KOTOMONO.CO – Tulisan saya minggu lalu yang berjudul Demi Ketenangan Hati, Jika Ketemu Manusia Ini di Jalan, Hindari Saja! menuai banyak komentar anak jalanan. Bukan Boy atau Reva tempo jaman itu ya, melainkan kawan-kawan saya yang saban hari harus hilir mudik jalan raya.
Karena merasa relate, sambutan mereka ini luar biasa. Selain mengaminkan tulisan saya, ternyata mereka juga menjumpai beberapa tipe pengendara lain yang nggak kalah menyebalkan tapi belum saya catutkan. Saya pikir, ada benarnya juga ide keluhan mereka ini.
Jadi untuk itulah berikut saya beberkan sederet tipe susulan yang wajib kamu hindari saat di jalan. Ingat, demi kedamaian hatimu karena tipe-tipe ini cuma bisa bikin gondok.
Si Paling Fast Respon
Tipe susulan yang menjengkelkan pertama adalah si paling fast respon. Mungkin kamu pernah atau masih menjadi salah satunya. Mereka adalah spesies human yang paling nggak bisa meninggalkan handphone-nya. Bagaimana pun kondisinya, yang penting cepat tanggap!
Kalau cepat tanggapnya pakai aksi nanti jadi korupsi dana umat. Eh? Lupakan, ayo kembali ke jalan lurus. Kalau mereka memang harus fast respon menanggapi entah apa yang ada di HPnya, bisa lho mlipir sebentar, minggir sambil berteduh membalas pesan-pesan super pentingmu itu.
Lagian, apakah ada yang lebih penting selain keselamatanmu di jalan? Beberapa dari mereka sih ada yang tampak sudah pro memainkan handphone sambil berkendara. Mungkin karena saking terbiasanya. Tapi tetap saja ini nggak dianjurkan. Dalam sepersekian detik saat mata kamu fokus ke layar HP, ada peluang kecelakaan yang mungkin nggak kamu perhitungkan.
Kamu tahu, nggak? Menurut catatan Korlantas Polri sebagaimana juga dilansir Kompas, tahun 2022 sudah ada 94.617 kasus kecelakaan sepanjang Januari-September 2022. Angka itu naik 34,6 persen dari 2021. Dan menggunakan telepon genggam menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan.
BACA JUGA: Berkat Pengalaman Kena Tilang Elektronik, Saya Jadi Tahu Kelemahannya
Lagi pula berkegiatan lain saat berkendara juga sebetulnya telah dilarang. UU Nomor 22 Tahun 2009 pasal 283 menyebutkan, bahwa yang intinya, siapa pun yang melakukan kegiatan lain saat berkendara dan mengganggu aktivitas berkendara, maka akan dipidana tiga bulan penjara atau denda paling banyak Rp750 ribu.
Ayolah, selagi berkendara simpan dulu hapemu. Pantau trading, jualan online, balesin ayang posesifnya nanti lagi. Demi keselamatanmu dan pengendara di sekitarmu juga. Apa kalau sudah kena tilang elektronik baru kapok dan mau berhenti?
Si Paling Plong
Sebelas dua belas dengan si tukang ngeludah, tipe ini benar-benar menjengkelkan. Mereka adalah orang yang dengan seenak jidatnya buang ingus pas lagi berkendara. Huaaaaaa. Ingus guys, lebih menjijikan dari ludah. Saya ingin menangis mengingatnya.
Jadi, salah satu komentar teman saya perihal tipe yang kudu bin wajib dihindari adalah si paling plong ini. Sebelumnya saya benar-benar nggak menyangka bakal ada manusia seperti itu karena tukang ngeludah bagi saya ada di kasta tertinggi untuk dihindari. Tapi ternyata, paginya saya justru jadi korban.
Sial. Benar-benar sial. Mood saya sedang baik-baiknya saat akan berangkat kerja. Tapi nahas, bapak tua itu melajukan motor dengan kecepatan sedang sambil buang ingus. Ke arah kanan pula. Duh gusti ingin rasanya memaki-maki tapi mau bagaimana lagi.
BACA JUGA: Pandangan ‘Wong Ndeso’ Terhadap Berkurangnya Lahan Persawahan
Nggak cukup sekali. Bahkan beliau ini buang ingus sampai tiga kali semburan karena mungkin ingin mendapatkan pernafasan yang plong. Tapi maaf nih, pak. Hidung anda jadi plong, tapi saya kesal setengah mati nggak bohong!!
Iya, saya tahu ingus itu kotoran yang harus dibuang. Dan justru karena kotoran itu lah, bapak, buang dengan benar. Bisa kan berhenti sebentar. Jangan sebarkan kotoran anda ke orang lain.
Saya nggak bisa menghitung kecepatan angin yang membawa lendir anda. Rasanya sudah seperti buah simalakama saja. Mau menghindar ke kanan kok ya ada motor lain. Tetap di jalan artinya menyerahkan diri menyambut virus. Duh pak, semoga lekas taubat deh.
Si Paling Dadakan
Kalau yang dadakan itu tahu bulat, kita masih bisa menikmatinya. Tapi kalau yang dadakan adalah kendaraan yang memotong jalan, apakah kamu masih sanggup bilang “mantap, enak lho”?
Si paling dadakan ini suka mendadak belok tanpa pasang lampu sein, mendadak pasang lampu sein dan belok sekalian, dan mendadak mak jedil dari gang tanpa mengamati keadaan. Mungkin tipe ini adalah orang dengan kepribadian spontan yang tidak suka perencanaan.
BACA JUGA: Keresahan Kaum Non Good Looking Atas Standar Buatan Sendiri
Tapi ya nggak seperti itu juga konsepnya, maemunahhh. Kamu siap dengan segala aksi dadakanmu, tapi kita, pengendara lain nggak siap dengan kejutanmu itu.
Lampu sein didesain sedemikian rupa nggak cuma biar kendaraan bermotormu kelap-kelip tok. Dari bahasanya saja, sein berarti tanda, isyarat, kode. Artinya lampu itu berfungsi sebagai penanda kalau kamu mau belok dan sebagai isyarat juga agar pengendara lain bisa bersiap-siap mengurangi kecepatan, minggir, atau bahkan berhenti. Gitu lho.
Si paling dadakan ini rawan bikin kecelakaan karena pengendara lain nggak bisa pasang kuda-kuda. Nah, kalau sudah gitu siapa yang salah? Pasang lampu sein agak jauhan dari rute belokmu nggak bikin rugi juga kok. Asal bukan ngasih tanda oke, tapi ternyata nggak bisa jadian. Lah?