KOTOMONO.CO – “Cinta yo cinta, tapi nggak ngerepotke wong”. Kalimat itu keluar dari mulut tukang ojek online yang gusar karena Jatmiko merepotkannya. Pria berambut klimis itu sedang kasmaran dengan seorang wanita bernama Saras.
Namun rasa kasmaran yang seharusnya menggembirakan itu justru merugikan, dalam konteks kalimat di atas, si tukang ojek online lah yang direpotkan. Sewajarnya orang yang jatuh cinta, bunyi token listrik habis saja tak terdengar apalagi keluhan tukang ojek.
Awalnya, saya mengira kejadian itu hanya ada di film “Sobat Ambyar”. Tapi kisah cinta yang bangsat dan merepotkan ternyata beneran ada di Kabupaten Batang. Seorang pria membunuh mantan tunangannya sendiri lantaran diputuskan secara sepihak.
Ini gila sih. Kalau si Jatmiko tadi yang rugi dan repot tukang ojek online, lha ini malah kekasihnya sendiri bahkan tentu sampai ke keluarga-keluarganya. Saya akan menuliskan kisah cinta bangsat dan ndlhogok yang satu ini. Singkat saja.
Seorang pria bernama Salis Saiful. Lho kok nggak pakai inisial? Pelakunya sudah aqil baligh bos, jadi nggak usah pakai inisial-inisial segala. Oke lanjut ya. Meskipun si pria pekok ini namanya Salis tapi kelakuannya beda jauh sama penyanyi religi yang kerap berduet dengan Hadad Alwi itu.
Mas Salis ini membunuh tunangannya sendiri dan membiarkan jenazahnya membusuk di sebuah tempat pengolahan ikan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Ia konon diputus secara sepihak oleh sang mantan tunangan. Tapi saya nggak tahu pasti, karena saya sendiri belum menemukan pernyataan dari mantan tunangannya tersebut yang mengatakan hal demikian.
Tindakan pekok dan guoblokkknya setengah modyar ini malah dapat pemakluman dari netizen. Si pria pekok itu seolah sedang cosplay menjadi Arthur Fleck. Quote “Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti” itu muncul lagi. Padahal mah memang bukan. Kenyataannya, belum jadi Joker Mas Salis ini sudah ditangkap.
Kejahatan tetaplah kejahatan. Itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan orang yang melakukan kejahatan baik atau tidak. Sebab ya orang baik kalau sudah melakukan kejahatan kan berarti ia sudah menjadi jahat tho? Untuk soal ini singkirkan dulu tentang Saiful Jamil yang kebetulan selalu baik dan selalu suci meski seorang pedofil.
Dengan membunuh malah justru menimbulkan kecurigaan lain. Boleh jadi Mas Salis ini memang orangnya kasar. Belum juga sampai ke pernikahan, sifat kasar pada perempuan—dalam hal ini calon istri—sudah muncul. Jadi wajar saja kalau diputus secara sepihak.
BACA JUGA: Begini Jadinya Andai Coki Pardede Adalah Orang Pekalongan
Bagaimanapun hubungan toksik memang harus segera diakhiri, daripada nanti berlarut-larut. Tapi itu hanya dugaan saya saja. Selebihnya hanya korban yang tahu. Kita tak bisa mengambil sikap dari sudut pandang pelaku doang. Perlu sudut pandang lain dan itu tidak harus sampai menanyai korban di liang lahat.
Maksudnya begini, kita butuh sudut pandang yang tak sekadar memihak pelaku, tapi juga korban. Dan sayangnya untuk kasus ini hal itu nggak kita dapatkan. Well, harusnya sih nggak sampai membunuh segala.
Ini pelaku nggak belajar konsep jodoh atau gimana yak? Atau jangan-jangan pelaku memang seorang psikopat?
Kata banyak orang, jodoh itu mau menghindar kayak gimana, kalau jodoh ya jadi. Tapi kalau bukan jodoh, ya mau dikejar sampai mampus pun nggak bakal jadi. Walaupun saya belum pernah pacaran apalagi tunangan, ya setidaknya beberapa kali saya mendengar kisah kawan-kawan saya yang diputusin pacarnya.
Mereka, yang cerita ke saya, fine-fine saja tuh. Nggak sampai membunuh. Beberapa bahkan ada yang balikan lagi, edan pora? Tiwas wes tak enteni putuse. Ya begitulah jodoh. Ingat saudara-saudara, dunia tak selebar kandang ayam.
BACA JUGA: Saipul Jamil dan Hilangnya Empati Publik Pada Korban Perkosaan
Membunuh tunangan karena diputus adalah tindakan jahat sekaligus konyol dan sia-sia belaka. Si pelaku ini gobloknya sampai ke ubun-ubun. Gini ya, kalau membunuh otomatis bakal masuk penjara. Nah kalau sudah dipenjara, kan dapat penggantinya malah jadi lebih lama.
Kejadian itu selain namanya bakal tercemar tentu akan memunculkan pengalaman traumatis. Orang jadi ogah dekat-dekat dengan Mas Salis ini. Apalagi kalau diajak engagement, pasti sudah trauma terlebih dahulu. Nah lho! Malah tambah susah nyari jodoh.
Padahal nggak usah sampai membunuh juga bisa kelesss. Barangkali buat yang merasa punya kisah yang sama seperti Salis ini ha mbok lupain aja tho. “Ngelaleake kuwi masalah tekad. Yo emang angel, tapi nek ditekati pasti isa,” begitu kata Kopet, sahabatnya Jatmiko.
Kalau nggak bisa, ya cari cara lain dong! Melarung kesedihan dengan jalan-jalan atau motoran nggak jelas misalnya, atau mbribik cewek lain, atau bisa dengan masuk ke kamar mandi. Kemudian pegang gayung di tangan kanan, dekatkan ke mulut. Lalu bernyanyi lah lirik berikut:
Wis sak mestine ati iki nelangsa
Wong sing tak tresnani mblenjani janji
Opo ora eling naliko semana
Kebak kembang wangi jroning dada…
***
Kepiye maneh iki pancen nasibku
Kudu nandang lara kaya mengkene
Remok ati iki yen eling janjine
Ora ngiro jebulmu lamis wae…