KOTOMONO.CO – Perspektif Semantik Dari Makna Lagu “Guna Manusia” Oleh Barasuara
Pemanasan global merupakan kerusakan lingkungan yang paling berdampak bagi bumi. Pemanasan global disebabkan menipisnya lapisan ozon. Hal ini memicu terjadinya suhu yang meningkat dan menyebabkan kekeringan, kebakaran hutan, ancaman kesehatan dan yang mungkin tidak kita sadari menyebabkan naiknya air laut. Isu yang sudah lama kita dengar yaitu akan ada beberapa pulau yang tenggelam akibat kenaikan air laut. Lalu apakah semua itu murni dari alam?
Peran manusia sendiri juga patut dipertanyakan ketika membahas soal isu pemanasan global. Apakah manusia sendiri justru menanggulangi terjadinya pemanasan global atau bahkan memperparah kondisi ini. Dari kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh manusia sudah bisa dilihat bahwa pemanasan global memang bisa terjadi dari ulah manusia sendiri. Misalnya saja dari kegiatan yang paling sederhana yaitu penggunaan kendaraan bermotor, emisi karbon dari penggunaan minyak menyumbang sepertiga dari seluruh emisi global. Kemudian terjadinya penebangan dan pembakaran hutan liar yang menyebabkan populasi hutan semakin menipis.
Dari adanya kegiatan manusia yang turut memperparah kondisi pemanasan global itu sendiri, sudah banyak yang membuka suara untuk mencegah dan mengingatkan sesama akan kesadaran lingkungan. Kegiatan ini disuarakan lewat kampanye, aksi sosial, bahkan beberapa karya sastra juga turut menyuarakan tentang pentingnya menjaga lingkungan. Beberapa karya sastra mengkritik atas ulah manusia yang turut memperparah kondisi pemanasan global lewat pesan tersirat yang terkandung didalamnya. Keahlian seorang penyair dalam merangkai kata-kata turut membangkitkan kesadaran seseorang tentang pentingnya menjaga lingkungan.
BACA JUGA: Film Sri Asih (2022) – Kalau Hakmu Dirampas, Lawan!
Salah satunya adalah lagu berjudul “Guna Manusia” oleh Barasuara yang didalamnya menyindir tentang peran manusia yang semakin memperparah kondisi lingkungan. Lagu ini dirilis oleh Barasuara pada tahun 2019 dalam album yang bertajuk “Pikiran Dan Perjalanan”. Lagu ini menyuarakan tentang kesadaran dan kepedulian iklim terhadap bumi lewat makna-makna dari liriknya.
Dampak Dari Pemanasan Global Di Masa Depan
“Nak, di permukaan yang tenggelam
Kita melanjutkan kehidupan”
Dari penggalan lirik “Nak, di permukaan yang tenggelam” bisa dimaknai sebagai masa depan yang daratannya sudah tenggelam oleh lautan. Kata “Nak” bisa diibaratkan sebagai gambaran ketika anak cucu sudah lahir di dunia. Selain itu terdapat pula makna kiasan (asosiatif) yaitu pada lirik “permukaan yang tenggelam”, artinya yaitu adalah daratan, hunian, atau tempat yang sekarang ditinggali oleh manusia.
BACA JUGA: My Ice Girl Series, Drama Remaja Dengan Nuansa Beda
Mungkin saja, pada tahun-tahun ke depan beberapa daratan yang saat ini masih berupa tanah akan tenggelam. Hal ini bisa dilihat dari naiknya permukaan air laut yang memang tidak kita sadari saat ini sudah terjadi.
Mempertanyakan Dan Mengungkapkan Fakta Tentang Manusia Yang Memperparah Pemanasan Global
“Mencari guna manusia
Tiap langkah rusak semua
Mencari celah adaptasi”
Dari ketiga penggalan lirik tersebut terdapat makna asosiatif. Lirik tersebut menyimpan dua makna yakni mempertanyakan apa guna manusia dalam keberlangsungan kehidupan di bumi dan dari lirik “tiap langkah rusak semua” berarti bahwa manusia telah ikut berkontribusi dalam perusakan lingkungan yang telah terjadi.
BACA JUGA: Rekomendasi Novel yang Bisa Bikin Kamu Sesenggukan Banjir Air Mata
Faktanya, kerusakan lingkungan yang berakibat pada terjadinya pemanasan global disebabkan oleh manusia. Dalam lirik “mencari celah adaptasi” berarti tidak jarang manusia juga mementingkan keuntungan pribadi hanya untuk bertahan hidup dan beradaptasi, tanpa memperdulikan apakah tindakannya merusak lingkungan.
Realita Dari Pemanasan Global Yang Sudah Terjadi Sekarang ini
“Hitung mundur gerus tepian
Hingga hunian tinggal lautan
Memanaskan dunia
Mencair di utara
Kita di ujung masa”
Pada penggalan lirik tersebut, memiliki makna asosiatif pada penggalan “hitung mundur gerus tepian, hingga hunian tinggal lautan”, bahwa sudah tidak perlu menunggu lamanya waktu untuk melihat dampak dari pemanasan global.
Dalam beberapa jangka waktu yang sangat singkat sudah bisa dilihat bahwa beberapa daratan yang menjadi tepian pantai sudah mengalami kenaikan air laut. Hal itu terjadi karena pemanasan global yang mengakibatkan mencairnya es di kutub utara. Apabila hal ini terjadi terus menerus hunian yang sekarang kita tinggali mungkin akan tinggal nama dalam waktu beberapa tahun ke depan karena ditenggelamkan oleh lautan.
Refleksi Kepada Diri Sendiri
“Kita mencari celah untuk bertahan
Mencari ruang
Kita mencari celah untuk bertahan
Mencari ruang
Kita mencari celah adaptasi”
BACA JUGA: Potret Patriarki di Tanah Papua dalam Novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf
Semua yang ada di bumi ini telah diciptakan sedemikian rupa agar keberlangsungan hidup tetap berjalan. Manusia sebagai salah satu makhluk yang tinggal di bumi memang secara harifahnya mencari cara agar tetap bisa beradaptasi. Namun dalam hal ini, sudah sepatutnya manusia juga harus mencari cara agar tidak merusak lingkungan. Apabila dampak dari kerusakan lingkungan yang terjadi sudah terlihat, manusia sendiri yang akan menuainya. Manusia harus menelan pahitnya mempertahankan hidup ketika dampak dari kerusakan lingkungan sudah terjadi.
Dari beberapa lirik-lirik yang ada dalam lagu “Guna Manusia” tersebut jelas tergambar tentang kritik kepada ulah manusia yang memperparah kondisi pemanasan global dan sekaligus menyampaikan akibat apa yang akan dirasakan manusia atas ulahnya itu sendiri. Pesan tersirat yang terkandung di dalam lagu ini adalah bahwa kita harus menyadari dan merenungkan kembali, sebelum terlambat sebaiknya kita melakukan pencegahan agar pemanasan global bisa teratasi dan tidak menimbulkan timbal balik kesulitan yang akan kita petik nantinya.