KOTOMONO.CO – Perjuangan baru akan dimulai, masih panjang dan sangat melelahkan perjalanan perang kita kedepan, sebab musuh-musuh kita sulit untuk kita kenali jika kita sendiri belum mau mencoba belajar mengenali siapa sesungguhnya diri kita sendiri.
Hampir kebanyakan orang menyangka setelah ramadhan selesai kemudian bertemu dengan hari kemenangan, dan setelah menang usai sudah perjuangan itu. Menerut Mbah Kisut justru ini adalah awal dari peperangan, ramadhan hanyalah medan latihan saja, setelah ramadhanlah kita akan turun ke gelanggang pertempuran yang sesungguhnya.
Sore itu digardu dekat sawah, Mbah Kisut tak seperti biasanya, beliau ngudar satu persatu ilmu yang ternyata ada dibalik dari sebuah syi’ir yang sering kita dengar namun sering pula kita sepelekan. Seperti biasa Mbah Kisut mengawali semuanya dengan sruputan kopi terlebih dahulu, setelah tadi agak kenceng Mbah Kisut mengeluarkan unek-unek nya tentang keadaan negeri yang sedah terkena tipu daya wabah, namun saya tidak mau mengulas ini, saya akan sedikit berbagi soal syi’ir yang dibacakan Mbah Kisut dengan nada yang indah walaupun usia beliau sudah tidak lagi muda.
BACA JUGA: Corona Dalam Tahap Ayat Allah Yang Bersifat Muqoththo’ah
Mbah kisut menarik nafas kemudian melantunkan satu bait sya’ir “Asshalatu wassalamun ‘alaik, ya imamal mujahidin, ya Rasulallah”, merdu sekali ternyata suara Mbah Kisut, kemudian beliau bertanya pada saya, apakah tahu dibalik syai’ir ada pesan apa?. Saya hanya bisa menggeleng kepala saja, karena memang saya tidak pernah tahu, bahkan saya lebih sering tidak ngubris ketika mendengar sya’ir itu yang setau saya itu adalah sholawat tarahim.
Kemudian Mbah kisut pelan-pelan menjelaskan, bait itu kurang lebih artinya ” Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu, duhai pemimpin para pejuang, ya Rasulallah “, dari bait itu memberi tahu umat islam bahwa Rasul adalah pemimpin para pejuang, dan kita inilah sebagi umatnya adalah pasukan yang harus terus berjuang setiap hari mengalahkan musuh-musuh kita, terutama nafsu yang ada dalam diri kita, sebab nafsulah musuh terberat kita, Rasulullah pun banyak menghabiskan waktunya untuk bersujud dan berserah diri agar nafsunya dapat terkendali, bukan saja saat bulan ramadhan sholat lebih diperbanyak dan amalan-amalan laik diperbanyak, justru setelah ramadhanlah harus semakin memperbanyak amalan untuk bisa menghilangkan nafsu dalam diri kita.
Tak berhenti lama Mbah Kisut kembali melantunkan bait kedua, ” Ashalatu wassalamun ‘alaik, ya nashiral haqqi Ya Rasulallah “, Bait yang ini adalah hal yang dicontohkan Rasulullah dan kini banyak di sepelekan oleh umatnya bahkan ditinggalkan oleh umatnya, Bait ini artinya ” Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu, duhai penolong kebenaran, ya Rasulallah “. Saat ini umat muslim banyak meninggalkan kebenaran, banyak orang pintar namun enggan melakukan atau menegakkan kebenaran. Rasul adalah contoh tauladan yang sangat mengutamakan kebenaran, Beliau selalu menolong hal-hal yang benar, Beliu selalu didepan untuk mengatakan yang Haqq dan Beliau juga akan keras terhadap hal yang bathil, Bahkan pada suatu ketika Rasul pernah mengumpamakan ” Jika putriku Fatimah mencuri, diapun akan kupotong tangannya. ” Sebegitu keras dan teguhnya prinsip Rasul akan kebenaran.
Di akhir zaman ini kita kehilangan nilai – nilai kebenaran dalam segala hal, semua dimanipulasi dan direkayasa demi kepuasan satu golongan dan golongan lainya untuk memenuhi hasrat nafsu keserakahannya. Harusnya umat islam pasca ramadhan bisa lebih kuat dalam berjuang bukan malah gembira dan lupa bahwa perjuangan belum selesai. Mulailah dengan berjuang melawan musuh didalam dirimu sendiri kemudian belajarlah menjadi penolong kebenaran dari lingkup terkecil yaitu keluargamu.
Mbah Kisut lalu menyruput kopinya lagi dan berkata cukuplah itu dulu kamu cerna dan kamu renungkan, kapan-kapan kita ngopi lagi dan belajar dari hal-hal yang sederhana, yang sering terlupakan olehmu padahal kamu sering mendengarnya seperti sholawat tarahim itu.
Dari obrolan itu saya langsung searching tentang sholawat tarahim dan bolak-balik saya mencoba memahami dengan keterbatasan ilmu yang saya miliki, ternyata selain sholawat tarahim itu mendalam artinya, ketika kita dengarkan dengan tenang, sholawat tarahim sangat menggetarkan hati seakan mengajak kita untuk bangkit dan semangat untuk maju perang melawan musuh(nafsu) seperti gagahnya Rasul melawan musuh-musuh itu dan menegakkan kebenaran.