KOTOMONO.CO – Belajar, merupakan kegiatan yang bisa dilakukan di mana saja, kapan saja. Baik disengaja maupun tidak. Selagi hidup, manusia pada dasarnya tak bisa lepas dari yang namanya belajar. Sebab, belajar merupakan proses berkelanjutan tanpa putus.
Kita bisa belajar dari pengalaman. Misalnya, ketika kita sedang minum teh panas, dalam keadaan yang agak terburu-buru, kita langsung meneguknya. Akibatnya, lidah kita melepuh.
Dari pengalaman tersebut, akhirnya kita bisa lebih berhati-hati. Kita tidak lagi terburu-buru ketika minum sesuatu yang masih panas. Walau itu hal kecil, pengalaman ini juga menjadi bagian dari proses belajar.
Tapi, rupanya pertanyaan tentang apa itu belajar tak jarang saya temui. Seorang kawan, sebut saja namanya Damar, pernah mengajukan pertanyaan, “Apa sih belajar itu? Apa sih yang dilakukan ketika sedang belajar?”
Sekilas, pertanyaan itu terkesan sederhana. Tapi, siapa sangka untuk bisa menjawabnya butuh waktu. Saya pun akhirnya membuka lagi KBBI Daring. Menurut kamus, istilah “belajar” searti dengan usaha untuk memeroleh kepandaian atau ilmu. Kata “belajar” berasal dari kata “ajar” yang artinya petunjuk yang diberikan kepada seseorang supaya mengetahui.
Sekait dengan pertanyaan kedua, belajar sebenarnya tak hanya membaca buku atau sejenisnya. Bisa juga dengan menyimak penjelasan guru atau mendengarkan ceramah. Singkat kata, akhirnya saya kibarkan bendera putih dan bilang, “Nggak tahu.”
BACA JUGA: Memangnya Ada “Pedagogi” Dalam Pembelajaran Jarak Jauh ?
Rupanya, Damar punya jawaban sendiri. Katanya, belajar itu mencakup empat hal. Yaitu, mengkaji, memahami, memaknai, dan menjalani. Bila salah satu di antaranya belum dikerjakan, belajar kita berarti masih kurang atau belum sempurna.
Mengkaji
Kata mengkaji bersinonim dengan menyelidiki atau memeriksa. Damar lantas menjelaskan, yang namanya mengkaji berarti memeriksa secara keseluruhan untuk mengetahui apa-apa yang sedang kita pelajari. Misal, untuk mempelajari sebuah sajian minuman kopi, kita perlu menyelidiki dari hulu sampai hilirnya.
Maka, yang kita selidiki adalah bahan-bahan yang digunakan untuk membuat minuman kopi. Bila perlu, kita selidiki pula kandungan zat kimia apa saja yang terdapat di dalam kopi.
Dengan begitu, akan diketahui jika minuman kopi terbuat dari biji kopi yang diproses. Sementara, dalam penyajiannya memiliki banyak variasi. Selain itu, kita juga tahu jika kandungan zat kimia dalam kopi itu ada kafein, magnesium, natrium, kalium, antioksidan, dan sebagainya.
BACA JUGA: Krisis Etika Mengancam Gen Z
Contoh lain, ketika kita mempelajari Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS). Maka, yang perlu kita selidiki adalah siapa yang membuat RUU tersebut dan memeriksa keseluruhan isinya. Tujuannya, untuk mengetahui isi dari RUU PKS, bagaimana bunyi ayat-ayat yang termaktub di dalam pasal-pasal tersebut.
Tapi, kata Damar, proses belajar tak berhenti sampai di sini. Masih kudu dilanjutkan dengan proses memahami.
Memahami
Memahami berangkat dari kata paham. Dalam konteks belajar, kata “paham” searti dengan “mengerti benar (akan)” atau “tahu benar (akan)”. Dengan kata lain, memahami merupakan proses belajar yang lebih mendalam dari sekadar mengkaji.
Saya masih akan menggunakan contoh yang sama. Kopi.
Dalam proses memahami, maka kita akan berusaha memeriksa siapa yang membuat kopi dan untuk apa kopi dibuat. Umpamanya, ada yang bilang, kopi itu diciptakan Tuhan. Tujuannya, untuk menjadi teman bagi orang-orang yang menimba ilmu.
BACA JUGA: Pelajaran yang Tak Didapat di Sekolah tapi Penting untuk Bekal Masa Depan
Karena sebelumnya kita sudah tahu bahan-bahan dan kandungan yang ada di dalam kopi, kita akhirnya jadi mengerti, bahwa tujuan diciptakannya kopi ternyata bisa dijadikan sebagai penambah energi dan melawan rasa kantuk.
Selain itu, minum kopi berguna juga untuk memelihara kesehatan otak agar tidak mudah pikun, memelihara kesehatan liver dan jantung. Bisa pula untuk memertahankan berat badan ideal. Bahkan, ada yang mengatakan bisa menurunkan resiko terkena penyakit, seperti diabetes tipe 2 dan parkinson.
Selain itu, kita juga tahu kalau kopi bisa membuat orang yang meminumnya jadi susah tidur, dada berdebar, meningkatkan tekanan darah. Sehingga orang yang mengalami hal tersebut disarankan untuk tidak terlalu banyak meminum kopi. Kurang lebihnya, ini yang dimaksud memahami.
Lalu, bagaimana dengan memahami RUU PKS? Kalau kita sebelumnya sudah mengetahui keseluruhan isi, bunyi ayat, dan pasal-pasal dalam RUU itu, paling tidak kita jadi mengerti bahwa sebab RUU PKS dibuat. Salah satunya, didorong oleh banyak kasus kekerasan dan pelecehan seksual. Tentu yang rentan jadi korban adalah perempuan dan anak.
Seperti beberapa hari belakangan, di kedai-kedai kopi, tak jarang kasus pelecehan seksual—terutama di lingkungan kampus—menjadi perbincangan yang serius. Korbannya, jelas mahasiswi dan pelakunya bisa saja dosen, bisa juga staf, atau mungkin juga mahasiswa.
BACA JUGA: Menumbuhkan Gerakan Literasi Tak Cukup dengan Gerakan Membaca
Efek traumatik bagi korban tak terhindarkan. Bahkan, korban bisa saja memutuskan berhenti kuliah. Mirisnya lagi, kalau sampai penyintas mendapatkan perisakan, ketika ia berusaha speak up.
Kasus serupa, sebenarnya berpeluang terjadi di mana saja. Di sekolah, rumah, atau bahkan tempat ibadah. Kasus ini tentu mencabik-cabik rasa kemanusiaan dan keadilan. Makanya, cukup jelas sudah mengapa RUU ini perlu segera disahkan.
Tentu, RUU ini bertujuan baik. Yaitu, menciptakan sistem mulai dari pencegahan, pemenuhan hak korban, pemulihan keadaan korban, hingga mengatur penanganan selama proses hukum. Nah, kurang lebihnya ini yang dimaksud memahami di dalam unsur belajar.
Memaknai
Tahap berikutnya, adalah memaknai. Artinya, memberi makna. Jika diurai, memaknai berkorelasi dengan upaya kita memberikan penilaian dan menangkap nilai apa yang bisa kita ambil atas suatu hal. Metode yang digunakan adalah dengan menyelidiki dampak dari suatu hal yang kita pelajari dengan mempertimbangkan apakah hal itu sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku.
BACA JUGA: Para Fresh Graduate, Plis Perhatikan 4 Hal Saat Menulis Surat Lamaran Kerja
Seperti kopi tadi, memaknai berarti kita akan menanyakan perlukah kita ngopi? Mengapa kita perlu ngopi? Atau mengapa kita tak perlu ngopi? Tentu hal itu tergantung bagaimana kita memberi makna pada kopi terhadap tubuh atau diri kita sendiri.
Umpamanya, bagi saya yang ngopi. Kopi saya jadikan teman di saat bersendiri. Kopi saya jadikan penghangat suasana saat sedang beramai-ramai. Saya juga minum kopi agar kandungan mineral di dalamnya bisa dimanfaatkan tubuh untuk memelihara kesehatan, baik itu otak, jantung, liver, dan sebagainya.
Sebaliknya, bagi yang tidak ngopi juga punya beberapa alasan. Misalnya, kita tidak ngopi karena kita mengalami kesulitan tidur, memiliki tekanan darah tinggi, atau dada yang sering berdebar. Sehingga, saat ngopi justru membuat keadaan diri kita semakin memburuk.
Begitu pula dalam memaknai pada RUU PKS. Apakah RUU ini sudah sesuai atau tidak dengan nilai dan prinsip dalam kehidupan kita. Bila kita sudah menemukan makna terhadap diri kita dari sesuatu yang sedang kita pelajari, maka yang terakhir baiknya juga kita jalani.
Menjalani
Menjalani berarti melakukan, mengerjakan, atau mengalami dari yang telah kita kaji, pahami, dan maknai. Bagian ini adalah yang paling sulit. Tapi, inilah esensi belajar, yaitu menjalankan apa yang telah kita pelajari.
Mungkin kita pernah mendengar, atau melihat, seorang yang berpengetahuan, berilmu, punya wawasan, dan mengerti dengan perkara-perkara sulit. Akan tetapi, perilakunya tidak sesuai dengan tutur katanya. Maka itu artinya, orang tersebut belum bisa menjalani apa yang telah dipelajari.
Begitulah kira-kira, mengenai empat hal di dalam belajar. Mengkaji, memahami, memaknai, dan menjalani. Dalam belajar, ada baiknya kita perhatikan dan sekaligus mengerjakan keempat unsur atau hal di atas. Akan tetapi, perlu digarisbawahi, bahwa keempat hal itu bukan dimaksudkan sebagai suatu kebenaran tunggal. Siapa tahu, Anda punya cara lain dalam belajar.