sekelompok mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Diponegoro. Mereka kemudian berinisiatif melakukan sebuah aksi yang mereka namai sebagai social project, “Bangga Donasi”. Sasaran mereka, membantu para pedagang kaki lima yang terdampak pandemi Covid-19, khususnya di wilayah Semarang, Jawa Tengah.
Melalui gerakan “Bangga Donasi” yang telah digaungkan sejak 10 April 2021 lalu, mereka berhasil menghimpun dana sebesar Rp 2.167.962. Angka ini terhimpun pada tanggal 22 Mei 2021 lalu, yang juga melibatkan 96 donatur. Dari dana itu mereka lantas menggerakkan aksi bagi sembako kepada pedagang kecil di pinggir jalan yang terdampak pandemi.
Paket sembako yang dibagikan berisi kebutuhan pokok. Seperti beras, gula, mie instan, minyak, biskuit, dan teh. Sedang pendistribusian paket sembako tersebut dilakukan secara bertahap.
Tahap pertama, dilaksanakan pada 6 Mei 2021 dengan membagikan 10 paket sembako kepada PKL (Pedagang Kaki Lima) di sekitar Banyumanik, Semarang. Sedang tahap kedua, dilaksanakan pada 23-25 Mei 2021 dengan mendistribusikan 25 paket sembako kepada Pedagang sekitar Jatisari, Mijen, dan Tembalang, Kota Semarang. Secara keseluruhan, total paket sembako yang telah didistribusikan hingga tanggal 25 Mei 2021 ada sebanyak 35 paket.
Edi, salah seorang dari penerima bantuan sembako yang sehari-harinya berjualan susu keliling mengaku, pandemi telah membuat usahanya diambang kepunahan. Jika sebelumnya ia memiliki pelanggan setia anak-anak siswa SD dan SMP, maka selama masa pandemi, dengan kebijakan pemerintah yang menghentikan aktivitas sekolah, membuat ia kehilangan banyak pelanggan. Akibatnya, pendapatannya turun drastis. Nyaris tak ada pemasukan.
“Sebelum pandemi, biasanya saya bisa mendapatkan Rp 50.00 per harinya. Sekarang, sejak aktivitas sekolah ditutup, pendapatan saya cuma Rp 20.000 per hari,” keluh Edi di sela-sela menjalani pekerjaan sehari-harinya.
Edi barangkali hanya segelintir orang yang mengalami nasib kurang menguntungkan. Ia hanya salah seorang dari sekian banyak pedagang lain yang mungkin saja senasib sepenanggungan. Tetapi tidak menutup kemungkinan pula jika dampak pandemi membuka ceruk yang lebih dalam dan luas bagi pedagang-pedagang kecil lainnya. Nasib mereka bisa saja lebih buruk dari Edi.
Kalaupun mereka menuntut kepastian, sudah tentu jawaban yang mereka terima juga bukan jawaban. Sebab, sampai detik ini belum ada pernyataan tegas mengenai akhir dari pandemi. Sebaliknya, dengan merebaknya kabar serangan Covid varian baru di sejumlah negara, terutama India, membuat keadaan kembali goyah. Sikap pemerintah yang kembali memperketat aturan protokol kesehatan seakan-akan memberi sinyal jika masa pandemi masih akan diperpanjang sampai entah kapan.
Tersebab itu, Riesma Laylinisa, Ketua Proyek “Bangga Donasi” menyatakan, bantuan sembako untuk para PKL (Pedagang Kaki Lima) di Semarang akan terus dilakukan selagi donasi masih terus berjalan. “Akan ada distribusi selanjutnya, mengingat periode open donasi masih berjalan. Untuk tempat pendistribusian kembali lagi pada fokus kita yaitu PKL (Pedagang Kaki Lima) di wilayah Semarang, baik Semarang atas seperti Banyumanik atau Tembalang, maupun Semarang bawah seperti Mijen dan Cangkiran ataupun pusat kota,” Ungkap Riesma.
Gerakan Bangga Donasi ini akan terus dibuka untuk menerima donasi hingga 31 Mei 2021 agar semakin banyak donasi terkumpul guna membantu para PKL (Pedagang Kaki Lima) yang terdampak pandemi Covid-19, khususnya di Wilayah Semarang.