KOTOMONO.CO – Sekalipun harus menahan napas panjang, tampaknya sektor perhotelan di Kota Pekalongan masih cukup bisa bertahan. Aturan PPKM yang ketat selama berbulan-bulan itu sempat melesukan sektor yang boleh dibilang sangat diandalkan Kota Pekalongan. Bahkan, nyaris kehilangan daya.
Selain sepi pengunjung, kelesuan yang dirasakan juga diakibatkan oleh beban yang mesti ditanggung. Biaya operasional yang terus saja melambung tak berimbang dengan pemasukan yang memadai. Penghematan menjadi langkah praktis yang realistis. Aktivitas rutin karyawan pun terpaksa jadi pilihan.
Tentu, hal itu membawa dampak psikologis yang cukup berat. Tak hanya bagi karyawan, termasuk bagi keluarga mereka yang kebutuhan sehari-harinya mesti tercukupi. Belum lagi, lonjakan harga-harga kebutuhan pokok yang tak diduga-duga.
Rasa-rasanya, situasi itu membuat seulas senyum sulit mengembang di bibir. Padahal, setiap kali mereka menyambut pengunjung, selalu dituntut untuk bersikap ramah dan menyenangkan. Tak peduli apakah sedang punya masalah dengan pacar, istri/suami, atau dengan keluarga.
BACA JUGA: Pakai Online Travel Fair Santika Pekalongan Kamu Bisa Work From Hotel & Staycation Dengan Nyaman
Biar begitu, rupanya mereka masih menjunjung tinggi profesionalisme dalam bekerja. Sikap ramah masih saja mereka berikan kepada setiap pengunjung. Tak pandang bulu, siapa yang berkunjung. Apakah ia orang berkelas atau sekadar tukang las, tetap mereka tak ingin menyambut mereka dengan dahi berkerut apalagi sampai cemberut.
Ya ya ya, begitulah cara mereka menjalankan profesi mereka dengan sesempurna mungkin. Membuat setiap pengunjung terkesan dan memberi kesan baik pula bagi tempat mereka bekerja. Sebuah sikap yang patut dan layak mendapat apresiasi.

Kini, agaknya mereka, dan juga tempat mereka bekerja, dapat sedikit bernapas lega. Setelah Pemerintah Kota Pekalongan, secara berangsur, melonggarkan aturan PPKM. Tercatat sejak bulan Juli lalu, secara bertahap pelonggaran itu mulai diberlakukan, sejalan dengan penggenjotan vaksinasi yang diharapkan mampu mencapai target yang sudah ditentukan. Selain itu, angka kasus terkonfirmasi Covid-19 perlahan-lahan juga terus melandai.
BACA JUGA: Senyum Ramah Perhotelan di Kota Pekalongan Merekah Lagi
Sejak itu pula, gerak perputaran roda ekonomi berangsur menggeliat. Ruang-ruang bisnis yang sempat lengang, kembali menemukan kegairahan, meski harus digerakkan secara perlahan. Begitu pula sektor pariwisata, kembali menemukan keceriaannya.
Pintu-pintu hotel di sejumlah kota tujuan wisata, seperti di Bali atau Yogyakarta, mulai sibuk dengan lalu lalang pengunjung yang datang silih berganti. Lampu-lampu kamar hotel kembali terang. Pun dengan kesibukan para housekeeper yang dengan penuh semangat merapikan kamar-kamar yang terpesan.
Aroma bumbu yang menguar di dapur hotel pun tak tertahan lagi. Para juru masak kembali beraksi dengan segala macam peralatan tempurnya, menjalankan berbagai macam eksperimen resep baru yang boleh jadi terilhami oleh situasi selama pandemi. Mereka berusaha menyajikan menu-menu istimewa yang akan membawa rasa bahagia bagi penikmatnya.
Tentu, naiknya kurva tingkat hunian ini memberi kegembiraan bagi para karyawan hotel. Serasa mereka menemukan hidup kembali. Menemukan kebahagiaan dalam tikaman rindu yang berjuta rasa, berjuta warna pula.
Apalagi, dengan pelonggaran itu, sejumlah kegiatan masyarakat juga mulai diizinkan untuk diselenggarakan di hotel. Mulai dari acara wisuda, perpisahan, reuni, resepsi pernikahan, seminar, workshop, meeting, dan sebagainya.
Kesibukan ini membuat langkah kaki para karyawan hotel tampak lebih lincah dari sebelumnya. Gerak tangan mereka juga menunjukkan semangat yang dijiwai rasa optimis. Dan tentu, senyuman mereka menjadi lebih lepas tanpa beban.
Pun demikian yang terjadi pada sejumlah hotel di Kota Pekalongan. Kurva tingkat huniannya berangsur naik. Kegiatannya pun mulai semarak. Hanya, memang tak bisa disebandingkan dengan Bali atau Jogja.
Seperti kita tahu, Kota Pekalongan kerap dijuluki kota transit. Kota ampiran. Terutama, bagi para pebisnis atau pekerja yang memang memiliki keperluan di kota ini. Namun jangan salah, sekalipun dijuluki kota transit, boleh dibilang Kota Pekalongan punya posisi yang strategis dalam urusan bisnis.
Kalau diumpamakan dengan organ tubuh manusia, kota ini adalah jantungnya bisnis. Makanya, dengan luasan wilayah yang tak terlalu luas, kota ini punya peran penting bagi kelancaran sirkulasi bisnis. Bahkan, dalam catatan sejarah, kota ini pula yang di era Pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda menjadi titik sentral distribusi produk gula, kopi, teh, dan komoditas lainnya.
Tak heran jika di kota ini terdapat Kantor Pos besar yang sempat ditulis oleh seorang sastrawan kondang, Pramoedya Ananta Toer. Selain itu, ada Kantor Administrasi Industri Gula (sekarang Museum Batik Pekalongan) yang dulu mengurusi distribusi gula sampai ke Eropa. Juga ada Stasiun Kereta Api, Kantor PTPN yang di zaman Belanda mengurusi hasil pertanian/perkebunan, Pelabuhan yang cukup besar kala itu, serta ditunjuk sebagai pusat Karesidenan Pekalongan. Belum lagi peninggalan-peninggalan lainnya yang tak kalah penting juga.
Makanya, kalau sempat mengunjungi Kota Pekalongan ada baiknya juga menjelajah sudut-sudut kota ini. Banyak hal yang bisa dipelajari di sini. Lebih-lebih soal bisnis. Di sini, ada banyak tokoh pionir bisnis berkelas yang turut serta berkontribusi bagi pergerakan perjuangan bangsa, salah satunya almarhum H. Djunaid (kakek dari Pak Aaf/Walikota sekarang).
Yang tak kalah menarik adalah kekayaan ragam kulinernya. Menu-menu khas Pekalongan cenderung dipengaruhi oleh pembauran elemen-elemen kebudayaan dari bangsa-bangsa yang menghuni kota ini. Arab, Tiongkok, Jawa, India, Bugis, Madura, Sumba, Eropa, dan lain sebagainya.
Amat sayang jika tak sempat mengunjungi kota bersejarah ini. Sebab, kunjungan Anda akan disambut ramah oleh seluruh karyawan Hotel Santika Pekalongan yang siap melayani saat Anda memilih untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran Anda di hotel bersertifikat CHSE ini. Letaknya juga strategis. Tak jauh dari pusat kota, tepatnya di seberang Stasiun Kereta Api Pekalongan yang bersejarah itu.

Tapi ingat, tetap patuhi protokol kesehatan. Maklum, musim pandemi belum berganti. Seperti dituturkan GM Secretary & Public Relation Hotel Santika Pekalongan, Dahlia, “Walaupun kasus terinfeksi sekarang sudah turun, dan tingkat presentasi vaksinasi terus naik setiap harinya, kami tetap berkomitmen untuk menjalankan protokol kesehatan sesuai standar selama di area Hotel Santika Pekalongan.”
BACA JUGA: Staycation di Hotel Santika Berasa di Rumah Sendiri!
Tentu, standar ini termasuk penyemprotan disinfektan pada telapak alas kaki pengunjung saat memasuki hotel, penggunaan handsanitizer, pengecekan suhu tubuh, penggunaan masker di area publik, dan buffet breakfast dengan cara diambilkan oleh petugas. Selain itu, penyemprotan disinfektan juga diberlakukan di tiap kamar dan pencucian alat makan dengan cara khusus untuk menghindari kuman dan bakteri. Seluruh karyawan juga sudah divaksinasi, dosis dua pula.
“Pastinya, hal ini di lakukan agar tamu-tamu kami merasa tetap aman dan tetap menjaga kepercayaan tamu kepada kami,” tutur Dahlia.
Oh iya, di Hotel Santika Pekalongan tersedia 109 kamar dengan berbagai macam tipe. Juga disediakan 5 meeting room yang dapat digunakan untuk keperluan meeting maupun gathering. Ada juga Grand Ballroom yang dapat digunakan untuk acara pesta pernikahan.
Yuk! Datang ke Kota Pekalongan. Siapa tahu, cuan makin lancar, bisnis makin bersinar, wajah pun makin berbinar.
========
Penulis : Ribut Achwandi