KOTOMONO.CO – Nisyfu Sya’ban sudah lewat, artinya Ramadhan tinggal beberapa minggu lagi. Kalau mengacu kalender sih, kurang lebih empat belas hari lagi. Berasa cepat ya?
Mendekati bulan puasa, laman sosial media saya mendadak dipenuhi postingan pre order jajan lebaran. Mulai dari kue kering, snack kekinian yang penuh bumbu tabur, juga permen aneka macam. Tapi maaf nih, puasa aja belum kok sudah prepare jajan hari raya ya? Oh, namanya juga bisnis, biar nggak gedendapan kali ya.
Nah, iklan jajanan khas lebaran itu justru bikin saya teringat dan kangen panganan khas Ramadhan di daerah kami. Saya bilang khas karena memang jajanan ini seringnya bisa kami jumpai pas puasa saja. Kalau hari biasa, beberapa ada sih, tapi langka dan beda vibes-nya.
Langsung saja, berikut beberapa jajanan khas bulan puasa yang ada di daerah kami. Kalau kamu wong Batang dan sekitarnya mungkin bakal relate. Kita absen satu-satu ya.

Kroco Kuah
Olahan keong sawah, atau bisa juga disebut tutut adalah jenis jajan pertama yang saya ingat. Kroco—biasa wong Batang menyebutnya—mengingatkan saya pada Bapak yang kadang saat pagi di bulan Ramadhan menyempatkan diri pergi ke sawah untuk berburu hewan bercangkang itu. Saya sih nggak pernah ikut, tapi setiap kali Bapak pulang, saya selalu menyempatkan diri melihat filum mollusca tersebut.
BACA JUGA: 7 Makanan Khas Batang Yang Terkenal Enak dan Menggoda Selera
Di pasar pun, banyak penjual yang turut melapak keong sawah ini. Padahal kalau hari biasa, sangat sulit menemukan penjual keong di pasar daerah saya.
Ingat ya, kroco yang aman dikonsumsi yaitu kroco yang relatif kecil dengan cangkang berwarna gelap. Warna antara hijau kecoklatan. Bukan kroco dengan ukuran besar dan warna kuning kecoklatan. Kroco kuning, atau keong emas—bisa menyebutnya—tidak bisa dikonsumsi manusia alias beracun.
Dilansir dari Halodoc, keong yang biasa dikonsumsi saat puasa tadi mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, fosfor, kalsium, zink, zat besi, dan kalium. Dengan kandungan gizi tersebut mengonsumsi keong sawah baik untuk nutrisi otak, mendukung pertumbuhan tulang, meningkatkan sistem imun, memenuhi kebutuhan protein harian, dan mencegah anemia. Dengan ukuran kecil, tapi kandungan gizinya sangat lengkap ya?
Meskipun tidak setiap pagi berburu kroco, pengalaman saya melihat betapa repotnya mengolah kroco ini tidak akan pernah terlupakan. Jika jumlah kroconya banyak, Bapak menjualnya kepada pedagang makanan. Namun jika sedikit, tidak jarang diolah sendiri untuk dijadikan santapan setelah berbuka.
Apa pun olahan yang akan dibuat dari kroco, pada tahap awal perlu mencuci dan merebusnya berulang agar bersih dan tidak berbau lumpur. Kami biasa menyebutnya dengan ndut. Ndut, atau lumpur sawah baunya menyengat dan mengganggu. Jadi kroco yang hidup di sana perlu benar-benar bersih sebelum dimasak.
Pada hari biasa, olahan kroco kadang hadir sebagai lauk atau camilan. Dimasak sate atau oseng. Namun saat bulan puasa, penjual jajanan biasa mengolah kroco tanpa melepas cangkangnya dan berkuah. Kroco yang sudah bersih, dimasak dengan bumbu berupa siung bawang putih, bawang merah, kemiri, cabai, jahe, dan kunyit yang dihaluskan. Tambahkan daun salam, serai, dan lengkuas, tumis hingga harum.
BACA JUGA: Megono Khas Pekalongan Bukan Cuma Cecek, Berikut Jenis Lainnya
Untuk kuahnya sendiri, beri sedikit santan dan biasanya parutan kelapa ikut dicampurkan sekalian. Kadang ada juga yang menambahkan daun katu. Tapi ini opsional. Beri garam, cek rasa, dan pastikan enak ya.
Karena dimasak secara utuh, bercangkang, diperlukan usaha untuk mengeluarkan daging kroco dari cangkang menggunakan biting saat hendak memakannya. Ini adalah cara khas makan kroco kami. Selain kuahnya yang segar, ncutik daging kroco punya sensasi sendiri. Buat anak-anak, kegiatan ini cukup menyenangkan karena mereka seperti menemukan mainan.
Tapi, saat makan kroco kamu harus hati-hati. Jangan semua daging yang berhasil dicutik lantas kamu makan seutuhnya. Biasanya di ujung daging tersebut ada yang berwarna lebih pekat dengan tekstur lebih lembut. Bagian itu akan terasa pahit dan sedikit kasar. Nah, itu adalah kotoran kroco. Kadang seseorang yang sudah biasa makan kroco pun bisa lalai dan memakan bagian itu. Pokoknya, harus ekstra teliti.
BACA JUGA: Menikmati Nuansa dan Hidangan ‘Ndeso’ di Pawone Simbah
Pun dengan cangkangnya. Kumpulkan, dan jangan buang sembarangan. Cangkang kroco yang ringkih, rawan terinjak dan mudah melukai kaki. Jadi, pastikan buang di tempat aman. Hmmm. Jangan kaget, makan kroco khas puasa wong Batang cukup merepotkan tapi penuh sensasi kan?

Pedoyo
Jajan khas bulan puasa wong Batang selanjutnya yaitu pedoyo. Mungkin orang Pekalongan juga mengenal jajanan jadul ini. Dibuat dari mentimun yang direbus, pedoyo cocok dimakan dengan sambal cocol khasnya. Yang pasti, jangan salah memilih mentimun saat akan membuat pedoyo. Mentimun yang biasa dipakai adalah mentimun dengan warna hijau muda dan ukuran kecil.
Kalau kamu pergi ke pasar tradisional, biasanya penjual sayur akan menyediakan dua jenis mentimun. Yang pertama adalah timun dengan ukuran besar dan berwarna hijau pekat. Kedua, mentimun dengan ukuran lebih kecil dan warna hijau terang. Nah, jenis kedua yang cocok dijadikan pedoyo.
BACA JUGA: Jajanan Khas Bulan Puasa Wong Batang #2
Cara membuat pedoyo tidak terlalu repot. Cukup cuci mentimun hingga bersih, rebus selama beberapa menit, dan buat sambal. Sambal pedoyo juga sangat praktis. Hanya campuran sedikit terasi, garam, dan cabai sesuai selera pedasmu.
Pedoyo cocok dimakan sebagai camilan. Mentimun yang mengandung banyak air, bakal makin berlimpah kandungan airnya. Pokoknya, cocok banget deh dengan sambal cocol yang didominasi rasa asin dan pedas. Kalau kamu suka makanan segar, pedoyo bisa dicoba.
Di kampung-kampung sebenarnya pedoyo sudah jarang dijajakan. Tapi saat malam Ramadhan, jajanan ini masih hadir di beberapa warung daerah saya. Dijual bareng kerupuk usek sambal, dan cocok dinikmati setelah berbuka atau sehabis shalat tarawih.