KOTOMONO.CO – Operasi yustisi, terutama yang digelar pada malam hari selalu dibarengi dengan tes swab antigen yang dilakukan petugas gabungan antara Satgas, Pemkot, Satpol PP, Polisi dan TNI pada masyarakat yang terjaring razia.
Tidak tanggung-tanggung, pada awal PPKM Darurat saja, Pemkot Pekalongan bersama Satgas Covid-19 menargetkan sebanyak 600 orang setiap hari yang harus di tes, baik itu tes swab PCR maupun antigen. Tidak heran kalau operasi itu terus dilakukan setiap malam. Katanya sih dengan meningkatnya jumlah tes dapat diketahui sejauh mana laju penyebaran Covid-19 di masyarakat.
Kabarnya lagi, jumlah kasus positif dari hasil swab antigen dalam testing massal Covid-19 yang dilakukan Tim Gabungan (saat operasi yustisi) terus mengalami penurunan. Dari beberapa kali pelaksanaan, persentase warga yang reaktif kurang dari 2 persen dari total warga yang dites.
Berdasarkan rilis data dari Dinkominfo Kota Pekalongan, sejak awal penerapan PPKM Darurat selama dua minggu, jumlah kasus reaktif mencapai 8 hingga 9 persen kemudian dilanjut dengan saat penerapan PPKM level 3 dan 4, jumlah kasus reaktif menurun menjadi 1,6 persen dari jumlah orang yang dites.
Seperti pada Jumat 30 Juli 2021 lalu di dua lokasi, yakni Monumen Juang Kota Pekalongan dan Masjid Jami Asy Syafii, Pringlangu. Terjaring 191 orang (di Monumen) yang dites tak ada kasus reaktif. Sementara di Masjid Asy Syafii, dari 198 yang dites hanya 1 orang dinyatakan reaktif.
BACA JUGA: Berterimakasih pada Lampu Penerangan Jalan atas Jasanya Membuat Angka Covid-19 di Pekalongan Menurun
Ini sungguh trend yang betul-betul seperti yang kita harapkan bersama. Hasil ini merupakan gerbang optimisme seluruh masyarakat Pekalongan agar pandemi Covid-19 ini cepat berlalu dan ekonomi bisa kembali tumbuh subur.
Kurang lebih selama 39 hari pemberlakuan PPKM ini akan dijalankan. Itu kalau benar-benar finish sampai tanggal 9 Agustus 2021. Ya kita semua tahulah, saat ini nyaris nggak ada yang bisa dipastikan kapan akan dihentikan. Nah, boleh jadi selama itu pula razia dan tes swab massal akan terus dilakukan oleh pemkot dan satgas Covid-19 kota ini.
Awalnya saya tidak menghiraukan dengan banyaknya tes massal yang sering dilakukan terutama saat bebarengan dengan operasi yustisi setiap malam. Tetapi semakin kesini saya semakin merasa ada yang aneh dan timbul pertanyaan-pertanyaan liar seputar pagelaran operasi dan tes massal tersebut. Yang pertama adalah soal siapa yang menentukan target tes massal itu? Kemudian kira-kira berapa sih budget atau dalam bahasa birokrasi disebut dengan anggaran yang harus dikeluarkan?
Maka, mengenai berapa anggaran yang mesti disediakan untuk tes swab massal ini, saya mencoba mengkalkulasinya. Yang pertama saya mengumpulkan harga untuk tiap tes swab yang ada di Kota Pekalongan maupun harga umum dipasaran nasional. Pengalaman saya yang dulu tes mandiri (bukan untuk perjalanan kereta) di Stasiun Pekalongan, harga untuk sekali tes swab antigen sebesar Rp150 ribu. Kemudian kabar dari teman-teman yang tes dibeberapa klinik menyebut angka Rp175 ribu sampai Rp200 ribu.
BACA JUGA: Bu Risma yang Kecewa Bantuan di Pekalongan Tak Sesuai Adalah Sosok yang Kita Nanti-nantikan
Sedangkan menurut laman Kontan, Minggu (11/7), Dirjen Pelayanan Masyarakat Kemenkes menetapkan batasan biaya rapid test tertinggi untuk Pulau Jawa sebesar Rp250 ribu dan Rp275 ribu untuk di luar Pulau Jawa. Baiklah, dari rata-rata harga rapid tes swab antigen diatas. Yang akan saya pakai sebagai acuan hitungan saya adalah harga Rp150 ribu saja.
Jika mengacu pada pemberitaan, target yang harus dites per harinya adalah 600 orang, mungkin itu terlalu berlebihan, saya ambil tengahnya saja yakni 300 orang per hari. Maka, saya mendapat angka 300 orang x biaya swab Rp 150.000 = Rp 45.000.000 (Empat Puluh Lima Juta). Kemudian saya kali dengan lamanya PPKM yakni 39 hari (dihitung dari 2 Juli-9 Agustus), maka akan didapat angka 1.755.000.000 (Satu Milyar Tujuh Ratus Lima Puluh Lima Juta Rupiah).
Itu baru separuh orang yang ditargetkan. Kalau beneran 600 orang setiap hari selama PPKM sampai tanggal 9 Agustus nanti dan terus dilakukan tes, kira-kira berapa tuh? Ehm… Rp 3.510.000.000. Sekali lagi, TIGA MILYAR LIMA RATUS SEPULUH JUTA RUPIAH totalnya. Namun, ini hanya hitung-hitungan saya pribadi, tidak bermaksud membuat isu apalagi menyebar hoax. Tapi angkanya lumayan juga ya. Kalau anda punya versi hitungan anda sendiri silakan. Itu kalau anda punya waktu luang buat menghitungnya ya.
Meski begitu, saya yang bergaji UMR saja terbelalak mengetahui hitungan saya sendiri tersebut. Nominal yang boleh jadi sanggup menghidupi kebutuhan warga sampai herd immunity terbentuk, ya kurang lebih sampai tahun 2025. Namun apalah hendak dikata, tes massal itu juga penting, apalagi buat mengejar target. Lha kalau targetnya nggak tercapai ha modyar. Bisa dimarahi Pak Bos nanti.
Wes mbuh lah, hop sampai di sini aja. Kalau nyerempet ke mana-mana nanti ada yang nesu. Hihihi…